MAAF, Pembaca, kami kembali bercerita mengenai Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Tapi tidak di dalam laporan utama majalah ini, bahkan tidak di rubrik-rubrik yang lain. Kami berbicara tentang kebesaran mendiang lewat sebuah buku, yang iklannya bisa Anda lihat di halaman 106. Betul, buku itu adalah karya kami. Sebuah pekerjaan tim. Dari pengantar buku itu saja sudah disebutkan, buku tentang Sultan ini adalah sebuah dedikasi. Sebagai penghormatan kami kepada seorang tokoh sejarah Republik. Juga sebuah rekaman tentang prosesi kematian seorang raja yang mungkin terbesar di abad ini. Tapi buku ini tak, cuma bercerita tentang kematian dan prosesi agung pemakaman Sultan. Ia juga merekam kisah masa kecil Sultan -- yang di antaranya belum pernah diterbitkan. Bahkan jauh di depan, kisah perpecahan Yogyakarta dan Surakarta. Untuk itulah kami banyak menggali bahan baru, baik lewat sejumlah wawancara maupun riset perpustakaan. Buku ini ditulis oleh wartawan TEMPO yang terlibat dalam kegiatan laporan utama tentang Sultan dalam tiga seri di majalah ini. Mereka adalah (menurut abjad) A. Dahana, A. Margana, Amran Nasution, Budimart S. Hartoyo, Goenawan Mohamad, Putu Setia, dan Susanto Pudjomartono. Tentu saja tim pengumpul bahan adalah sekian banyak reporter, baik di Biro Jakarta apalagi di Biro Yogya, pusat perkabungan itu. Terlalu banyak kami sebutkan namanya satu per satu karena yang terlibat seluruhnya ada sekitar 50 orang -- termasuk desainer dan fotografer. Dari laporan reporter itu, Budiono Darsono -- ia juga ikut meliput ke Yogya memilah-milah bahan sesuai dengan bab dan kemudian membagikan kepada penulis. Achijar Abbas mengkoordinasikan foto-foto yang cukup menyita halaman dari buku setebal 280 halaman ini. S. Prinka mengkoordinasikan perwajahan dan merancang kulit muka berdasar lukisan Dede Eri Supria. Kecuali Dede, yang terlibat dalam buku ini semua karyawan TEMPO. Karena itu, dalam buku ini tercantum PT Pustaka Utama Grafiti menerbitkannya untuk Yayasan Karyawan TEMPO. Yayasan ini milik karyawan TEMPO -- salah satu pemegang saham PT Grafiti Pers, penerbit majalah ini. Yayasan Karyawan TEMPO -- yang kini dipimpin Susanto Pudjomartono -- belum punya aparat dan juga pengalaman kalau harus menerbitkan buku sendiri dan mengedarkannya. Ada usaha ke arah itu, memang. Mungkin lain kali. Setidak-tidaknya, lewat buku ini diuji coba dahulu bagaimana pekerjaan tim itu bisa menghasilkan karya yang baik. Uji coba dalam hal redaksional. Banyak pengalaman yang kami peroleh. Bahan datang susul menyusul, sementara sudah menjadi tekad kami menerbitkan buku ini menyambut 40 hari wafatnya Sultan. Dan jika ada kekurangan -- salah cetak atau pemasangan foto yang tak sempurna -- itulah hasil maksimal yang dapat kami buat dalam mengejar deadline penerbitan. Mohon maaf atas kekurangan itu. Lagi pula, ketika tim ini menyiapkan naskah, pekerjaan utamanya mengisi majalah tetap tak boleh berhenti. Buku terbit dan majala ini tetap tak terganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini