Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Sunyi & berdebu tapi sempat umroh

Pasukan pengganti garuda viii terdiri dari marinir dan resimen mahasiswa. mereka ditempatkan di gurun sinai yang sepi. berlibur atau menunaikan umroh diberikan setelah 3 bulan.

18 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELURUH anggota kontingen Garuda VIII pengganti saat ini sudah berada di Sinai. Pasukan yang digantikannya sudah pula berada di Indonesia. Pasukan pengganti yang beranggotakan 510 anggota itu akan berada di Sinai selama 6 bulan. Pasukan yang digantikannya juga bertugas selama itu. Tugas mereka juga sama, menjaga suatu wilayah tertentu yang memisahkan pasukan Israel dan Mesir. Yang nampak berbeda: komposisi anggotanya. Selama sekian kali pengiriman pasukan ke Sinai, baru kali inilah pasukan marinir kebagian kesempatan. Satu kompi pasukan tempur dari Angkatan Laut itu disertakan dalam kontingen yang baru saja berangkat tadi. Tapi kontingen kali ini menjadi lebih unik lagi karena satu peleton anggotanya -- 30 orang -- terdiri dari mahasiswa. "Mereka itu diseleksi dari sejumlah anggota Resimen Mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia," kata seorang di Markas Resimen Mahasiswa Jakarta. Melewati serentetan latihan militer, para mahasiswa yang terpilih itu kemudian diangkat menjadi sersan dua wamil. Selama berdinas di Timur Tengah," mereka itu mendapat perlakuan dan jaminan yang sama seperti yang diterima anggota ABRI dengan pangkat yang sama," kata Laksamana Sudomo kepada TEMPO. Apakah akan jadi tentara setelah pulang nanti? "Tidak. Mereka akan kembali kuliah. Tapi mereka akan menjadi anggota cadangan nasional dengan pangkat serda," kata Sudomo pula. Hatta, pada saat mendarat di lapamgan terbang Kairo, Mesir,pasukan itu telah dinantikan oleh truk-truk besar bercat putih. Itulah kendaraan milik Unef (pasukan darurat PBB). Dengan kendaraan militer tersebut pasukan langsung diangkut ke Terusan Suez. Lalu diseberangkan dengan fery. Dari sana melanjutkan perjalanan ke Wadi Rena, markas batalion, di tengah padang pasir. Bagi mereka yang menjadi staf batalion, perjalanan berakhir di sini. Tapi mereka yang mendapat tugas di pos-pos pengawasan, masih harus melanjutkan perjalanan ke tempat tugas masing-masing. Terpencil, sunyi, berdebu dan tentu saja membosankan. Itulah hidup mereka selama tiga bulan pertama. "Peraturan PBB menentukan bahwa mereka itu baru bisa menikmati cuti setelah berdinas tiga bulan," kata Mayjen Rais Abin, Panglima Unef yang berkantor di Ismailia. Dan jika masa cuti datang, komandan pun harus sibuk mengatur giliran. Tidak mengherankan jika banyak di antara anggota pasukan itu yang baru sempat melihat Kairo setelah berada di Mesir selama lima bulan. Biasanya cuti dua pekan tidak mereka habiskan di Kairo. "Yang satu minggu kita pakai untuk Umroh di Mekah," kata Kolonel Sugiharto komandan batalion yang baru saja mengakhiri masa tugasnya di Sinai. Kunjungan untuk umroh ini diatur bersama secara begilir hingga hampir semua anggota kebagian Kolonel Sugiharto sendiri kebagian gilir an terakhir. Bagi para perwira, biasany masih ada sisa cuti beberapa hari. Biasa nya waktu terluang demikian diperguna kan ke Eropa." Enam hari keliling Eropa, ya, apa yang bisa dilihat," keluh seorang perwira. Si Badui Di padang pasir Sinai sekarang ini memang tidak ada perang. Tapi selain bertahan melawan kesepian rindu rumah -- surat dari keluarga berharga mahal di sini -- para prajurit itu juga harus selalu siaga terhadap orang-orang Badui yang hidup berpindah-pindah di padang pasir itu. "Dengan kekerasan, kita tidak bisa menyelesaikan soal dengan mereka," kata seorang perwira yang anak buahnya pernah dikejar-kejar orang Badui dengan pedang. Untunglah salah seorang perwira Indonesia bisa sedikit-sedikit berbahasa Arab. "Setelah tahu kita ini Islam wah mereka senang, dan bisa didekati," kata perwira itu. Prajurit ini juga sering membagi ransum mereka dengan Badui itu. "Dokter kita juga sering mengobati mereka," kata salah seorang di antara mereka. Di padang pasir, bagaimana air? Jangan khawatir. Pasukan Polandia yang mengurusi logistik juga bertanggung jawab dalam penyediaan air. Dengan truktruk tanki, prajurit Polandia itu setiap hari berkeliling ke semua batalion membawa air. Kebiasaan orang Indonesia mandi dua kali sehari tetap dipertahankan. Mandi sambil mencuci pakaian juga tidak berubah. Dan di puncak musim panas, kebutuhan akan air makin menjadijadi. "Pada udara di sekitar 40 derajat, kita terpaksa mengguyur diri kita yang sedang berpakaian seragam," kata Kapten Panggih Sundoro yang bertugas sebagai perwira penerangan. Untuk pasukan yang baru saja berangkat tadi, pengalaman seperti ini tidak akan ditemui. Sepanjang masa tugas mereka nanti akan berurusan dengan udara dingin. Musim dingin. Tapi musim apapun di sana, bertugas di Sinai nampaknya selalu menarik bagi prajurit-prajurit Indonesia. "Pergaulan internasional ini suatu hal yang baru bagi anak-anak kita. Dan mereka betul-betul menikmatinya," kata seorang perwira di Wadi Rena kepada Salim Said dari TEMPO yang berkunjung ke sana beberapa pekan silam. Hambatan bahasa tidak jadi soal bagi orang-orang Indonesia yang terkenal gampang bergaul itu. Dan karena tidak semua anggota kontingen bisa berbahasa Inggris -- juga yang dari Polandia -- maka tidak heranlah jika di padang pasir itu berkembang dengan pesatnya suatu bahasa baru. Bahasa campuran yang dilengkapi dengan sejumlah isyarat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus