Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Mereka tidak bermoral, egoistis

Pol tempo tentang sikap wanita mengadapi suami yang menyeleweng. kesimpulannya antara lain, wanita yang merebut suami dianggap tidak bermoral. pria lebih wajar untuk menyeleweng.

21 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA sikap perempuan menghadapi suami yang "ada main" dan wanita yang menganut paham seks bebas? Poll TEMPO yang menjaring pendapat dari 440 wanita, menunjukkan bahwa kaum hawa sekarang punya pandangan yang beragam. Mereka terdiri dan responden yang berstatus nikah (65%), tidak/belum nikah (28%), dan janda (7%). Tapi dalam satu hal mereka semuanya sama: tidak menganut paham seks bebas. Responden yang tersebar di lima kota besar ini (Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogya, dan Medan) menganggap bahwa tindak penyelewengan kini bukan lagi monopoli kaum lelaki. Tidak kurang dari 30% wanita menyatakan, perbuatan seperti itu tidak bisa ditenggang, 9% mengancam dengan perceraian, dan 50% akan melakukan protes, sementara 2% akan membalas dengan tindakan serupa. Yang pasti, hampir semua (95%) tidak bisa menerima suami berbuat iseng, dan hanya 5% dari kaum istri itu yang katanya berusaha mengerti kenakalan suaminya. Tapi, andai kata sang suami tidak sekadar melakukan "penyelewengan insidentil", melainkan lebih dari itu, sampai-sampai memiliki simpanan, misalnya, nah, reaksi mereka bisa eksplosif. Ada 49% istri yang akan langsung minta cerai, dan 14% akan melabrak si wanita simpanan itu. Tapi jangan kaget bila 20% justru pasrah, sedang 13% lagi tak tanggung-tanggung. Mereka akan "membalas" sakit hatinya dengan cara yang nakal juga. Lalu, apakah arti perkawinan buat mereka ? Sebanyak 53% dari responden TEMPO beranggapan bahwa perkawinan adalah mahligai cinta, di samping berfungsi mendapatkan keturunan (35%). Dan hanya sedikit yang menilai seks sebagai lambang hubungan akrab semata (6%), atau untuk mengendurkan ketegangan alias refreshing (2,05%), ataupun demi mereguk kenikmatan (3%). Selanjutnya, apa kata mereka tentang wanita yang "mencuri hati" suami mereka? Tanpa ragu, 60% menganggap wanita seperti itu tidak bermoral. Bahkan 19% menilai rivalnya egoistis, di samping 8% yang beranggapan bahwa kebinalan para saingan mereka mungkin disebabkan oleh pergeseran gaya hidup. Hebatnya lagi, ada 19% responden yang mau memaklumi tindakan nakal itu. Alasannya: mungkin mereka terpaksa nakal karena terdesak oleh keadaan ekonomi. Dari 440 responden TEMPO tersebut, 86% berusia 21 sampai 40 tahun, dan mereka lulusan SLTA ke atas. Bahkan 1% (empat responden) merupakan master-master lulusan program S2. Hanya 3% yang lulus SD, dan 13% lulus SLTP. Tak heran bila 90% menyatakan bahwa wanita yang ideal adalah yang sukses di dalam dan di luar rumah (maksudnya bekerja). Ini sesuai dengan karier responden yang bekerja di perusahaan swasta (29%), pegawai negeri (23%), wiraswasta (11%), dan pedagang (8%). Sisanya, 29%, tidak bekerja. Dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang mereka sandang saat ini, tidak berlebihan bila 59% berpendapat bahwa wanita dan pria hanya berbeda dalam hal fisik. Selebihnya sama. Sekalipun menempatkan diri sejajar, 56% menyatakan bahwa pria lebih wajar untuk menyeleweng, ketimbang wanita. Sementara itu, ada 45% yang mengatakan, kalau pria menyeleweng, wanita juga berhak melakukannya. Tapi kalau sudah bicara risiko, maka 54% responden berpendapat bahwa pria yang terlibat hubungan seks bebas lebih beruntung. Kaum yang perkasa itu, katanya, bisa tenang-tenang karena bukankah peribahasa mengatakan, "lelaki tak ada bekasnya". Namun, 45% responden mengakui bahwa wanita juga diuntungkan oleh hubungan luar nikah itu. Kedalam kelompok ini termasuk para wanita yang cenderung memprioritaskan upaya mengatasi kesulitan ekonomi. Tapi, masa, tidak ada cara lain untuk mengatasi beban hidup? Sebanyak 75% responden berpendapat, alternatif terbaik adalah memilih peran ganda. Bagi mereka, menjadi ibu rumah tangga tidak dengan sendirinya menghilangkan kesempatan untuk membina karier. Mereka setuju memiliki dua "suami". Ya lelaki, ya pekerjaan. Tapi, kalau sudah berperan ganda, suami menyeleweng juga, apa daya? Ada 25% responden akan mempercantik diri. Lalu, apakah pendapat wanita kebanyakan ini kira-kira sama dengan aliran yang dianut wanita keraton? Ternyata lain, kendati tak selalu berbeda. Tak seperti responden dari luar keraton, yang sangat memusuhi wanita simpanan, sikap putri bangsawan lain. "Selir bukanlah wanita yang menyiapkan diri untuk akrobatik seksual," kata G.R.A.Y. Retno Satuti, kakak Mangkoenagoro IX. Dengan kata lain, selir tidaklah semata-mata pemuas kebutuhan seks sang raja. Menurut Satuti, 45 tahun, janda almarhum peragawan Rahadian Yamin ini, Keraton Solo memiliki buku Nitimani, yang mengajarkan bahwa hubungan seks itu mesti lembut, kendati hubungan dengan selir sekalipun. Lalu, apa komentarnya tentang penyelewengan suami? Ia mengibaratkan penyelewengan itu kecelakaan lalu lintas. Kalau kendaraan kita menyerempet mobil lain, dan hanya lecet saja, itu musibah kecil. Tapi kalau sampai tabrakan, dan akibatnya penyok-penyok, "Ya, terpaksa ganti mobil." Dan Satuti pun tersenyum. Anggun. Budi Kusumah, Suharjo Hs., dan Kastoyo Ramelan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus