Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Dekan Digugat. Dekan Kirim Surat Dekan Digugat. Dekan Kirim Surat

Beberapa mahasiswa publisistik unpad menuduh kekacauan yang terjadi di fakultas, akibat ketidak mampuan dekan. Kekacauan yang dimaksud A.L bidang administrasi, hingga banyak hasil ujian yang hilang.

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang mau memecah belah Universitas Padjadjaran? Setidaknya begitulah menurut Prof. Hindersyah Wiratmadja, Rektor Unpad, ketika melantik beberapa dekan, 28 Maret kemarin. Banyak orang luar dan orang dalam yang tidak puas terhadap prestasi Unpad. Ada yang bersifat sinis dan destruktif berusaha memecah-belah Unpad. Karena itu, demikian rektor, dekan baru di lingkungan Unpad diharapkan untuk lebih meningkatkan komunikasi secara efektif guna menciptakan suasana dan disiplin kerja, sehingga Unpad tak mudah dipecah-belah. Tidak disebutkan siapa orang luar dan orang dalam yang dimaksud rektor. Namun yang jelas sejak 20 Januari yang lalu, beberapa mahasiswa Fakultas Publisistik telah membikin surat yang tembusannya antara lain dikirim kepada Senat Guru Besar Unpad, dan Dirjen Pendidikan Tinggi P&K. Adapun isi surat yang diteken oleh Yosia Siregar Zinul Arifin, Fachzenil, Yantofani Yvonne L. Tarore (masih mahasiswa) dan dra. Noesreini, drs. Rizal Setiady drs. Faried Assegaf, drs. Sani Sanusi baru lulus sarjana itu menuduh adanya ketidak-wajaran dan kekacauan yang terjadi di fakultas, akibat ketidak mampuan pimpinan yang dipegang oleh drs Onong Uchyana Effendy MA. Tidak kurang dari 10 bukti kekacauan itu disebutkan juga dalam surat tadi. Antara lain, kekacauan administrasi, sehingga banyak angka hasil ujian yang hilang. Ada pula nilai kredit yang simpang siur. Juga ada sikap "saling mendiskreditkan" antara dosen yang dilakukan di depan mahasiswa. Lalu: perubahan-perubahan peraturan yang "semena-mena". Bahkan kepada dekan yang barusan saja dilantik lagi itu, surat menuduh: dekan mengarnbil kebijaksanaan yang "bersifat otoriter" dekan selalu "mendiskreditkan" bekas dekan lama, dan dekan membuat "teror mental" terhadap mahasiswa tertentu yang dianggap tidak mendukung untuk mengukuhkan kedudukannya. "Melihat ketidak wajaran tersebut, kami mohon kepada rektor untuk mengambil tindakan terhadap Dekan Fakultas Publisistik Unpad yang bertanggung jawab atas ketidak-sehatan yang berlangsung di fakultas, demi keutuhan lembaga ini dalam menjalankan pendidikan secara baik", demikian tulis surat itu. Surat yang dibikin mahasiswa itu memancing reaksi keras dari dekan fakultas. Dan dekan segera membalas mengirim surat kepada orang tua mahasiswa yang ikut menanda-tangani surat pernyataan tersebut. Isinya menyebutkan bahwa mahasiswa-mahasiswa itu telah melakukan perbuatan yang "tidak pantas" bagi seorang mahasiswa, karena dengan perbuatannya akan dapat menjatuhkan nama baik Fakultas Publisistik dan Universitas Padjadjaran. "Setelah ia diinterogasi, ia tidak menunjukkan penyesalannya", tulis dekan kepada orang tua mahasiswa. Katanya lagi: "apabila ia tidak merubah sikap, anda jangan kaget jika kepada yang bersangkutan akan dikenakan tindakan tegas". Tentu saja, surat dekan itu malah telah meningkatkan suhu panas di kalangan mahasiswa Fakultas Publisistik. Sepucuk surat yang dibikin para mahasiswa itu, 25 Pebruari kemarin, langsung dikirim ke alamat Menteri P&K. "Oleh karena kami merasa permasalahannya semakin serius, dan tidak ada tanggapan dari bapak rektor, kami mohon kepada bapak Menteri segera bertindak menyelesaikan masalah ini", tulis surat mahasiswa itu, "sebab sungguh merupakan keinginan kami adanya ketenangan dan eksistensi Fakultas Publisistik sebagai lembaga ilmiah dapat segera diwujudkan dengan tindakan bapak". Apa kata dekan? Onong Uchjana Effendy yang ditemui TEMPO hanya menganjurkan agar menanyakan soalnya kepada rektor. Namun sempat menyebutkan bahwa persoalan surat mahasiswa itu sudah selesai. Tapi Hindersyah Wiratmadja, rektor Unpad, menuduh para mahasiswa itu melakukan kegiatan di luar aturan permainan. "Mereka tak mengerti rule of the game, buat apa saya layani", katanya. Maksud rektor, kegiatan itu sebaiknya disalurkan lewat lembaga mahasiswa yang ada. Namun menurut Rizal Sctiady, bekas Ketua Senat Mahasiswa Publisistik, tak selamanya lembaga kemahasiswaan itu representatif dalam menyuarakan aspirasi mahasiswa. "Soalnya karena kita ingin perubahan", katanya, "dan sebaiknya rektor mengkaji dulu isi pernyataan mahasiswa itu, bukan langsung apriori karena tidak dikeluarkan oleh senat". Ini 'Kan Publisistik Apakah mahasiswa menuntut pergantian dekan? Diakui mahasiswa bahwa pergantian dekan bukan merupakan tuntutan mereka. Pernyataan yang dibikin itu, "semata-mata dalam rangka meningkatkan mutu fakultas", ucap Noesraeni, salah seorang mahasiswa yang baru lulus sarjana. Dan rektor ternyata bukan tidak mengakui adanya kekurangan-kekurangan di fakultas-fakultasnya. "Kita mengakui kekurangan-kekurangan itu, tapi siapa sih yang tak punya kekurangan", ucap Hindersyah, "hanya yang penting kini sejauh mana kekurangan tadi bisa diperbaiki, hingga Fakultas Publisistik misalnya bisa meningkatkan mutu dan mutu kewartawanannya juga bisa naik". Nampaknya, memang tak ada selisih pendapat antara mahasiswa dan rektor. Hanya barangkali komunikasi - seperti yang diminta rektor ketika pelantikan dekan - belum jalan antata Dekan Publisistik dengan para mahasiswanya. Setidaknya karena menurut para mahasiswa yang membikin pernyataan itu, dekan belum mau bertemu dengan mereka. "Sudah tidak mau berdialog, tambah lagi surat dekan yang dikirim kepada orang tua mahasiswa isinya, kok main ancam, ucap salah seorang mahasiswa". Nah, tentu anjuran rektor agar komukasi ditingkatkan bisa dilaksanakan. Apa lagi ini 'kan Fakultas Publisistik?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus