MENAMPILKAN Benyamin S. dan beberapa pemain film di atas
pentas lenong, pertunjukan tradisional Betawi itu, diharapkan
dapat mengundang penonton. Tapi Benyamin yang biasa kocak, lebih
banyak mengiikuti jalur spontanitasnya daripada kaidahkaidah
lenong.
Itu terlihat pada pertunjukan lenong playboy Kampung, di
Teater Terbuka TIM 6 dan 7 Desember lalu. Misalnya dalam
pertunjukan itu pemain tak lagi suka berpantun-pantun dalam
beberapa ucapan penting seperti biasanya dalam pertunjukan jenis
ini. Begitu pula pcmain tak masuk dari pintu kanan lalu keluar
dari pintu kiri--tapi semaunya.
Namun dalam beberapa segi lain, kelainan-kelainan itu
rupanya tak terlepas dari kehendak sutradaranya, S.M. Ardan.
Umpamanya tampak dalam pakaian pemain yang lebih cenderung
mengenakan busana sehari-hari masa sekarang. Musik gambang
kromong yang biasanya sebagai tanda perubahan adegan, juga
digunakan sebagai efek suara. "Sudah seperti sandiwara komidi
biasa saja," komentar Ketua LPKJ, D. Djajakusuma.
Playboy Kampung menampilkan kisah kebuayaan pemuda Benny
(Benyamin S.). Meskipun sudah mempunyai istri, rupanya ia tak
segan-segan memetik gadis-gadis yang disenanginya untuk
diperistri pula. Setiap hari ia bersama temannnya mengincar
gadis-gadis yang rupanya selalu menyambut senang pemuda itu,
karena tampangnya lebih menonjol dibanding pemuda-pemuda kampung
lainnya.
Keberhasilan Benny menggaet gadis gadis didukung pula oleh
kebijakannya mengambil hati para orang tua sang gadis.
Apalagi ia sadar benar, para calon mertua itu rata-rata doyan
martabak dan kacang. Hampir tiap kali bertandang, ia membawa
kedua jenis makanan itu untuk meluluhkan hati orang tua si gadis.
Kapok Deh
Tapi buaya kampung itu ketemu batu sewaktu menyenangi gadis
Yani. Sebab kemudian ternyata sang cewek adalah adik tirinya.
Sebelum mengetahui hal itu, berbagai usaha dilakukan Benny untuk
menyunting Yani. Sampaisampai ia harus membawa seekor kambing
(yang dibajui dan berpita) untuk dihaturkan ke hadapan sang
mertua. Namun sekali ini sang buaya harus gigit jari, karena
Yani ternyata adik tirinya. "Kapok deh, gue," keluh Benny
mengakhiri pertunjukan.
Tapi sang kambing yang ikut-ikutan berimprovisasi seperti
tuannya, sempat membuat pertunjukan terganggu. Suatu saat ia
kabur ke bawah panggung'--sayang pemain tak spontan mengimbangi
adegan di luar rencana ini.
S.M. Ardan tampaknya lebih banyak menggarap Benyamin,
sehingga pemainpemain lainnya banyak tersisih. Padahal menurut
salah seorang penyelenggara pertunjukan ini, menampilkan
beberapa pemain film -- selain Benyamin, juga Aminah
Tjendrakasih sebagai istri Benny dan Wolly Sutinah untuk peran
emak si Benny--adalah untuk kembali menarik minat penonton
terhadap Lenong. Dan hasilnya agaknya belum tampak. Sebab
penonton di dua malam pertunjukan itu hanya mengisi bagian depan
dan belakang tempat pertunjukan yang besar itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini