Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai kritikan tajam mengalir dari para analis, pemerhati asosiasi profesi, atau debitur BPPN terhadap kinerja lembaga ini. Aparat BPPN menanggapi kritikan itu sebagai upaya buying time dari para debitur. Sebaliknya, debitur menilai BPPN tidak membantu mengatasi kesulitan mereka.
Banyaknya kritikan terhadap BPPN ini mungkin akibat kurangnya sosialisasi program kerja BPPN kepada masyarakat, lemahnya kemampuan komunikasi para aparat BPPN, kurangnya transparansi, dan minimnya pengetahuan dan pengalaman para aparat BPPN yang menangani sektor usaha debitur nonperbankan (sektor riil).
Akibatnya, masyarakat memandang BPPN sebagai badan yang arogan, suka main sita, tidak kooperatif, dan tidak mau mendengar keluhan debitur dalam upaya perbaikan usaha di sektor riil. BPPN dianggap mencari keuntungan sendiri melalui komisi dari hasil penjualan saham dan aset debitur kepada pihak asing.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan BPPN untuk meredam opini tersebut:
- Soialisasi kebijakan BPPN lewat media cetak, elektronik, dan berbagai seminar.
- Membekali aparat tentang kebijakan BPPN dan meningkatkan kemampuan komunikasinya dalam bernegosiasi dengan debitur.
- Transparansi BPPN.
- Membentuk business review committee untuk mengkaji bisnis debitur yang akan mengikuti program restrukturisasi dengan menggandeng asosiasi debitur, yang berlaku sebagai mitra BPPN dalam mencari penyebab kesulitan dan alternatif solusi sesuai dengan cara pandang debitur.
RIPTONO
Sekjen Forum Komunikasi Debitur BPPN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo