DUA tahun mendampingi suaminya yang menjabat Panglima UNEF di
Timur Tengah, Ny. Dewi Rais Abin siap membukukan serangkaian
"Catatan Harian di Semenanjung Sinai". Buku bergambar itu
dimungkinkan berkat jasa baik beberapa anggota pasukan UNEF.
Foto-foto yang disajikan misalnya hasil jepretan Peltu Putro
dari Kontingen Finlandia -- yang mengerjakan fotonya sendiri di
lab darurat. Sebagian lagi hasil Letnan Waletska dari Kontingen
Swedia. Tapi seluruh foto itu dibuat, kata Nyonya Dewi:
"Berdasarkan sudut penglihatan dan kesan-kesan saya."
Daerah penyangga yang dijaga pasukan darurat PBB itu luasnya
7 ribu kmÿFD, diisi pasukan 4 negara: Indonesia, Ghana, Swedia
dan Finlandia. Tiga kontingen lainnya dari Kanada, Polandia
dan Australia, karena terbilang mewakili blok timur/barat,
diserahi tugas mengurus logistik, angkutan, ~zeni, kesehatan
atau administrasi.
Yang menarik dari kehidupan mereka di padang pasir misalnya cara
membunuh rasa bosan. Kontingen Ghana setiap aplusan datang
komplit dengan perabot musik. Bila musik sudah mengalun, mereka
pun turun ajojing.
Daerah penyangga sendiri sudah diatur agar tidak dilalui
siapapun kecuali ada izin UNEF. Ada dipasang kawat berduri. Ada
drum-drum. Tapi onta yang buta huruf itu sering melanggarnya.
Apa boleh buat, mereka pun harus digusur. Ini tugas Kontingen
Swedia, dan adu otot ini tentu saja melelahkan, di samping
menjengkelkan . Sampai pada suatu kali, mungkin karena rasa
jengkel sudah lewat puncaknya, ketika ada seekor onta yang lewat
serta-merta penjaga gardu memberi "hormat senjata" bagai kepada
seorang perwira.
Juga menjadi tugas pasukan darurat PBB mengatur pertemuan para
keluarga Arab yang terpisah karena perang. Secara berkala mereka
yang berdiam di Gaza (Israel sekarang) dapat melintasi daerah
penyangga untuk beranjangsana ke familinya di daerah Mesir. Atau
sebaliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini