Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Minus atau surplus ?

Daerah tingkat ii gresik surplus bahan makanan. tapi itu berarti pendapatan setiap daerah telah merata. separuh kecamatannya masih punya tingkat pendapatan di bawah target nasional. (dh)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMENTARA Prof. Emil Salim pidato soal perataan pendapatan, J. Soewondo, Kepala Diperta Tk. II Gresik melaporkan daerahnya surplus bahan makan 30 kg lebih per kapita per tahun. Angka itu diperoleh dari rata-rata pendapatan padi, jagung dan ketela sebanyak 1.283.573 kwintal, dengan penduduk hampir 640 ribu. Lalu, ditemukan pendapatan per kapita setahun 2000 kg lebih sedikit. Padahal, Dinas Pertanian yang berpijak pada target nasional pemerintah tahun 1975 cukup memperoleh 165,48 kg saja. Serentak melebihi target nasional, ketika DPRD Tk.I Jawa Timur berlanglangbuana ke tempatnya, dia unjuk "Gresik daerah surplus", tukas ir. Soewondo. seperti dikatakannya kepada Anshari Thayib dari TEMPO. Meski begitu, prestasi itu nampaknya masih rada jauh untuk menyamai garis kemelaratan versi Prof. Sajogya, yang menggunakan tingkat pendapatan 240 kg per ekuivalen beras per kapita per tahun bagi daerah pedesaan. Tapi, bila diukur dengan pemerintah punya mau, boleh juga. Namun, meratalah pendapatan' itu pada semua daerah di wilayah Kabupaten Gresik? Ternyata, Doeladi Djojooetomo, Kasubag Statistik Diperta Gresik menjawab "tidak". Sebab, persis separuh dari 18 kecamatan yang ada, punya tingkat pendapatan ekwivalen beras per kapita per tahun, rada jauh di bawah tarjet nasional itu. Malahan, buat kecamatan Kota Gresik da Kebomas, masih plas dengan memproleh 0,54 kg dan 32,20 kg. Tapi, Kabupaten Gresik "tak pernah tercatat mengalami bencana kelaparan", tukas Soeharmanto, SH, Kabubdit Perekonomian kepada TEMPO. Malahan, mengutip laporan Sub Dolog Surabaya Utara "belum pernah ada marketing operation ke Gresik", katanya pula. Hal itu bisa terjadi, karena Gresik yang luasnya 1.153,98 Km2 ini, penghuninya tak sepadat kabupaten lain. Apalagi hanya 57% dari penduduk saja yang hidup dari mengayun cangkul. Lainnya: 8,01% nelayan,23,04% pedagang,9,34% pegawai perusahaan dan sisanya pegawai negeri. Musiman Nampaknya, jumlah petani dan produksi petanian itu memang telah mepet sekali. Barangkali, sulit dikembangkan lagi. Sebab,"sawah di sini tadah hujan", tukas Soeharmanto. Kalau tiada hujan, selesai sudah cerita padi. Pada tempat-tempat tertentu nyaris menjadi rawa-rawa, hingga angka 57% tadi termasuk pula petani tambak dan garam. Setidak-tidaknya, sepertiga dari areal sawah yang berjumlah 43.312,067 Ha terdiri dari tambak dan ladang garam. Meski belum diketahui dengan pasti, kini masuk ke kantong Pemda Gresik Rp 1 juta dari retribusi garam ini. Belum lagi ribuan hektar tanahnya yang berjenis grumusol kelabu tua, mediteran merah dan litosol yang berbentuk bukit-bukit lipatan mengandung batu kapur dan napal. Namun ternyata ada faktor lain yang menyebabkan daerah ini tak pernah mengeluh soal beras. Yaitu, hanya penduduk kecamatan Kota Gresik saja yang 100% makan nasi tiap hari. Lainnya, "amat tergantung pada musim", tutur Doeladi. Dari catatan Doeladi, di samping kecamatan Gresik, 8 lainnya kurang dari 50% menggunakan beras sebagai bahan makan pokok. Lalu, 9 kecamatan lainnya antara 50-85%. Di kecamatan Tambak pulau Bawean, justru hampir sepanjang tahun menikmati 20-40 saja. Kekurangannya tentu saja diisi dengan jagung dan gaplek. Nampaknya, meski surplus, tak semua bisa ikut mengenyamnya. Apalagi, kalau benar perkiraan Doeladi, banyak sawah yang dimiliki orang di luar Gresik. Barangkali, karena itu pula pengadaan pangan -- tahun 1975 "belum memenuhli target", tukas Soeharmanto pula. Dari rencana 2200 ton, tyata hanya berhasil dicapai 1500 ton saja. Soeharmanto lebih melihat penyebabnya "karena BUUD yang belum mantap". Yakni, "belum ada kekompakan antar pengurus BUUD sendiri, tutur Soeharmanto pula. Tapi, tentu itu bukan alasan satu-satunya. Sebab keengganan petani menjual kepada BUUD itu, "karena harga di luar lebih baik", tukas Doeladi. Tapi, lepas dari berhasil atau tidak ternyata cap surplus itu -- telah membawa naiknya target pengadaan pangan nasinal tahun ini, menjadi 3500 ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus