ADA yang mau memecah belah Universitas Padjadjaran? Setidaknya
begitulah menurut Prof. Hindersyah Wiratmadja, Rektor Unpad,
ketika melantik beberapa dekan, 28 Maret kemarin.
Banyak orang luar dan orang dalam yang tidak puas terhadap
prestasi Unpad. Ada yang bersifat sinis dan destruktif berusaha
memecah-belah Unpad. Karena itu, demikian rektor, dekan baru di
lingkungan Unpad diharapkan untuk lebih meningkatkan komunikasi
secara efektif guna menciptakan suasana dan disiplin kerja,
sehingga Unpad tak mudah dipecah-belah.
Tidak disebutkan siapa orang luar dan orang dalam yang dimaksud
rektor. Namun yang jelas sejak 20 Januari yang lalu, beberapa
mahasiswa Fakultas Publisistik telah membikin surat yang
tembusannya antara lain dikirim kepada Senat Guru Besar Unpad,
dan Dirjen Pendidikan Tinggi P&K. Adapun isi surat yang diteken
oleh Yosia Siregar Zinul Arifin, Fachzenil, Yantofani Yvonne
L. Tarore (masih mahasiswa) dan dra. Noesreini, drs. Rizal
Setiady drs. Faried Assegaf, drs. Sani Sanusi baru lulus
sarjana itu menuduh adanya ketidak-wajaran dan kekacauan yang
terjadi di fakultas, akibat ketidak mampuan pimpinan yang
dipegang oleh drs Onong Uchyana Effendy MA.
Tidak kurang dari 10 bukti kekacauan itu disebutkan juga dalam
surat tadi. Antara lain, kekacauan administrasi, sehingga banyak
angka hasil ujian yang hilang. Ada pula nilai kredit yang
simpang siur. Juga ada sikap "saling mendiskreditkan" antara
dosen yang dilakukan di depan mahasiswa. Lalu:
perubahan-perubahan peraturan yang "semena-mena". Bahkan kepada
dekan yang barusan saja dilantik lagi itu, surat menuduh: dekan
mengarnbil kebijaksanaan yang "bersifat otoriter" dekan selalu
"mendiskreditkan" bekas dekan lama, dan dekan membuat "teror
mental" terhadap mahasiswa tertentu yang dianggap tidak
mendukung untuk mengukuhkan kedudukannya. "Melihat ketidak
wajaran tersebut, kami mohon kepada rektor untuk mengambil
tindakan terhadap Dekan Fakultas Publisistik Unpad yang
bertanggung jawab atas ketidak-sehatan yang berlangsung di
fakultas, demi keutuhan lembaga ini dalam menjalankan pendidikan
secara baik", demikian tulis surat itu.
Surat yang dibikin mahasiswa itu memancing reaksi keras dari
dekan fakultas. Dan dekan segera membalas mengirim surat kepada
orang tua mahasiswa yang ikut menanda-tangani surat pernyataan
tersebut. Isinya menyebutkan bahwa mahasiswa-mahasiswa itu telah
melakukan perbuatan yang "tidak pantas" bagi seorang mahasiswa,
karena dengan perbuatannya akan dapat menjatuhkan nama baik
Fakultas Publisistik dan Universitas Padjadjaran. "Setelah ia
diinterogasi, ia tidak menunjukkan penyesalannya", tulis dekan
kepada orang tua mahasiswa. Katanya lagi: "apabila ia tidak
merubah sikap, anda jangan kaget jika kepada yang bersangkutan
akan dikenakan tindakan tegas".
Tentu saja, surat dekan itu malah telah meningkatkan suhu panas
di kalangan mahasiswa Fakultas Publisistik. Sepucuk surat yang
dibikin para mahasiswa itu, 25 Pebruari kemarin, langsung
dikirim ke alamat Menteri P&K. "Oleh karena kami merasa
permasalahannya semakin serius, dan tidak ada tanggapan dari
bapak rektor, kami mohon kepada bapak Menteri segera bertindak
menyelesaikan masalah ini", tulis surat mahasiswa itu, "sebab
sungguh merupakan keinginan kami adanya ketenangan dan
eksistensi Fakultas Publisistik sebagai lembaga ilmiah dapat
segera diwujudkan dengan tindakan bapak".
Apa kata dekan? Onong Uchjana Effendy yang ditemui TEMPO hanya
menganjurkan agar menanyakan soalnya kepada rektor. Namun sempat
menyebutkan bahwa persoalan surat mahasiswa itu sudah selesai.
Tapi Hindersyah Wiratmadja, rektor Unpad, menuduh para mahasiswa
itu melakukan kegiatan di luar aturan permainan. "Mereka tak
mengerti rule of the game, buat apa saya layani", katanya.
Maksud rektor, kegiatan itu sebaiknya disalurkan lewat lembaga
mahasiswa yang ada.
Namun menurut Rizal Sctiady, bekas Ketua Senat Mahasiswa
Publisistik, tak selamanya lembaga kemahasiswaan itu
representatif dalam menyuarakan aspirasi mahasiswa. "Soalnya
karena kita ingin perubahan", katanya, "dan sebaiknya rektor
mengkaji dulu isi pernyataan mahasiswa itu, bukan langsung
apriori karena tidak dikeluarkan oleh senat".
Ini 'Kan Publisistik
Apakah mahasiswa menuntut pergantian dekan? Diakui mahasiswa
bahwa pergantian dekan bukan merupakan tuntutan mereka.
Pernyataan yang dibikin itu, "semata-mata dalam rangka
meningkatkan mutu fakultas", ucap Noesraeni, salah seorang
mahasiswa yang baru lulus sarjana. Dan rektor ternyata bukan
tidak mengakui adanya kekurangan-kekurangan di
fakultas-fakultasnya. "Kita mengakui kekurangan-kekurangan itu,
tapi siapa sih yang tak punya kekurangan", ucap Hindersyah,
"hanya yang penting kini sejauh mana kekurangan tadi bisa
diperbaiki, hingga Fakultas Publisistik misalnya bisa
meningkatkan mutu dan mutu kewartawanannya juga bisa naik".
Nampaknya, memang tak ada selisih pendapat antara mahasiswa dan
rektor. Hanya barangkali komunikasi - seperti yang diminta
rektor ketika pelantikan dekan - belum jalan antata Dekan
Publisistik dengan para mahasiswanya. Setidaknya karena menurut
para mahasiswa yang membikin pernyataan itu, dekan belum mau
bertemu dengan mereka. "Sudah tidak mau berdialog, tambah lagi
surat dekan yang dikirim kepada orang tua mahasiswa isinya, kok
main ancam, ucap salah seorang mahasiswa". Nah, tentu anjuran
rektor agar komukasi ditingkatkan bisa dilaksanakan. Apa lagi
ini 'kan Fakultas Publisistik?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini