Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Memolitisasi Kenaikan Harga BBM?

11 Maret 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Anda, apakah harga BBM harus naik?
(23 Feb - 2 Mar 2001)
Memang harus naik untuk menghindari penyelundupan BBM ke luar negeri
7.0% 34
Memang harus naik agar susbsidi BBM bisa digunakan untuk pos yang lebih penting
22.9% 110
Memang harus naik karena subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh sekelompok pengusaha dan bukan oleh rakyat
18.1% 87
BBM tidak perlu dinaikan mengingat kondisi perekonomian masyarakat yang memprihatinkan
50.1% 241
Tidak tahu
1.9% 9
Total 100% 481

BELUM terbayangkan reaksi masyarakat ketika harga BBM dinaikkan 20 persen, 1 April nanti. Bagi mereka yang berduit, menambah pengeluaran 20 persen untuk membeli premix pastilah tak soal benar. Mereka yang bergantung pada transportasi umum jelas akan cuek pada kenaikan harga BBM ini bila saja tarif bus kota dan kendaraan umum yang lain tetap. Menjadi masalah buat sebagian besar orang bila tarif transportasi umum naik, yang biasanya diikuti harga-harga kebutuhan pokok. Singkat kata, buat mereka ini, harga BBM naik berarti biaya hidup pun meningkat.

Jadi, berapa besar pro-kontra kenaikan harga BBM itu? Berdasarkan hasil jajak pendapat Indikator pekan lalu, antara yang mendukung dan menolak kenaikan harga BBM hampir sama besar. Sebagian responden (lebih dari 50 persen) menyatakan bahwa kenaikan itu tidak perlu dilakukan karena kondisi perekonomian masyarakat masih memprihatinkan. Sebagian yang lain (48 persen) mendukung kenaikan agar subsidi BBM bisa digunakan untuk pos yang lebih penting (hampir 23 persen); untuk mencegah penyelundupan BBM ke luar negeri (7 persen); dan lebih dari 18 persen menyatakan bahwa selama ini yang menikmati harga "murah" BBM sebagian besar adalah pengusaha yang sudah kaya raya, sedangkan kebanyakan rakyat tidak menikmatinya.

Menengok ke belakang, segala keramaian karena harga BBM naik berlangsung sebentar, diramaikan media massa, sesudah itu hidup kembali berjalan seperti hari kemarin. Masalahnya, adakah kondisi politik sekarang ini--terutama soal pro dan kontra Presiden Abdurrahman Wahid--membuka peluang ke suatu kondisi yang bisa kacau, atau ternyata sejarah berulang (kenaikan itu tak berdampak serius). Dalam suasana pro-kontra Presiden begitu ramai, besar sekali peluang kenaikan itu akan dipolitisasi. Siapa tahu, mempertimbangkan semua ini pemerintah menunda pelaksanaan rencana itu.


Indikator Pekan Depan:

Kerusuhan antaretnis di Sampit, Kalimantan Tengah, menyebabkan sekitar 36 ribu orang etnis pendatang (Madura) terpaksa mengungsi. Itu jugalah yang terjadi beberapa lama lalu di Sambas, Kalimantan Barat. Pengungsi Sambas bahkan hingga ini masih banyak yang ditampung di Pontianak. Memang tak mudah mencari solusi sesudah konflik mereda. Etnis setempat menolak etnis pendatang kembali lagi, sedangkan sebagian besar pengungsi dikhawatirkan sulit mencari pekerjaan atau membangun usaha dari awal di tempat mereka yang baru. Menurut Anda, mana yang lebih baik: mengembalikan etnis pendatang ke tempat semula atau membiarkan mereka hidup di tempat baru?" Silakan "klik" di www.tempointeraktif.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus