Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Melirik rumah larik

Di dusun tuo, sungai penuh, ada rumah yang disebut larik, yang panjangnya 150 meter, bertiang tinggi menggunakan kayu persegi delapan. satu larik terdiri atas 30 petak yang mempunyai jenjang sendiri. (ils)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Dusun Tuo dalam Kemendopon Lima Dusun masih ditemukan sekelompok rumah panjang yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan atap bambu atau pun atap seng. Rumah panjang yang biasa disebut larik itu panjangnya ada yang sampai 150 meter, terdiri dari 30 petak dengan 30 buah jenjang. Dusun Tuo terletak di jantung kota Sungai Penuh, berpenduduk hampir 3000 jiwa. Tiap petak rumah larik didiami satu keluarga. Penghuni rumah larik ini biasanya berasal dari satu pertalian darah atau satu kalbu dan dipimpin oleh seorang ninik-mamak. Deretan beberapa buah rumah-larik dinamakan lurah, dipimpin seorang Depati. Dan kumpulan lurah inilah yang membentuk dusun yang dikepalai oleh seorang Kepala Dusun. Dusun Tuo merupakan dusun asli Kerinci yang masih agak utuh. Rumah yang bertiang tinggi, dengan tiang kayu bersegi delapan, diukir halus, diberi warna hijau tua, hitam, merah dan kuning dikelilingi parit yang selalu mengalirkan air. Air yang mengalir inilah yang digunakan oleh para penghuninya untuk memenuhi segala keperluan rumah-tangga. Rumah larik di Dusun Tuo demikian rapatnya, hingga yang dinamakan pekarangan tinggal 2 atau 3 meter dan digunakan untuk jalan. Seluruh rumah lari ini tampaknya sudah lapuk. Sewaktu-waktu seolah-olah ancaman kebakaran dapat memusnahkan perkampungan ini. Mendopo Lima Dusun Syamsuddin gelar Depati Payung yang berasal dari Dusun Tuo ini mengatakan pada TEMPO bahwa "Insya Allah kebakaran dapat dicegah berkat kewaspadaan dan berkat cukup tersedianya air di sekeliling rumah larik". Pintu Langkan Antara satu petak dengan petak lain dari rumah larik tidak sepenuhnya tertutup-mati. Ada pintu yang harus dibuka pada hari-hari tertentu seperti pada hari raya, perhelatan, kemalangan ataupun musyawarah kaum. Dengan demikian langkah yang panjangnya puluhan sampai ratusan meter itu terbuka. Tiap penghuni petak harus menggelarkan tikar. Depati Payung mengakui bahwa penghuni Dusun Tuo ada juga "yang nakal". Ada yang tidak membuka pintu langkah atau tidak menggelarkan tikar pada acara-acara yang ditentukan. Ada pula yang menggadaikan petaknya, meskipun rumah larik itu didirikan di atas tanah kaum. Mengapa rumah larik itu menjadi bertumpuk? Depati Payung mengungkapkan bahwa asal-mulanya untuk keamanan, terutama bahaya binatang buas seperti harimau. Dan seluruh rumah adat tersebut dilingkungi oleh parit yang empat. Syamsuddin juga melihat kenyataan mulai adanya penghuni rumah larik yang memisahkan diri dan mendirikan rumah-rumah baru yang modern di atas tanah milik pribadi. Tentang jendela kecil yang hanya berukuran 30 x 50 Cm dan dinamakan pintu dari Kepala Mendopo Lima Dusun itu mengatakan bahwa telah mulai diadakan perubahan "untuk memperbesar jendela" demi kepentingan kesehatan penghuni rumah. Dan perubahan ini tentu saja berjalan lamban sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus