Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Main musik gampang

Kelompok bina musika tampil di teater tertutup tim. anak-anak yang berumur 5-14 tahun itu, nampak ceria menyanyikan beberapa lagu, antara lain garuda pancasila, ibu kita kartini dan menanam padi.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN batik hijau dan rok putih, seromhongan anak-anak menyingkap layar Tcatcr Tertutup TIM. Ialu menyanyi. Hari itu, 30 April, penonton ramai. Di belakang piano terlihatlah Agus Rusli, lulusan AMI 1963 yang kini berusia 36 tahun. Sementara Kak Obi, salah seorang pengasuh Bina Musika yang sering muncul di TV, nongol dan mengajari hadirin menghafal lirik lagu Pagi Hari. Selembar kertas partitur yang sederhana sudan terentang dipanggung. Juga beberapa buah ring bell telah dibagikan kepada penonton guna menuntun irama. "Nah marilah kita mulai bermain musik dengan gampang. Bunyikan alat itu mengikuti ketukan Kak Obi", ujar Agus. Kertas partitur pun kemudian ditutup. Disusul pembagian beberapa buah block flute dan harmonika. Dengan alat-alat sederhana itu diusahakan muncul semacam pengertian: "bahwa hakekatnya bermain musik bisa dilakukan dengan alat-alat sederhana, dapat dimulai dengan enteng". Dari Nol Ini memang kelompok Bina Musika. Mereka berusia antara 5 - 14 tahun, masih dalam tingkat-tingkat Persiapan I dan II. Kemahiran pun masih sangat sederhana. Namun mereka berhasil juga menyelesaikan Lagu Malam Ini, kemudian Menanam Padi. Lantas dengan dukungan kakak-kakaknya dari tingkat-tingkat Indriya I dan II, mereka sempat membawakan Ibu Kita Kartini dan Melati Suci. Pada akhirnya baru dengan uluran tangan anak-anak kelas Madya dan Inti, muncul lagu Bunda Piara, Garuda Pancasila, Satu Nusa Satu Bangsa - yang tersampaikan utuh. Yang menarik adalah wajah-wajah mereka yang ceria. Banyak di antaranya kelihatan sedang mempersiapkan diri untuk menjadi penyanyi di masa datang. Banyak pula yang gembira karena memang senang berkumpul dan sedikit kya-kya. Salah-seorang ayah anak-anak itu menyangka kegembiraan itu datang, karena adakalanya Bina Musika tampil bersama kelompok Bina Vokalia - lantas dapat menyaksikarl dari dekat wajah-wajah penggede seperti Presiden atau Ali Sadikin. Tetapi ini sarlla sekali tidak mengecilkan arti bakat mereka yang dipujikan sendiri oleh Agus Rusli. Bahkan seorang penonton sempat meremang bulu kuduknya, tatkala lagu Syukur mereka lontarkan pada akhir penampilan . Bina Musika didirikan tahun 1972. Kini memiliki # orang pengasuh. Mereka mencoba kurikulum dengan membagi pendidikan jadi 4 tingkat: Persiapan, Indriya, Madya dan Inti. Pelajaran dimulai dari nol: belajar kenal alat-alat dram, ring bell, harmonika, pianika, ditancapkan lebih lanjut pada organ, akordeon, marimba, ibrafon dan sebagainya. "Mereka tidak kami kotak-kotakkan. Karni biarkan berkembang sendiri. Mereka tidak terikat yada alat musik saja. Mereka kami didik juga untuk mengenal alat-alat musik sejak kecil", demikian Agus. Baginya usia tidak jadi soal. Kesulitan Umum Transportasi Tidak semua orang percaya pada Bina Musika tentu saja. Sebab ada yang menilainya hanya sebagai loncatan untuk mempelajari musik serius. Banyak orangtua yang menitipkan anaknya berpendapat bahwa Bina Musika hanya bersifat memberi hiburan dan sedikit apresiasimusik pada anak-anak. Ya ketimbang anak-anak nganggur di rumah dan tidak tahu mainan apa yang harus digumuli. Anak-anak itu sendiri tidak selamanya juga sangat antusias. "Yah kadang-kadang saya senang kadang-kadang tidak Oom", kata Roi, kelas VI SD, kepada TEMPO. "Nggak senang kalau pelajarannya cuma sedikit, tapi gurunya tidak datang". Bina Musika besar sangkut-pautnya dengan Direktorat Pengembangan Kesenian Dep. P & K. "Bina Musika tengah diusahakan untuk menjadi yayasan, menyusul Bina Vokalia dan Tunas Musika, supaya ia jadi milik masyarakat dan tut wuri handayani", kata Sampurna sang direktur Direktorat tersebut. Subsidi pun disediakan berujud fasilitas tempat bermain serta peralatan musik. "Pangkal tolak pendidikan Tunas Musika dan Bina Musika lain. Yang pertama sifatnya lebih profesional, sedang yang kedua lebih menanamkan apresiasi musik", kata Sampurna lagi. Demikiaul, jelas tidak ada kesinambungan keduanya. Kecuali kalau memang ada seorang yang berbakat, dari Bina Musika ia bisa saja lantas sambung langkah ke Tunas Musika. Meski begitu metode pendidikan Bina Musika sejalan dengan kurikulum musik di SD -- barangkali itu salah satu sebab ia cukup populer di kalangan para orangtua. Penampilannya di TIM memang bukan untuk dinilai, tapi lebin menyerupai untuk disaksikan. "Selama ini kok saya tidak melinat ada anak-anak tidak berbakat", ujar Agus memberi komentar. "Memang ada yang malas atau drop out, tapi hanya sekitar lOo setahun. Umumnya kesulitan mereka dalam soal transportasi - sementara tenaga guru juga kurang, baik kwantitas maupun kwalitas".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus