Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Kasus doktor iwan

24 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sangat menarik mengikuti kasus Doktor Iwan yang tak diberikan kerja di Batan, tapi ia didenda. Hal itu mengusik hati saya. Soalnya, saya teringat akan nasib adik saya yang juga sekolah di luar negeri. Kami datang dari keluarga yang kurang mampu. Namun adik saya itu mempunyai semangat juang yang tinggi sehingga akhirnya ia mempunyai kesempatan sekolah di Universitas Hamburg Jerman Barat dengan biaya sendiri. Itu dari hasil kerja sambilan sebagai tukang sabit rumput lapangan bola, kuli angkutan, dan pelayan restaurant. Adik saya itu sangat tekun dan pandai. Karena ketekunan dan kepandaiannya itu dia ternyata dapat memberi pelajaran kepada mahasiswa lokal (Jerman). Setelah lulus ia bekerja pada pabrik obat dan diberi kepercayaan sebagai penanggung jawab terhadap obat-obatan yang akan dikirim ke luar negeri. Mengingat yang bersangkutan sudah lama di luar negeri dan bekerja dengan teknologi tinggi, saya menyarankan kepadanya agar ia tetap bekerja di Jerman atau mencari kerja di negara maju lainnya. Jadi, tak usah kembali ke Indonesia agar dapat mempraktekkan pelajaran pada negara yang mempunyai fasilitas setingkat. Tapi adik saya itu sangat nasionalis. Ia menolak untuk tetap bekerja di luar negeri dan kembali ke Indonesia. Ternyata setelah kembali ke negeri tercinta ini ia tak dapat menerapkan ilmunya seperti yang selama ini dilakukannya. Pendidikan formalnya hanya dinilai setaraf dengan sarjana muda. Menurut saya, kalau pendidikan dokter memang perlu orientasi di Indonesia, tapi tidak untuk sarjana farmasi. Soalnya, banyak ahli-ahli obat yang berasal dari negara tersebut. Akhirnya saat ini adik saya itu bekerja sebagai pemborong bangunan kecil- kecilan. Profesornya pernah berkomentar ( ketika ia bertemu dengan profesornya), ''Hal ini sering terjadi pada negara yang sedang berkembang. Sebab, birokrasi hanya tunduk pada peraturan, bukan memikirkan apa yang seharusnya cepat diputuskan dan terbaik bagi Nusa dan Bangsa.'' Saya menghimbau pada bapak-bapak yang bertanggung jawab dalam masalah ini, khususnya yang bertanggung jawab kepada pengembangan sumber daya manusia bagi kepentingan Indonesia ini, agar segera menyelesaikannya demi yang terbaik bagi kepentingan Nusa dan Bangsa. Berikanlah wadah kerja bagi yang akan memajukan bangsa. Nama dan Alamat diketahui Redaksi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus