Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Mesjid-mesjid antik, sampai kapan ? mesjid-mesjid antik, sampai kapan?

Banyak bangunan mesjid lama yang memiliki gaya arsitektur khas & memiliki nilai sejarah. di indonesia sudah dirombak & diganti dengan arsitektur modern. salah satunya adalah mesjid di sibolga, sum-ut. (ils)

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESEMBER yang akan datang, Kota Sibolga akan punya mesjid agung yang baru. Meski kini sudah digunakan untuk shalat jemaah, tapi belum semua rampung dikerjakan. Menara setinggi 25 meter misalnya, juga perpustakaan dan taman, masih terus digarap. Mesjid itu mulanya Mesjid Agung Sibolga yang dirubah--atas prakarsa Walikotamadya Haji Pandapotan Nasution SH, sejak Juni tahun lalu. Kalau dulu kubahnya yang sudah laFuk dan kusam berjumlah lima buah (dengan kubah induk di tengah), kini hanya satu kubah besar yang kokoh seperti halnya mesjid model sekarang. Tiang-tiang dalam mesjid pun dipersedikit sampai hanya tinggal sebuah, sehingga ruangan terasa lebih lapang. Memang, puluhan rahun sejak didirikan oleh muslimin Sibolga di bawah pimpinan Haji Jamaluddin, mesjid ini tak pernah mengalami perobahan yang berarti - sehingga tampak bagai si tua yang menunggu sisa usia. Dan bila kini dipergunakan dana sebesar Rp 10 junl dari Gubernur Sumatera Utara, Rp 20 juta dari Presiden, selain Rp 20 juta dari Pemda Kotamadya sendiri ditambah wakaf kaum muslimin. maka yang sedang diperbuat sebenarnya bukanlah memugar mesjid itu. Melainkan menggantinya dengan mesjid yang lain di tempat yang sama. Ali Sadikin Itulah sebabnya terdapat rasa sayang yang besar. Terdengar pertanyaan mengapa Pemda tidak membangun mesjid lain saja -- dan dengan demikian menambah bangunan ibadah -- daripada "merusak" yang lama? Seorang intelektuil di kota ini misalnya menyayangkan tindakan Pemda yang tidak memugar mesjid itu saja, yang seperti dikatakannya merupakan satu-satunya warisan penting masa lampau Sibolga yang menunj.lk suatu periode sejarah. Iahan kubah yang sudah lapuk kan bisa diganti dengan yang baru, atau dengan kuningan tipis misalnya, sehingga kalau malam terang bulan akan tampak seperti bulan buatan - tanpa merobah arsitektur sama sekali? Pentingnya aspek sejarah mesjid itu diceritakan oleh seorang ulama di kota ini yang juga tidak mau disebut namanya, kepada Bersihar Lubis yang mengirim laporan ini, katanya bentuk kubah yang lima itu seperti yang juga terdapat di banyak tempat lain, masih jelas sekali menunjukkan hubungan budaya dengan kelenteng-kelenteng Budha. Ulama ini pernah melihat gambar kelenteng Budha dari Muangthai atau negeri Budha lainnya -- dan memang kalau ditilik-tilik bentuknya menara-menara itu bisa terdapat di India misalnya, bukan? Malah mimbar masjid tersebut lebih jelas lagi dipengaruhi motif-motif kelenetng Cina. Dengan itu sang ulama melihat sifat penyebaran Islam yang damai dan halus yang masih terdapat tinggalannya sampai sekarang. Lagi pula bisa diingat bahwa Sibolga adalah kota terakhir di Lipanuli sebelum memasuki daerah hristen, yang dengan sendirinya menunjukan pelahiran kultur yang berbeda. Sehingga "mesjid terakhir" yang klasik lan cantik tersebut, walaupun baru didirikan tahun 1908, sebenarnya sangat mengesankan. Memang, Walikota sendiri sebenarnya tidak serta-merta merombak mesjid. Jauh hari sebelumnya telah diadakan pertemuan dengan para ulama dar tokoh-tokoh yang dianggap mewakili masyarakat. Entah suara ketidaksetujuan dikeluarkan waktu itu atau tidak, tapi konon semua orang mengagguk-angguk di situ. Yang jelas, semangat rombak-merombak memang cukup besar di tanah air ini. Beberapa waktu yang lalu misalnya seorang rekan pulang dari Jakarta ke Pati di Jawa Tengah. Ia teringat untuk sekalian memotret mesjid di kotanya yang antik -- namun ia kecewa. Karena mesjid tersebut justru sedang dirombak, dijadikan "modern". Orang juga tahu bahwa di Semarang, mesjid agung yang bersejarah itu sekarang sulit dicari -- terselempit di belakang gedung-gedung dan kios-kios di Kompleks Ya'ik yang penuh -- di samping kelihatan tidak dirawat. Untung saja mesjid tersebut tidak (atau belum?j dihabisi riwayatnya, walaupun Gubernur Munadi dulu sudah membangun mesjid agung lainnya (dengan arsitektur yang maunya pribumi, namun bombastis) di Perlimaan. Itu berbeda dengan yang terjadi di Jakarta. Di daerah Pekojan, Jakarta Kota, ada sebuah mesjid gaya Cina dari para muslimin Tionghoa dulu, yang sama sekali tidak dirombak. Ali Sadikin dulu bahkan memberi biaya untuk memugar benda sejarah tersebut menurut model semula. Demikianlah di tanah air kita mengcnal bukan main banyaknya mesjid-mesjid yang makin lama sebenarnya makin berharga. Di Tuban, di Sumenep, di Yogya, Sala, Demak, Kudus, mesjid Rao Rao di Batusangkar, mesjid Ganting di Padang, mesjid Sumanik di Tanah Datar, mesjid Sarik di Bukittinggi, mesjid Sumpur, Minang, mesjid di Riau, mesjid Ulheelheueyang khas, mesjid Pekalongan yang merupakan gabungan arsitektur Mughal India dan pribumi, dan sebagaina, dan sebagainya, yang semuanya menunjukkan betapa Islam telah mencapai taraf orthogenetik -- telah benar-benar menjadi budaya sendiri dengan pelahiran-pelahirannya sendiri. Bila bangunan-bangunan itu tak dilindungi, dan semuanya akan dirubah menjadi kubah-kubah modern bak mesjid Istiqlal atau Al Azhar, kita boleh satu waktu nanti terbangun dalam keadaan kehilangan. Agama Islam akan terasa ak punya bekas apa-apa dalam perjalanan sejarah. Dan bangsa ini seakan tak punya warna sendiri dalam arsitektur keagamaan mereka. Siapa yang harus bertanggungjawab -- lebih-lebih bila semangat menggusur itu tidak hanya menimpa mesjid?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus