KEKHAWATIRAN terhadap penyusupan komunis tidak hanya terjadi di Indonesia. Rasa waswas im juga pernah terjadi di Amerika Serikat, yang pernah menjadi musuh bebuyutan blok komunis. Waktu itu 1945. Perang Dunia II baru saja usai. Kendati AS keluar sebagai salah satu pemeran peran, ada semacam perasaan siege mentality (mentalitas merasa diri terkepung) dalam dirinya. Itu disebabkan oleh perkembangan politik dan militer dunia. Di Eropa, Uni Soviet makin agresif dan berhasil mendirikan negara-negara satelit di Eropa Timur. Di Asia, Cina jatuh ke tangan Partai Komunis di bawah Mao Zedong, sedangkan di Vietnam kaum komunis yang dipimpin Ho Chi Minh tampaknya sukar dibendung. Kejatuhan Cina sunguh menyakitkan. Tadinya Cina akan dijadikan "etalase" bagaimana demokrasi model Amerika berjalan. Ratusan juta dolar yang ditumpahkan Amerika di sana, berupa uang kontan, senjata, dan bantuan ekonomi, tak kuasa menolong pemerintah Kuomintang Chiang Kaishek. Lantaran Amerika punya hubungan emosional yang begitu dalam dengan Cina, pada awal l950-an bergemalah pertanyaan yang sangat mengganggu: "Who lost China?" atau "Siapa yang menghilangkan Cina?" Keadaan diperburuk lantaran pada 1950 Perang Korea meletus. Itu lebih meyakinkan pendapat umum di AS bahwa komunisme makin agresif, dan makin menunjukkan giginya untuk menggerogoti "Dunia Bebas". Dalam suasana demikian muncullah Joseph McCarthy, senator muda kelahiran Grand Chute, Michigan, 14 November 1908. Selama sepuluh tahun kemudian, nama itu menjadi momok yang sangat ditakuti sebagai pemburu komunis di Amerika. Kelihaiannya berbicara menutupi kelemahannya untuk menunjukkan bukti yang mendukung tuduhan-tuduhannya. McCarthy mendapat gelar sarjana hukum pada 1935 setelah gagal belajar teknik pada Universitas Marquette. Dua tahun kemudian, setelah bosan sebagai pengacara, ia mencalonkan diri sebagai hakim di negara bagiannya. Ia berhasil terpilih dan mengalahkan hakim yang sudah duduk 24 tahun berkat kepiawaiannya berkampanye. Pada usia 29 tahun ia menjadi hakim termuda dalam sejarah Negara Bagian Wisconsin. Di tengah berkecamuknya PD 11, pada 1942 ia mendaftarkan diri menjadi anggota marinir. Ia bertempur di Pasifik sebagai perwira intelijen. Ketika ia minta pensiun dari korps elite itu, pangkatnya sudah kapten. Pada 1946 ia mencoba terjun lagi ke dunia politik, dengan mencalonkan diri untuk duduk dalam Senat Amerika. Ia berhasil mengalahkan politikus senior Robert La Folette. Selama tiga tahun pertama duduk Senat, prestasinya tak begitu menonjol, bahkan ia punya perasaan takkan terpilih lagi untuk kedua kalinya. Atas nasihat kawan-kawannya, ia menunjukkan sikap keras terhadap komunisme, musuh utama Amerika pada masa itu. McCarthy yang agresif dan pandai berpidato cocok sekali untuk memainkan peran tersebut. Dalam suatu pidato di Senat pada 9 Februari 1950 ia melancarkan tuduhannya yang sangat terkenal. Sambil mengacungkan beberapa lembar kertas ia berteriak, "Saya punya bukti bahwa nama-nama pejabat Departemen Luar Negeri yang tertera di kertas ini orang komunis." Tuduhannya itu bagaikan geledek di tengah hari bolong. Dasar untuk tuduhannya tak lain dari hasil penyelidikan FBI, tapi sebenarnya orang-orang yang dituduhnya komunis itu sudah tak bertugas lagi di Deplu. Tapi, kepandaian McCarthy memanipulasikan media radio dan pers menyebabkan keberhasilannya menghimpun pengikut dalam jumlah besar. Jenderal Eisenhower, pahlawan Amerika dalam perang di Eropa yang mulai berkampanye untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 1952 bahkan terpaksa mencari dukungan McCarthy. Tudingan-tudingan McCarthy tak tanggung-tanggung. Ia menuduh, misalnya pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt dan Harry S. Truman, "selama 20 tahun mengkhianati bangsa dan negara Amerika". Jendral George C. Marshall, yang pernah menjadi menlu di bawah Truman, dan arsitek pembangunan kembali Eropa pasca-PD 11, tak luput dari serangannya yang lebih bersifat pribadi. McCarthy melancarkan kampanye yang sering disebut sebagai witch hunting, atau memburu tukang sihir, seperti yang terjadi di Eropa pada Abad Pertengahan. Pada masa McCarthy itu pulalah pernah terbentuk sebuah badan yang bertugas mengawasi apa yang disebut sebagai un-American activities, atau kegiatan-kegiatan yang tak patriotis Amerika. Dalam suasana perang dingin, ditambah pula dengan kehadiran John Foster Dulles, itu arsitek politik pembendungan, sebagai menteri luar negeri, McCarthy bagaikan tak terhentikan. Ia berhasil menghancurkan karier banyak orang, antara lain ahli fisika nuklir Robert Oppenheimer, salah satu tokoh yang melahirkan bom atom pertama Amerika. Dan semuanya itu dilakukan tanpa dasar cukup, karena kepintaran McCarthy adalah mengelak dari tuntutan agar ia mengajukan bukti-bukti otentik. Di samping suasana antikomunis yang begitu mencekam, ada beberapa peristiwa yang untuk sekarang dianggap lucu, paling tidak di Amerika. Seorang sutradara membatalkan pembuatan film yang mengisahkan kepala suku Indian, Hiawatha, yang berusaha menghentikan perang antarsuku. Si sutradara takut kalau ia dituduh komunis, maklum pada waktu itu Uni Soviet sangat aktif menjalankan "ofensif damai". Sebuah yayasan bahkan menyediakan hadiah US$ 100 ribu untuk siapa saja yang berhasil menciptakan sebuah mesin yang bisa mendeteksi pengkhianat bangsa. Malah sebuah mesin otomat permen di kota Wheeling, West Virginia, dilarang dioperasikan, gara-gara mesin itu mengeluarkan bungkus permen yang melukiskan geografi Uni Soviet. Begitu ekstremnya McCarthy sehingga ia kemudian malah dijauhi oleh rekan-rekannya dalam Partai Republik. Ketika Partai Republik kehilangan mayoritasnya pada pemilihan 1954, McCarthy pun kehilangan kedudukannya sebagai Ketua Subpanitia Penyelidikan Kegiatan Badan-Badan Pemerintahan. Ia tak terpilih lagi dan meninggal karena keracunan alkohol pada 2 Mei 1957. Periode yang disebut sebagai "masa gelap" dalam sejarah modern Amerika pun berakhir. Namun, nama McCarthy -- dan McCarthyisme -- tetap terpatok dalam sejarah politik. A. Dahana (Jakarta), P. Nasution (Washington, D.C.)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini