Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Mereka Tidak Tahu Apa itu Y2K

Responden yang paham soal Y2K masih percaya uangnya aman di bank sehingga tak perlu melakukan rush.

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU mau menudingkan telunjuk kesalahan, arahkanlah pada Grace Murray Hopper. Perwira wanita Angkatan Laut Amerika inilah asal-muasal apa yang sekarang disebut MKT (masalah komputer tahun) 2000 atau Y2K (year two kilos).

Pada 1950-an, kebanyakan komputer masih sebesar ruangan kantor. Disket kecil yang kita kenal sekarang belum diciptakan. Orang menyimpan data dan program komputer dalam sekumpulan kartu berisi lubang-lubang 80 kolom. Mahasiswa Indonesia yang mempelajari komputer pada awal 1980-an mengenalnya sebagai punched-card.

Nah, Hopper itulah yang merancang bahasa pemrograman standar komputer bernama Cobol (common business-oriented language). Demi alasan menghemat ruang pada kartu bolong tadi, Hopper dan para pemrogram Cobol hanya menggunakan enam angka ketika menuliskan sebuah tanggal: dua untuk hari (06 berarti tanggal enam), dua untuk bulan (01 berarti Januari), dan dua selebihnya untuk tahun (74 berarti 1974).

Mereka tak sadar, lebih dari empat dasawarsa kemudian, seluruh dunia kalang kabut gara-gara cara itu. Soalnya, pada pergantian tahun dari 1999 menjadi 2000 nanti, komputer mungkin saja salah menerjemahkan dua angka nol di belakang sebagai tahun 1900. Dan seandainya kesalahan ini terjadi, bisa runyam akibatnya.

Maklum, dewasa ini komputer telah menjadi bagian kehidupan manusia sehari-hari. Dan menjadi pengendali segala urusan. Dalam dunia perbankan, misalnya, sistem komputer sangat krusial: dari pencatatan rekening, bunga, transaksi kartu kredit, hingga pembagi uang di mesin ATM (anjungan tunai mandiri). Sejumlah mesin yang menentukan hidup-mati pasien-pasien di rumah sakit juga tergantung pada microchip: mesin anestesi, pompa infus, monitor ICU. Belum lagi di dunia penerbangan, telekomunikasi, dan militer. Bagaimana jika semua sistem itu ngadat?

Masalah itulah yang hari-hari ini mencemaskan penduduk planet bumi ini dan jadi pembicaraan di mana-mana. Bahkan, di Amerika, misalnya, yang terjadi boleh dibilang sudah sampai pada tahap histeria. Seorang penduduk Georgia, Mike McClure, merasa perlu menimbun banyak lilin dan menyimpan bergalon air bersih. Ia juga mencetak semua dokumen penting yang tersimpan dalam komputernya dan mulai mencatat dengan rapi semua transaksi bank. Beberapa bulan menjelang Januari 2000 nanti, dia bersumpah menarik seluruh uang tunainya dari bank untuk keperluan beberapa minggu.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah MKT 2000 benar-benar akan terjadi dan menimbulkan gejolak sosial? Menurut pakar komputer dari Institut Teknologi Bandung, Onno W. Poerbo, Indonesia tidak akan mengalami histeria seperti Amerika. Dampak Y2K tidak akan terasa dan tidak dipermasalahkan oleh sebagian besar rakyat. "Jangankan orang awam komputer, saya saja tidak takut," kata Onno kepada Rinny Srihartini dari TEMPO.

Apalagi, menurut Onno, kekacauan sistem penanggalan komputer sebetulnya sering terjadi, yakni ketika ada hari dan tanggal yang sama antara tahun yang satu dan tahun yang lain. Contohnya, pada 9 September 1999, para ahli memperkirakan akan terjadi kekacauan karena komputer terkecoh, mengiranya sebagai 9 September 9999. Ternyata tidak ada apa-apa. "Ini membuat saya tenang-tenang saja," tutur Onno. Ia menambahkan, pada 2000 nanti sedikitnya ada 34 hari yang berpotensi menimbulkan masalah, misalnya 28 Oktober 2000 yang jatuh pada hari Minggu, persis seperti seratus tahun silam.

Ketenangan Onno mungkin ada benarnya. Lebih dari separuh responden jajak pendapat TEMPO malah mengaku tidak tahu apa yang dimaksud dengan Y2K. Jadi, bagaimana mau panik kalau tahu saja tidak? Hasil ini boleh jadi merupakan berkah tersembunyi dari masih rendahnya angka penetrasi komputer, yang juga mengakibatkan rendahnya tingkat "melek" komputer di Indonesia.

Sementara itu, separuh responden yang mengaku paham soal Y2K berpendapat masalah itu benar-benar serius. Dan perbankan, menurut mereka, merupakan sektor yang paling besar menerima risiko itu, disusul kemudian telekomunikasi dan penerbangan. Walaupun demikian, separuh lebih dari mereka tidak percaya akan terjadi gejolak sosial pada pergantian tahun nanti gara-gara MKT 2000. Keyakinan ini tampaknya didukung oleh tingkat kepercayaan mereka terhadap pemerintah dan swasta yang mengaku sudah siap menyongsong datangnya Y2K.

Yang menarik, kendati hampir seluruh responden tidak akan menarik seluruh simpanan di bank, separuhnya mengaku tidak berani naik pesawat terbang pada malam pergantian tahun nanti. Di mata responden, nyawa rupanya masih lebih berharga ketimbang harta.

Wicaksono


INFO GRAFIS
Apakah Anda tahu apa yang dimaksud dengan Y2K (year two kilos) atau MKT (masalah komputer tahun) 2000?
Tidak54%
Ya46%
 
Dari kedua pertanyaan berikut, manakah yang paling tepat menggambarkan pendapat Anda mengenai masalah Y2K?
Y2K adalah masalah yang betul-betul serius56%
Y2K merupakan masalah yang hanya dibesar-besarkan saja, tidak ada masalah serius yang akan terjadi.43%
 
Menurut Anda, sektor mana sajakah yang akan mengalami akibat paling besar dari masalah Y2K?
Perbankan93%
Telekomunikasi70%
Penerbangan68%
Sektor utilitas (PLN dan PAM)56%
Sistem akuntansi pembayaran gaji/upah36%
Barang-barang elektronik rumah tangga31%
* Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban
 
Apakah menurut Anda pemerintah telah siap menghadapi masalah Y2K?
Ya66%
Tidak32%
Tidak tahu2%
 
Apakah menurut Anda kalangan swasta di Indonesia telah siap menghadapi masalah Y2K?
Ya82%
Tidak14%
Tidak tahu5%
 
Apakah menurut Anda bencana sosial yang diakibatkan oleh masalah Y2K benar-benar akan terjadi di Indonesia?
Tidak61%
Ya34%
Tidak tahu6%
 
Apakah Anda akan menarik seluruh tabungan yang tersimpan di bank sebelum 1 Januari 2000?
Tidak71%
Ya25%
Tidak tahu4%
 
Seandainya punya kesempatan, apakah Anda berani naik pesawat terbang pada pergantian tahun nanti?
Tidak49%
Ya46%
Tidak tahu4%
 

Metodologi jajak pendapat ini:

  • Penelitian ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 508 responden di lima wilayah DKI pada 9-11 Desember 1999. Dengan jumlah responden tersebut, tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 5 persen.

  • Penarikan sampel dilakukan dengan metode random bertingkat (multistages sampling) dengan unit kelurahan, RT, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan kombinasi antara wawancara tatap muka dan melalui telepon.

MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.00 WIB

Independent Market Research
Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum