Upacara pemberian Penghargaan kependudukan Adipura dan Kalpataru Tahun 1992 oleh Presiden Soeharto di Istana Negara, Sabtu pekan lalu, agak berbeda dari biasanya. Sebab di samping keenam pemenang yang mendapatkan hadiah pada Hari Kependudukuan dan Lingkungan Hidup Sedunia itu terdapat salah seorang tokoh yang tak asing lagi. Dia adalah Prof. Widjojo Nitisastro. Doktor ekonomi lulusan Universitas Berkeley, California 1984, yang kini berusia 65 tahun itu mendapat penghargaan kependudukan 1992 atas jasanya merintis pemikiran masalah kependudukan. "Tiga puluh lima tahun lalu masalah ini tak digubris," kata Menteri KLH Emil Salim. Sebab, Emil melanjutkan, dianggap kering dan tidak menarik serta tak relevan dengan pembangunan masa lalu. Antara lain dari Widjojolah datangnya ide untuk memasukkan masalah kependudukan dalam rencana pembangunan. Ia, yang di tahun 1954-1957 menjadi Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia, lalu memimpin para mahasiswanya mengadakan penelitian di bidang urbanisasi, transmigrasi, serta monografi desa. Tak hanya itu. Tatkala menjabat sebagai Ketua Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bapenas) 1968, Widjojo diamdiam memasukkan masalah transmigrasi hingga Keluarga Berencana ke dalam program pembangunan Pemerintah. "Tahun 1970 Prof. Widjojo pernah meramalkan, apabila program KB berhasil maka di tahun 2000 pertumbuhan penduduk bisa ditekan hingga 25%," ujar Haryono Suyono. "Ternyata dengan program KB, pertumbuhan itu tak sampai separuhnya," sambung Ketua BKKBN itu. Hingga kini, dua karya tulis Widjojo berjudul Penduduk dan Pembangunan Indonesia (1955), dan Population Trends in Indonesia (1970) menjadi buku pegangan para peminat kependudukan Indonesia. Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto juga menyerahkan Penghargaan Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru 1992 kepada keenam orang pemenang. Untuk perintis lingkungan diberikan kepada Idris Bentara dari Aceh Utara. Sementara untuk pengabdi lingkungan diberikan kepada Laurentius Riberu dari Flores Timur, Pua Ruddy T. dari Minahasa, Sardi dari Magetan. Dan untuk pembina lingkungan diberikan kepada H. Ismail Usin dari Indragiri Ulu, Riau, dan Moh. Hasanuddin dari Garut, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini