Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Benyamin, si buaya kampung benyamin, si buaya kampung

Bintang-bintang film ikut main dalam pertunjukan lenong playboy kampung di teater tim a.l: benyamin, s. aminah tjendrakasih, wolly sutinah. untuk menarik minat penonton terhadap lenong.

20 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENAMPILKAN Benyamin S. dan beberapa pemain film di atas pentas lenong, pertunjukan tradisional Betawi itu, diharapkan dapat mengundang penonton. Tapi Benyamin yang biasa kocak, lebih banyak mengiikuti jalur spontanitasnya daripada kaidahkaidah lenong. Itu terlihat pada pertunjukan lenong playboy Kampung, di Teater Terbuka TIM 6 dan 7 Desember lalu. Misalnya dalam pertunjukan itu pemain tak lagi suka berpantun-pantun dalam beberapa ucapan penting seperti biasanya dalam pertunjukan jenis ini. Begitu pula pcmain tak masuk dari pintu kanan lalu keluar dari pintu kiri--tapi semaunya. Namun dalam beberapa segi lain, kelainan-kelainan itu rupanya tak terlepas dari kehendak sutradaranya, S.M. Ardan. Umpamanya tampak dalam pakaian pemain yang lebih cenderung mengenakan busana sehari-hari masa sekarang. Musik gambang kromong yang biasanya sebagai tanda perubahan adegan, juga digunakan sebagai efek suara. "Sudah seperti sandiwara komidi biasa saja," komentar Ketua LPKJ, D. Djajakusuma. Playboy Kampung menampilkan kisah kebuayaan pemuda Benny (Benyamin S.). Meskipun sudah mempunyai istri, rupanya ia tak segan-segan memetik gadis-gadis yang disenanginya untuk diperistri pula. Setiap hari ia bersama temannnya mengincar gadis-gadis yang rupanya selalu menyambut senang pemuda itu, karena tampangnya lebih menonjol dibanding pemuda-pemuda kampung lainnya. Keberhasilan Benny menggaet gadis gadis didukung pula oleh kebijakannya mengambil hati para orang tua sang gadis. Apalagi ia sadar benar, para calon mertua itu rata-rata doyan martabak dan kacang. Hampir tiap kali bertandang, ia membawa kedua jenis makanan itu untuk meluluhkan hati orang tua si gadis. Kapok Deh Tapi buaya kampung itu ketemu batu sewaktu menyenangi gadis Yani. Sebab kemudian ternyata sang cewek adalah adik tirinya. Sebelum mengetahui hal itu, berbagai usaha dilakukan Benny untuk menyunting Yani. Sampaisampai ia harus membawa seekor kambing (yang dibajui dan berpita) untuk dihaturkan ke hadapan sang mertua. Namun sekali ini sang buaya harus gigit jari, karena Yani ternyata adik tirinya. "Kapok deh, gue," keluh Benny mengakhiri pertunjukan. Tapi sang kambing yang ikut-ikutan berimprovisasi seperti tuannya, sempat membuat pertunjukan terganggu. Suatu saat ia kabur ke bawah panggung'--sayang pemain tak spontan mengimbangi adegan di luar rencana ini. S.M. Ardan tampaknya lebih banyak menggarap Benyamin, sehingga pemainpemain lainnya banyak tersisih. Padahal menurut salah seorang penyelenggara pertunjukan ini, menampilkan beberapa pemain film -- selain Benyamin, juga Aminah Tjendrakasih sebagai istri Benny dan Wolly Sutinah untuk peran emak si Benny--adalah untuk kembali menarik minat penonton terhadap Lenong. Dan hasilnya agaknya belum tampak. Sebab penonton di dua malam pertunjukan itu hanya mengisi bagian depan dan belakang tempat pertunjukan yang besar itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus