MICHAEL Pollontier berumur 27 tahun. Dalam lomba balap sepeda
Tour de France tahun ini, ia berhasil memenangkan tahap
pertama dalam etape besar di rute pegunungan Alpen yang penuh
pendakian, di hari ke-16 lomba balap sepeda tersebut. Pollontier
terkenal sebagai pendayung dan pendaki yang tangguh.
Kegembiraannya musnah setelah dia dielu-elukan orang. Beberapa
jam setelah kemenangan itu panitia memecatnya. Pollontier
didiskwalifisir karena ternyata ia memakai obat perangsang dalam
lomba ini. Dr. Calvez dari Federasi Balap Sepeda Perancis dan
Renato Soccini dari Uni Balap Sepeda Internasional telah
memutuskan hal itu. Pollontier juga harus membayar denda
sebanyak 1000 Swis Francs, karena dia telah memberi laporan
palsu. Yaitu menukar air kencingnya dengan milik orang lain,
ketika pemeriksaan obat perangsang sedang berlangsung. Konon
Pollontier menukar air kencingnya itu ketika dia melakukan buang
air kecil di sebuah WC di hotel yang telah ditentukan panitia.
Monumen Kebanggaan
Tour de France berlangsung selama 23 hari. Kini tinggal diikuti
93 peserta dari berbagai negara Eropa. Minggu 23 Juli yang lalu
balap sepeda ini usai. Seminggu sebelum pertandingan ini
selesai, beberapa pembalap telah memberikan tanda-tanda
kemenangannya. Misalnya Joop Zoetemelk (31 tahun), telah
mengikuti lomba ini sebanyak 8 kali. Tiga kali dia berhasil
meraih juara kedua. Ketika Pollontier belum dicopot, Zoetemelk
menduduki barisan ke-4 dan terus maju ke depan.
Empatbelas menit di belakang Zoetemelk, tetap mendayung dengan
kepala dingin si Bernard Hinault (23 tahun). Dia tetap mengikuti
jarak dekat Bruyere selama 8 hari dan juga berhasil menyapu
Hennie Kuiper, yang pernah mendapat jajaran kedua setelah
Pollontier (dan Zoetemelk). Hinault mempunyai keyakinan: "Saya
ingin mendayung sepeda dengan gagah dan kuat, begitu mendekati
kota Paris."
Peserta Tour de France selalu banyak. Start pertama selalu
diborong oleh ratusan peserta. Tapi biasanya, kalau balapan
sudah mencapai lebih dari tempo seminggu, pengikutnya semakin
tersaring. Yang tidak berpengalaman dan nyali kecil, tersisih.
Tinggal mereka-mereka yang telah mengadakan latihan mantap dan
kenyang akan pengalaman lomba beginian.
Hadiah lomba sepeda ini selalu menggiurkan. Menang satu rute
saja konon bisa berongkang-kaki beberapa tahun untuk tidak usah
bekerja.
Bagi rakyat Perancis sendiri, ini semacam lomba yang penuh
dengan monumen-monumen kebanggaan. Begitu musim panas di bulan
Juli tiba, setiap tahun, penduduk kota dan desa di jalan-jalan
yang akan dilewati balap sepeda ini, telah siap dengan tontonan
yang cukup mendebarkan hati dan selalu menarik. Bagaimana
penonton menunggu, mengharap dan kemudian menyaksikan
kejadian-kejadian seperti ban kempes, kecelakaan, mundurnya
seorang peserta atau kesombongan dan kecongkakan bekas juara --
semua itu bisa ditonton dengan cuma berdiri di sepanjang jalan
yang disinari terik matahari yang hangat atau harus menggigil
kedinginan karena salju belum seluruhnya habis di musim dingin
yang lalu.
Le Reveil Matin
Tour de France telah berlangsung selama 75 tahun. Pada mulanya
seorang pembalap sepeda Pierre Chany mempunyai gagasan untuk
menciptakan balap sepeda seputar Perancis. Chany yang menyokong
Dreyfus (itu perwira Perancis berkebangsaan Yahudi dan dituduh
melakukan spionase untuk Jerman), telah minta tolong seorang
wartawan Le Velo (sepeda) yang bernama Pierre Giffard untuk
memperinci idenya dalam Le Velo. Giffard, mungkin berharap agar
maksud balap sepeda ini lebih banyak diketahui orang, menulis
juga tentang balap sepeda ini di harian Petit Journal, yang
membela "perkara Dreyfus". Lawan-lawan Giffard tentu saja tidak
senang akan hal ini dan kemudian menerbitkan sebuah harian baru
yang bernama L'Auto-velo (mobil sepeda). Harian ini rupanya
lebih menarik karena masyarakat waktu itu sedang demam
modernisasi, sementara mobil dikenal baru di akhir abad 19.
Akibatnya Le Velo kurang menarik. Ini berarti buyarlah
angan-angan Chany. Apalagi karena waktu itu sangat sulit untuk
menjala daya tarik orang Perancis yang sudah bosan pada balap
sepeda yang itu-itu juga. Apalagi, setiap ada balapan sepeda,
selalu saja ada masalah-masalah yang hampir sama. Misalnya
jalanan yang buruk, mutu ban kurang baik, pengawasan rute kurang
intensif dan yang masih utuh cuma: tenaga dan kemauan si
pembalap sendiri.
Kemudian Henri Desgangres di bulan Nopember l 902 mendapat
ilham. Dia akan mengadakan perlombaan yang lamanya 6 hari,
dengan rute istimewa yaitu rute yang menghubungkan kota-kota
besar di Perancis. Balapan akan dibagi dalam 6 tahap (2.428 km)
dan pembalap dibagi dua: mereka yang tergolong dalam klasifikasi
umum (yang turut serta dari awal sampai finis) dan mereka yang
cuma mengikuti tahap-tahap tertentu.
Tanggal 1 Juli 1903 jam 15.00 perlombaan terujud. Start dimulai
di depan warung kopi Le Reveil Matin, dekat kota Draveil. Lomba
pertama diikuti 60 pembalap yang mengenakan pici, baju putih dan
celana ketat warna hitam. Dari semua itu, 19 pembalap berhasil
mencapai finis. Pemenangnya, Maurice Garon, yang mendapat
sambutan hangat dari penonton yang berkumpul di Stadion Parc des
Princes, Paris. Setelah tahun 1903, balapan sepeda model ini
selalu sukses dan selalu dinanti oleh masyarakat Perancis.
Perlombaan hanya terhenti ketika pecah Perang Dunia II.
Kesulitan-kesulitan yang ditemui pembalap-pembalap juga
macam-macam. Sebagian besar karena pembalap lain berbuat curang.
Misalnya mereka yang telah melewati rute, dengan sukarela
menyebar paku di sepanjang jalan, agar tidak bisa disusul oleh
pembalap lain. Penonton bahkan dengan sukarela pula membantu
kecurangan ini. Misalnya, pembalap yang mereka senangi, dicoba
diselundupkan lewat kereta-api malam. Atau sebuah mobil menarik
sepeda itu dengan seutas tali. Tentu saja, mereka berhasil
menyapu pembalap-pembalap yang menggunakan tenaga sendiri.
Kini kecurangan boleh dikata tak ada lagi. Kalau ketahuan bahkan
akibatnya bisa seperti si Pollontier itu.
Dengan bersibak airmata, Pollontier telah menceriterakan
kisahnya kepada beberapa wartawan yang berkumpul di balkon kamar
hotelnya. Orang Belgia dari tim Flandria ini berkata: "Mereka
mentest saya dan tak ada kesukaran apaapa. Dokter bahkan
mengatakan saya oke. Saya membubuhkan tandatangan dan dia juga
kemudian memberikan tandatangannya." Dan Pollontier tampak
marah, kecewa dan perasaannya betul-betul tidak karuan. Tambah
Pollontier lagi: "Obat yang saya telan adalah obat untuk
menolong saya bernafas. Sebelumnya saya telah meminumnya dan itu
bukan amphetamine."
Pembalap lain, Antoine Guttierez (25 tahun), menurut Reuter juga
didiskwalifisir, bukan karena obat perangsang. Test tentang hal
ini juga lulus atau pemeriksa menemukan sesuatu di bawah
jaketnya? Guttierez adalah pembalap nomor dua yang bisa leading
di muka. Rupanya, beberapa pembalap kini menaruh kecungaan
kepada panitia yang bertindak curang. Freddy Maertens --
pendayung dan pendaki bukit dari Belgia -- juga telah ditest
beginian ini sebanyak 8 kali dalam 8 kali sprint.
Tujuh orang yang tadinya masuk dalam diskwalifikasi, kini boleh
ikut kembali. Mereka ini -- ketika menanjak sebuah bukit Alpe
d'Huez yang panjangnya l0 mil -- telah dibantu dorong oleh
beberapa penonton. Ketika panitia menginterogasi hal ini,
ketujuhnya mengaku, masing-masing telah mendapat dorongan dari
belakang sebanyak 10 kali dari para penonton yang tidak mereka
kenal. Sebelumnya, serombongan pembalap telah mengadakan semacam
demonstrasi jalan pelan ketika mereka tahu bahwa jam start
pertandingan terlalu pagi dari jam yang ditentukan.
Le Forcats de La Route
Semua keruwetan itu tampaknya cukup menggaduhkan jalannya
pertandingan. Tapi yang paling "sakit" hatinya tampaknya
Pollontier. Bukan saja uang kemenangan hilang dari kantongnya,
"tapi tindakan panitia memecat saya ini cukup membuat saya
bangkrut." Latihan baginya, telah memakan waktu dua bulan.
Pemunculannya di iklan (tampil 30 kali) juga akan punah. "Dan
perlakuan terhadap saya, saya rasa sangat tidak adil."
Memang mutu perlombaan kini ditingkatkan searah dengan majunya
dunia teknik. Mutu, dalam Tour de France, selalu dianggap yang
paling pegang kekuasaan. Juga jumlah penonton yang mencandu
melihat balapan ini -- orang Perancis menyebut mereka leforcats
de la route -- semakin bertambah. Mereka yang telah jadi bintang
Tour de France, selalu mendapat perlakuan istimewa. Mereka, sang
juara, adalah raja.
Di Paris sebagai finis, sejumlah kotapraja berebut untuk
menjadikan daerahnya tempat finis. Selain itu hanya orang-orang
terhormat saja yang berhasil mendapat undangan untuk menyaksikan
finis, di luar ribuan yang hadir di sepanjang jalan. Le Tour de
France, akhirnya menjadi lomba buah hati seluruh rakyat
Perancis. Biarpun di negara Eropa lain ada pula Tour of Britain,
Tour of Italy atau di Belgia dan Belanda, Tour de France rupanya
puncak dari semua balap sepeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini