Ffi'77: bravo dewan juri

TERIMAKASIH terimakasih. Atas nama manusia Indonesia yang mendambakan film Indonesia yang bermutu saya sampaikan terimakasih kepada Dewan Juri FFI '77. Sungguh mati, penilaian umum Dewan Juri tentang film Indonesia kini bikin plong di hati. Sebetulnya kritik film lewat suratkabar/majalah baik berupa artikel khusus/resensi atau pun surat pembaca telah banyak ditulis. Namun kurang atau bahkan mungkin tak diperhatikan sama sekali oleh mereka. Nah, sekarang, rasain lu! Tidak saja film jauh dari realitas kehidupan sehari-hari pada umumnya malahan secara tak langsung ikut bikin malapetaka khususnya terhadap generasi muda. Mungkin terlalu berlebihan. Tetapi timbulnya gang-gang anak muda, peristiwa perkosaan oleh anak di bawah umur seperti di Asahan tempo hari merupakan salah satu bukti yang tak dapat diganggu gugat. Tidakkah orang film harus prihatin? Tidak cukup hanya berpuas diri karena dapat hidup lebih baik? Sama sekali tidak peduli akibat negatif yang ditimbulkannya? Wajar kalau kritik tersebut mengundang puji dan caci maki. Orang-orang yang berpikiran jernih, mau melihat kekurangan diri sendiri, tentu dengan dada lapang dan mulut senyum menerima kritik tersebut. Sebaliknya golongan established yang bermodal otak paspasan, atau bahkan kadang-kadang kurang, tentu saja sangat sakit hati oleh kritik yang pedas dan menghunjam telak. Betapa pas-pasannya modal mereka boleh kita ketengahkan logika Tuty S, tentang film yang nyeni: "karena di sana banyak menampilkan keindahan tubuh perempuan (bugil)". Amboi! Semoga FFI '77 bisa membawa babak baru dalam dunia perfilman Indonesia. Dan akhirnya, seorang HB Jassin tak harus sebaik Iwan Simatupang bila bikin novel atau Gunawan Mohamad bila bikin sajak. Harap tahu saja. MOELJADI HADE Bank Rakyat Indonesia, Trenggalek.