Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Makanan Baru Dari Teluk

Usaha pengembangan kerang hijau/mytilus viridas. percobaan beternak kerang hijau telah dilakukan oleh badan pelaksana pembangunan proyek ancol dan lembaga oseanologi nasional.(ils)

20 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KURANG lebih 150 meter dari Pantai Binaria, ada dua buah rakit yang tidak jera oleh tamparan ombak. Setiap dua minggu sekali, ada sebuah perahu yang mendekati rakit yang teronggok sejak Maret 1980. November kemarin, di seputar dua rakit yang lama, telah bertambah lagi lima buah rakit baru. Dan perahu yang hilir mudik menuju ke rakit-rakit tersebut semakin banyak. Apa gerangan yang dikerjakan oleh mereka yang ada di dalam perahu tersebut? Mereka meniti bambu-bambu yang diikatkan ke rakit, yang luasnya 2 x 3 meter. Pada bambu-bambu tersebutlah, menempel larva-larva (di dalam air masih bersifat plankton) yang panjangnya sckitar 2 mm. Pertumbuhan larva-larva itu diamati. Bulan pertama panjang tubuhnya menjadi 1,2 cm, 5 bulan, 6,4 cm Dan sekitar 7 bulan, larva yang kini berbentuk kerang, sudah mempunyai panjang tubuh 8 cm. Karena warnanya hijau, disebut orang "kerang hijau". Bentuk kerang ini bulat memanjang dan pipih pada katupnya. Di dekat katup, warnanya dari coklat tua berubah kehijau-hijauan. Ada garis tipis biru yang memperindah tubuh kerang yang mengkilap tersebut. "mungkin karena warnanya indah, orang takut makan," kata Ir. Wahyuni M. Yarman, kurator Akurarium Gelanggang Samudra, Ancol. Memang belum jamak untuk memasukkan kerang hijau ini dalam khasanah makanan Indonesia. Kini usaha dikembangkan ke sana. "Saya mendukung sekali budidaya kerang hijau ini," demikian Gubernur DKI Tjokropranolo kepada TEMPO. Percobaan berternak kerang hijau telah dilakukan oleh Badan Pelaksana Pembangunan Proyek Ancol dan Lembaga Oseanologi Nasional. Tak terlalu sukar nampaknya. Mytilus viridis--nama ilmiah dari kerang hijau--cepat subur kalau hidup di laut dangkal yang penuh pasir dan lumpur. Juga dalam air laut yang berkadar garam sekitar 31% bertemperatur antara 20-30 derajat C, mytilus viridis akan cepat sekali menggemuk. "Jadi ada kemungkinan bisa hidup di seluruh perairan Indonesia," kata Sukiman Hendrokusumo M.Sc., pimpinan dari Gelanggang Samudra Ancol, Jakarta. Apalagi di depan muara sungai. Seperti halnya di teluk Jakarta, perbandingan antara isi (daging) dan kulit kerang bisa menjadi 60% dan 40%. Dari hasil ladang kerang yang dilakukan Lembaga Oseanologi dan Gelanggang Samudra Ancol, 9 bulan terakhir ini isi yang baru mereka capai memang rata-rata 34%. Tapi, "Kami kini sedang mengusahakan bagaimana caranya agar berat isi (daging) lenih besar ketimbang kulit." kata salah seorang peneliti. Hasil yang diperoleh dari ladang kerang ini sekitar 7,5 - 10 kg, dari setiap bambu yang panjangnya sekitar 1 meter. Di satu rakit, bergelantungan sekitar 108 batang bambu. Seluruhnya bisa menghasilkan berat kotor sekitar 800 kg hingga, 1 ton. Memeliharanya juga gampang. Artinya, kerang tidak perlu diberi makan secara khusus. Binatang itu mengambil makanan dari benda-benda yang lewat di depan mulutnya. Gizinya cukup tinggi (lihat box). Melihat prospek ini, wilayah seluas 0,5 - 1 hektar akan diusahakan sebagLi kawasan peladangan kerang hijau secara khusus. "Kalau panen nanti," kata Sukiman lagi dengan muka cerah, "biar Bapak Presiden Yang memulainya. "Iya, enak gurih," ujar salah seorang penjual kerang di pasar Petak Sembilan, Jakarta Kota. Cuma banyak orang yang belum mengenalnya. Pedagang makanan di Glodok atau Pelak Sembilan tidak akan paham kalau ditanya: "Ada kerang hijau? " Mereka mengenal makanan laut itu sebagai "kuang-kuang" Banyak menempel di bambu-bambu bagan yang puluhan jumlahnya di teluk Jakarta. Kerang hijau bisa dimasak apa saja. Direbus dan dimakan dengan sambal juga enak. Untuk campuran sayuran, juga sedap. Juga untuk sambal goreng. "Istri saya", kata Tjokropranolo, "pandai sekali memasaknya. Ditumis dengan kangkung dengan bumbu yang pedas heem, sedaap sekali." Gubernur menceritakan bahwa keluarganya sangat menggemari kerang hijau ini. Betulkah kerang ini, bila dimakan mentah, menambah kejantanan Tjokropranolo tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi dengan ketawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus