KURANG lebih 150 meter dari Pantai Binaria, ada dua buah
rakit yang tidak jera oleh tamparan ombak. Setiap dua minggu
sekali, ada sebuah perahu yang mendekati rakit yang teronggok
sejak Maret 1980. November kemarin, di seputar dua rakit yang
lama, telah bertambah lagi lima buah rakit baru. Dan perahu yang
hilir mudik menuju ke rakit-rakit tersebut semakin banyak.
Apa gerangan yang dikerjakan oleh mereka yang ada di dalam
perahu tersebut? Mereka meniti bambu-bambu yang diikatkan ke
rakit, yang luasnya 2 x 3 meter. Pada bambu-bambu tersebutlah,
menempel larva-larva (di dalam air masih bersifat plankton) yang
panjangnya sckitar 2 mm. Pertumbuhan larva-larva itu diamati.
Bulan pertama panjang tubuhnya menjadi 1,2 cm, 5 bulan, 6,4 cm
Dan sekitar 7 bulan, larva yang kini berbentuk kerang, sudah
mempunyai panjang tubuh 8 cm. Karena warnanya hijau, disebut
orang "kerang hijau".
Bentuk kerang ini bulat memanjang dan pipih pada katupnya.
Di dekat katup, warnanya dari coklat tua berubah
kehijau-hijauan. Ada garis tipis biru yang memperindah tubuh
kerang yang mengkilap tersebut. "mungkin karena warnanya indah,
orang takut makan," kata Ir. Wahyuni M. Yarman, kurator
Akurarium Gelanggang Samudra, Ancol.
Memang belum jamak untuk memasukkan kerang hijau ini dalam
khasanah makanan Indonesia. Kini usaha dikembangkan ke sana.
"Saya mendukung sekali budidaya kerang hijau ini," demikian
Gubernur DKI Tjokropranolo kepada TEMPO.
Percobaan berternak kerang hijau telah dilakukan oleh Badan
Pelaksana Pembangunan Proyek Ancol dan Lembaga Oseanologi
Nasional. Tak terlalu sukar nampaknya. Mytilus viridis--nama
ilmiah dari kerang hijau--cepat subur kalau hidup di laut
dangkal yang penuh pasir dan lumpur. Juga dalam air laut yang
berkadar garam sekitar 31% bertemperatur antara 20-30 derajat C,
mytilus viridis akan cepat sekali menggemuk. "Jadi ada
kemungkinan bisa hidup di seluruh perairan Indonesia," kata
Sukiman Hendrokusumo M.Sc., pimpinan dari Gelanggang Samudra
Ancol, Jakarta.
Apalagi di depan muara sungai. Seperti halnya di teluk
Jakarta, perbandingan antara isi (daging) dan kulit kerang bisa
menjadi 60% dan 40%. Dari hasil ladang kerang yang dilakukan
Lembaga Oseanologi dan Gelanggang Samudra Ancol, 9 bulan
terakhir ini isi yang baru mereka capai memang rata-rata 34%.
Tapi, "Kami kini sedang mengusahakan bagaimana caranya agar
berat isi (daging) lenih besar ketimbang kulit." kata salah
seorang peneliti.
Hasil yang diperoleh dari ladang kerang ini sekitar 7,5 -
10 kg, dari setiap bambu yang panjangnya sekitar 1 meter. Di
satu rakit, bergelantungan sekitar 108 batang bambu. Seluruhnya
bisa menghasilkan berat kotor sekitar 800 kg hingga, 1 ton.
Memeliharanya juga gampang. Artinya, kerang tidak perlu
diberi makan secara khusus. Binatang itu mengambil makanan dari
benda-benda yang lewat di depan mulutnya. Gizinya cukup tinggi
(lihat box).
Melihat prospek ini, wilayah seluas 0,5 - 1 hektar akan
diusahakan sebagLi kawasan peladangan kerang hijau secara
khusus. "Kalau panen nanti," kata Sukiman lagi dengan muka
cerah, "biar Bapak Presiden Yang memulainya.
"Iya, enak gurih," ujar salah seorang penjual kerang di
pasar Petak Sembilan, Jakarta Kota. Cuma banyak orang yang belum
mengenalnya. Pedagang makanan di Glodok atau Pelak Sembilan
tidak akan paham kalau ditanya: "Ada kerang hijau? " Mereka
mengenal makanan laut itu sebagai "kuang-kuang" Banyak menempel
di bambu-bambu bagan yang puluhan jumlahnya di teluk Jakarta.
Kerang hijau bisa dimasak apa saja. Direbus dan dimakan
dengan sambal juga enak. Untuk campuran sayuran, juga sedap.
Juga untuk sambal goreng. "Istri saya", kata Tjokropranolo,
"pandai sekali memasaknya. Ditumis dengan kangkung dengan bumbu
yang pedas heem, sedaap sekali."
Gubernur menceritakan bahwa keluarganya sangat menggemari
kerang hijau ini. Betulkah kerang ini, bila dimakan mentah,
menambah kejantanan Tjokropranolo tidak menjawab dengan
kata-kata, tetapi dengan ketawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini