Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Mat kodak

Ed Zoelverdi, 42, redaktur foto TEMPO menyusun buku mat kodak, melihat sejuta mata. Untuk meningkatkan citra wartawan foto wartawan proporsional. (sdr)

23 Maret 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH pada tempatnya bila TEMPO, sebagai majalah berita yang resepnya adalah "majalah berita bergambar", sangat memperhatikan soal foto. Di sini foto tidak hanya sebagai pelengkap penampilan visual, tapi juga sebagai berita itu sendiri: Photojournalism yang dipahami sebagai mencakup komblnasi gambar-gambar dan cerita. Karena itu, penghargaan TEMPO kepada karya press photographer bersifat profesional seperti terhadap wartawan tulis. Pernah, misalnya, untuk menyajikan foto penting kunjungan Presiden Soeharto ke Spanyol dan AS (1982), kami membayar sekitar Rp 2 juta untuk hanya 4-5 foto sekali penerbitan kepada suatu sindikat foto berita. Hal ini tidak berlebih-lebihan, mengingat tuntutan kebutuhan informasi yang lengkap dan menarik dari para pembaca. Berdasarkan pengamatan redaktur foto TEMPO, Ed Zoelverdi, belum banyak media massa di sini yang menghargai karya foto jurnalistik secara proporsional. Kata dia, di berbagai daerah, misalnya, ada koran yang menetapkan harga foto Rp 500 selembar. Bukan karena koran itu miskin, tapi karena mereka menganggap bahwa dengan membayar sekian itu, mereka sudah memberi kelipatan empat dibanding modal mencetak sebuah foto ukuran kartu pos. Dalam kenyataannya, memang, kita sering kali melihat, seseorang nyemplung menjadi juru potret di koran karena dianggap tak becus menulis berita. Malangnya, pendirian serupa itu mewabah pula di kalangan wartawan foto itu sendiri: Kalau sudah motret, buat apa harus menulis? Sebagai ikhtiar mengubah pandangan bahwa wartawan foto itu hanya "kuli pemikul ransel Tuan Pemburu di belantara Afrika". Ed Zoelverdi, 42, yang bergabung dengan kami sejak awal penerbitan TEMPO, menuangkan pengetahuan dan pengalamannya selama berkecimpung di dunia fotografi pers dalam buku: Mat Kodak, Melihat untuk Sejuta Mata. Diterbitkan oleh PT Grafitipers, awal bulan ini, buku itu merupakan buku jurnalistik foto Indonesia yang pertama dan dibuat oleh "orang dalam" dunia itu. Ed, sebelum majalah ini terbit, adalah ilustrator, karikaturis, dan penulis beberapa koran, sambil mendalami fotografi. Bukunya ini bukan mengetengahkan masalah teknis fotografi, tapi apa yang disebutnya "gagasan konsepsional agar kewartawanan foto tumbuh secara profesional". Sebab, keberadaaan "Mat Kodak" dalam jajaran pers, kata H. Rosihan Anwar, sudah diakui dan dihargakan: "Mat Kodak sudah tiba di tempatnya dan akan tetap berada di sana."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus