Dalam tulisan "Nenek Moyang Sampai ke Babylon" (TEMPO, 28 September 1991, Kontak Pembaca) disebutkan bahwa nenek moyang kita sudah berdagang kayu cendana ke Timur Tengah, yang ketika itu merupakan Kerajaan Babylon. Nah, tanpa mengecilkan arti bangsa kita sebagai bangsa bahari, ketika para pelaut kita dengan kapalnya yang sederhana sudah menjelajah Lautan Hindia sampai ke Madagaskar, soal kayu cendana yang digunakan pada waktu Mesir Purba untuk pembalsam mumi bukanlah berasal dari negeri kita. Pada abad sebelum Masehi, sudah ada hubungan dagang dan pertukaran ilmu, terutama filsafat dan ilmu falak, antara Kerajaan Mesir Kuno (dan kerajaan lainnya) dan Kerajaan India. Kayu cendana, yang nama Latinnya Santalum album L., hanya tumbuh di tanah air kita dan Mysore, India. Dalam catatan sejarah, hubungan dagang antara Lembah Mesopotamia (Irak sekarang) dengan negara di bagian timur (Lembah Indus, India) dilakukan melalui jalan darat. Maka, kemungkinan terbesar, suplai kayu cendana berasal dari India, bukan dari Indonesia. ANDI H. TIRTABUANA Jalan GS VI/22 Jakarta 10720
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini