Penetapan idul fitri

Saya setuju dengan pengumuman Menteri Agama yang mengatakan bahwa pertemuan bulan dan matahari terjadi pada hari Selasa, 23 Maret 1993, pukul 14.30. Selanjutnya ia mengatakan bahwa pada saat matahari terbenam posisi bulan masih minus 1 sampai 2 derajat di bawah matahari. Untuk yang terakhir inilah saya tak mengerti. Menurut saya, karena dalam 30 hari (persisnya 29,5 lebih sedikit) posisi bulan bergeser 360 derajat, maka dalam 1 jam posisi bulan bergeser 360 (derajat): 30 (hari): 24 (jam) sama dengan 0,5 derajat. Jika pertemuan terjadi pada pukul 14.30, maka pada saat matahari terbenam (kira-kira 3,5 jam sesudah pertemuan) bulan sudah bergeser 3,5 X 0,5 atau 1,75 derajat di belakang matahari. Kemungkinan bisa dilihat, walaupun sulit, apalagi dengan mata telanjang. TVRI memberitakan bahwa Arab Saudi melaksanakan Idul Fitri pada hari Selasa. Kalau cara penentuan Idul Fitri di Arab benar, mestinya untuk belahan dunia dari Arab ke timur sampai garis bujur 180 derajat (termasuk Indonesia), mungkin Idul Fitrinya pada hari yang sama atau paling telat pada hari Rabu berikutnya. Kalau Idul Fitri di Arab pada hari Selasa dan di Indonesia hari Kamis, logika saya mengatakan pasti salah satu ada yang salah. Tidak tahu yang mana. Tahun Hindu dan tahun Islam sama-sama menggunakan sistem-lunar, tanggal 1 dari masing-masing bulan dimulai pada hari ketika malamnya terlihat bulan sabit baru. Yang terjadi kemarin, tanggal 1 umat Hindu (Nyepi) jatuh pada hari Rabu, sedangkan tanggal 1 umat Islam (Idul Fitri) jatuh pada hari Kamis. Lagi-lagi logika saya mengatakan pasti salah satu ada yang salah. Saya makin tidak mengerti karena dua-duanya mendapat restu dari Menteri Agama yang sama. Ada pembaca yang bisa menjelaskannya? Mudah-mudahan Allah selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. TOMEIN MASOEM Komplek UI 67 Ciputat 15419, Jakarta