Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PARA pendukung, relawan, dan simpatisan para calon presiden sudah mulai berkampanye. Alih-alih kampanye positif, yang terjadi justru perang kampanye negatif. Bukannya menonjolkan prestasi calon masing-masing, mereka malah sibuk menyerang dan menguliti calon lain dengan berbagai narasi, yang ada kalanya tidak pantas, tapi dibalut dengan alasan kritik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam alam demokrasi di Indonesia, terutama sejak era Reformasi, kebebasan berpendapat dan berbicara dijamin sepenuhnya oleh undang-undang. Kebebasan berbicara bisa berupa kritik yang membangun atau memberikan saran yang bermanfaat, bukan asal berbicara. Namun berbicara dengan mengatasnamakan kritik sepertinya sering mengalami distorsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena mengkritik dan menghina atau menyebarkan kebencian batasnya tipis, sulit membedakan keduanya. Bahkan para tokoh tidak punya kemampuan membedakan kedua hal tersebut. Sebagian politikus di Indonesia termasuk kelompok ini. Sebab, mereka menghina pihak lain tanpa merasa bersalah. Menurut mereka, apa yang disampaikan adalah kritik.
Orang-orang cerdas bisa mengkritik dengan baik dan santun tanpa mengurangi maksud dan tujuan. Mereka bisa memberikan kritik yang keras, tajam, dan terarah, dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta disertai data yang akurat. Sebaliknya, orang-orang yang tidak cerdas dalam melakukan kritik sering menggunakan kata-kata bombastis atau menyengat, bahkan cenderung kasar. Kritik semacam itu sebenarnya tidak ada nilainya. Tidak lebih hanya akan menimbulkan hiruk-pikuk sementara waktu.
Orang-orang yang bijaksana biasanya tidak tertarik menanggapi hinaan yang dikemas sebagai kritik. Patut disayangkan di negeri kita politikus yang bersikap negarawan dan bijaksana masih langka. Hal ini tecermin dari cara mereka berbicara, menyampaikan pendapat, dan menyampaikan kritik.
Media sosial merupakan salah satu sarana menyuarakan pendapat, entah positif entah negatif. Di Indonesia, penetrasi Internet mencapai angka 78 persen dari populasi penduduk dengan jumlah pengguna aktif media sosial sebanyak 167 juta orang. Warganet di negeri kita mempunyai tingkat literasi digital yang rendah, tapi menghabiskan waktu bermain media sosial sekitar 200 menit setiap hari. Maka media sosial rentan menjadi ladang informasi palsu dan negatif selama masa kampanye.
Dua pemilihan umum terakhir, 2014 dan 2019, menjadi bukti bagaimana media sosial menjadi ajang pertempuran bagi tim kampanye dan para pendukung kubu yang bersaing. Media sosial dibanjiri berita hoaks, hasutan, hinaan, caci maki, serta kampanye memakai politik identitas.
Samesto Nitisastro
Depok, Jawa Barat
Keluhan Nasabah Panin Daiichi Life
KAMI pengguna aktif asuransi Panin dan rutin membayar preminya. Tapi pada saat kami mengalami keadaan darurat, anak kami sakit panas dengan temperatur tinggi dan harus dirawat, kami tidak bisa memakai asuransi dengan alasan asuransi tidak aktif sejak Juni 2020. Padahal kami selalu membayar premi hingga sekarang. Jadi ke mana uang kami?
Karena kesabaran kami sudah habis dan proses bertele-tele, kami memberanikan diri mengajukan tuntutan dan menggelar rilis pers. Kami tahu Panin Daiichi merupakan korporasi asuransi besar, tapi tidak ada tanggung jawab. Pada saat emergency, polis tidak bisa dipakai.
Jalur kekeluargaan sudah tidak bisa lagi ditempuh. Penggantian dua kali klaim senilai Rp 14 juta sangat jauh dari dana yang sudah kami bayarkan sejak 2020, yakni senilai Rp 100 juta. Kami membayar asuransi dengan segala jerih payah untuk memproteksi keluarga.
Uang pengganti dari Panin yang ditransfer secara sepihak juga kami kembalikan utuh sebagai tanda kami tidak takut terhadap kesewenang-wenangan korporasi besar. Kami menilai memang tidak ada iktikad baik dari Panin.
Suyanti
Jakarta
Tanggapan Panin Life
TERIMA kasih atas surat Ibu Suyanti perihal polis nomor 2018029xxx. Surat telah kami terima dan akan ditindaklanjuti. Mohon kesediaan Ibu untuk menunggu.
Anya
Customer care
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kampanye Negatif", "Keluhan Nasabah Panin Daiichi Life", dan "Tanggapan Panin Daiichi"