Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Jimat pengasih di pulau alai jimat pengasih di pulaua alai

Beraneka bentuk batu dijumpai di pantai alai, riau. ada yang menyerupai gajah, babi, dan pohon. tapi yang paling aneh dan unik adalah yang menyerupai kelamin perempuan dan bisa jadi jimat.

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPULAUAN Riau tersebar di bawah pulau yang kini jadi Republik Singapura. Kalau dihitung satu persatu, jumlahnya ratusan buah. Tahun-tahun sebelum konfrontasi (dengan Malaysia dan Singapura) Riau terkenal sebagai daerah dolar. Ternyata "Singapura-nya Indonesia" ini juga mempunyai khazanah ceritera tentang batu-batu. Ujudnya pun memang ada pula. Misalnya di pulau Karimun, ada batu bertulis. Di pulau Singkep ada batu berdaun. Pulau Lingga mempunyai batu gajah dan batu babi. Ber-maithun Tapi yang paling aneh dan unik dari semua itu adalah batu yang tergeletak di pinggir pantai utara pulau Alai. Pulau ini kecil dan hampir tak pernah disebut. Alai di bawah Kecamatan Kundur (pulau Kundur) dengan kotanya Tanjungbatu. Kota pantai ini terletak di jalur lintas hubungan laut antara Tanjungpinang dan Pekanbaru. Kalau dari Tanjungpinang, bisa dicapai dalam waktu 10 jam. Dari Pekanbaru satu hari satu malam. Itu lewat jalan laut. Nah di seberang Tanjungbatu itulah terhampar batu cadas (granit hitam) dengan beragam bentuknya. Alam yang ajaib ini telah membentuk batu-batu hitam tersebut dalam bentuk binatang, pohon atau apa saja. Dari kelompok batu beragam bentuk tersebut, ada dua bentuk yang letaknya saling berdekatan. Sebuah, mirip benar -- kalau tidak persis - seperti alat kelamin kaum Adam. Tegak berdiri dengan gagahnya. Ukurannya cukup raksasa: 2,18 meter tinggi dengan diameter 0,9 meter. Sekitar 10 meter dari batu berbentuk palus tersebut, ada bentuk kelamin lawan si Adam. Berukuran 1,5 kali 2,5 meter, alat kelamin kaum Hawa ini dipahat sedemikian telitinya sehingga bagan-bagan yang kecil sekalipun, - menurut penglihatan orang yang telah melihatnya - persis seperti adanya. Siapakah si tukang pahat batu-batu tersebut? "Bukan hal yang mustahil kalau dulu ada pembuatnya", ujar R. Hamzah Yunus, pejabat Seksi Kebudayaan kantor Kabupaten Kepulauan Riau. Seperti misalnya batu bertulis di Pasirpanjang, Karimun. Almarhum Prof. Mohammad Yamin SH pernah menyingkapkan bahwa itu (batu bertulis) adalah sisa-sisa peninggalan zaman Hindu dan diduga dari abad ke-IX. Akan dua bentuk batu di pantai utara Alai, rupanya belum ada orang yang menyelidikinya. Penduduk setempat cuma bisa mengatakan bahwa batu tersebut sudah ada sejak zaman kakek dan neneknya masih jadi budak-budak kecil. Yunus kemudian menerangkan bahwa kemungkinan besar dua bentuk kelamin manusia ini ada hubungannya dengan agama Hindu. "Kalau tak salah", ujar Yunus, "ini dari penganut Hindu Tantrayana". Seperti halnya di candi Sukuh di kaki gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, telah ditemukan pula yoni (kelamin wanita) dan lingga (kelamin laki-laki). Jadi apa yang ada di pantai Alai, "bukan tak mungkin itu adalah semacam alat atau sarana untuk keperluan upacara pemujaan", kata Yunus. Apalagi dalam Hindu ada aliran yang memuja Makurenta, yaitu tatakrama pemujaan kenikmatan dunia dengan melakukan maithuna (tatacara sakral melalui hubungan seks). Jodoh Sejauh mana kebenaran dugaan pejabat Seksi Kebudayaan tersebut, tentunya masih harus diuji lagi. Namun Yunus amat yakin kalau batu-batu tersebut bukan cuma dibentuk karena proses alamiah. Untuk meyakinkan hal ini, dia kemudian menunjuk ke sebuah batu berbentuk punggung. Letaknya sekitar setengah kilometer dari batu Adam dan Hawa tersebut. Panjang 7 meter dan lebar 5 meter, pada salah satu ujung punggungnya ada bentuk anus. Di bagian lain, ada pula batu berbentuk empat persegi, yang disebut batu meja. Di tempat ini, penduduk biasanya nongkrong beramai-ramai menanti datangnya malam. Terlepas dari ceritera yang berbau ilmiah, penduduk setempat mempunyai ceritera macam-macam. Angker, itu hembusan ceritera yang jamak. Tapi seorang wanita tua, 58 tahun, mengatakan bahwa batu alat kelamin tersebut mempunyai daya mistik yang kuat. Sebagai jimat pengasih. Ini tentu untuk pria dan wanita yang kepingin kasih-kinasih. Terutama alat kelamin wanita. Cebisan-cebisan dari bagian tertentu, dipercaya bisa dijadikan jimat. Setelah dimanterai tentu. Karena batu granit tersebut cukup keras -- dan tak lekang oleh panas dan hujan - tangan-tangan jahil dan ingin mendapatkan jimat pengasih kemudian memperkosa bagian mungil dari vagina dengan kekerasan. Diambilnya martil atau alat pahat lainnya untuk dicuil sedikit saja. Konon ini bisa digunakan untuk pegangan sebagai alat pemburu jodoh. Tidak diketahui dengan pasti berapa prosen kebenaran batu cuilan untuk alat pemburu jodoh ini. Tapi di zaman konfrontasi dulu, kabarnya banyak-sukarelawati yang mengincar - bukan musuh - serpihan-serpihan batu ini sebagai oleh-oleh bertuah. Kini, sesekali, batu dengan alat kelamin wanita itu juga jadi incaran gadis-gadis di sana. Tapi berburu jodoh dengan mencokel sedikit si batu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kabarnya batu akan jadi bertuah kalau ketika sedang mengambil tak ada seorang pun yang melihat. Tapi karena tuah batu ini sudah jadi ceritera dari mulut ke mulut, tentu saja ada beberapa orang yang iseng - si pemuda biasanya - yang ingin mengetahui gadis mana yang sudah memuncak grafik ingin jadi ibu rumah tangga. Dan ini akan dijadikan bahan omongan iseng bagi desa terpencil seperti Alai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus