Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Nihal Kaviratne, 60 Tahun

22 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Waktu boleh tidak berpihak pada Nihal Kaviratne. Dia tiba di Indonesia untuk menjadi chairman PT Unilever Indonesia Tbk. pada saat negeri ini hancur ditekuk krisis moneter pada 1998. Toh, tetap saja waktu tak bisa menundukkan kerja keras Kaviratne.

Lelaki asal Bangalore, India, itu berhasil menyelamatkan kapal Unilever Indonesia dari jurang krisis. Itu yang membuat Ratu Inggris Elizabeth II memberikan penghargaan berupa medali Commander of the Order of the British Empire (CBE) Januari lalu. Ini adalah penghargaan bergengsi yang dihadiahkan Kerajaan Inggris sejak masa Raja George V pada 1918 untuk tokoh-tokoh sipil atau militer yang dianggap paling berjasa kepada Kerajaan Inggris.

"Kaviratne berjasa besar membawa Unilever meraih keuntungan lebih besar dari sebelum krisis," kata Maurits Lalisang, chairman PT Unilever Indonesia yang baru saja menggantikan posisi Kaviratne.

Saat Nihal Kaviratne datang ke Indonesia, produsen pasta gigi, sabun, teh, dan sampo itu sedang limbung akibat krisis moneter. Penjualannya melorot 50 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau turun menjadi US$ 300 juta. "Berjalan di tengah badai krisis bukanlah akhir segalanya," kata pria berusia 60 tahun itu. Dan dia tidak sesumbar. Hanya dalam tiga tahun, Kaviratne membuat Unilever Indonesia kembali mengkilap. Pada 2001, angka penjualannya mencapai US$ 650 juta atau sekitar Rp 5,5 triliun, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan saat dia datang. Setahun kemudian, angka itu menggelembung menjadi Rp 7,2 triliun dengan laba bersih Rp 978,2 miliar.

Menamatkan kuliah ekonominya di Universitas Bombay, India, dan mengambil berbagai kursus manajemen di Universitas Northwestern dan Universitas Harvard di Amerika Serikat, Kaviratne tumbuh menjadi manajer bertangan dingin. Pengalaman mengabdi di Unilever selama 30 tahun di berbagai negara juga membuat Kaviratne tak sulit merancang strategi penyelamatan Unilever Indonesia.

Strategi itu, tutur Kaviratne, sangat sederhana: tekan biaya dan lakukan ekspansi dengan membeli perusahaan-perusahaan lokal yang saat krisis itu diobral murah. "Ini pelajaran dari krisis di Argentina pada 1980-an," ujarnya kepada Business Week. "Itu hukum aritmetika sederhana. Ketika pasar menurun 50 persen, kita harus tumbuh 100 persen."

Sejak saat itu, mulailah dia mengakuisisi perusahaan lokal yang berpotensi seperti produsen kecap Bango, pabrik sampo Yuhan, serta produsen makanan Bestfoods dan Taro. Kaviratne juga mendongkrak pasar dengan menjual sampo dan detergen dalam kemasan sachet—untuk menangkap kembali konsumennya yang hilang karena turunnya daya beli akibat krisis.

Sejak akhir Januari lalu, Kaviratne menduduki jabatan baru di Unilever Asia Business Group di Singapura dan sebagai Category Leader Oral Care untuk kawasan Asia.

Salah satu mimpi Kaviratne yang tertinggal adalah mendongkrak penjualan Unilever dengan menyadarkan orang Indonesia soal pentingnya mandi dan menggosok gigi dua kali sehari.


"Saya akan menyampaikan pengunduran diri saya secara lisan kepada Ketua Pengadilan Tinggi Kendari. Kerja saya tidak dihargai. Saya sungguh kecewa."
—Amiruddin Zakaria, mantan ketua majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa perkara korupsi Akbar Tandjung dan memvonisnya tiga tahun penjara, Kamis pekan lalu, soal vonis bebas Akbar Tandjung.

"Satu saja komentar saya: kebangetan."
—Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Sutjipto, Kamis pekan lalu, ketika dimintai komentar tentang bebasnya Akbar Tandjung.


TEMPO DOELOE

16 Februari 1959
Setelah menumbangkan diktator Fulgencio Batista, pemimpin gerilyawan Kuba Fidel Castro dilantik sebagai perdana menteri.

17 Februari 1947
Kalimat "Hello! This is New York Calling" menjadi tanda pertama mengudaranya radio Voice of America (VOA) di Uni Soviet, yang saat itu sedang bermusuhan dengan Amerika Serikat.

17 Februari 1972
Produksi mobil VW Kodok di Wolfsburg, Jerman, menembus rekor, mencapai 15.007.034 unit.

18 Februari 1929
Melalui siaran radio, The Academy of Motion Picture Arts and Sciences untuk pertama kalinya mengumumkan peraih Oscar, penghargaan di bidang perfilman.

19 Februari 1473
Nicolaus Copernicus, astronom yang menemukan teori heliosentrik (matahari dikelilingi planet-planet), lahir di Torun, Polandia bagian utara.

19 Februari 1878
Thomas Alva Edison menemukan pemutar musik fonograf. Lagu pertama yang dia rekam adalah Mary Had a Little Lamb.

20 Februari 1962
Dari Cape Canaveral, Florida, John Herschel Glenn Jr. mengangkasa dan menjadi astronaut Amerika pertama.

21 Februari 1848
The Communist Manifesto karya Karl Marx diterbitkan di London oleh sekelompok pejuang komunis asal Jerman.

21 Februari 1965
Pemimpin muslim Amerika Serikat, Malcolm X, ditembak oleh tiga orang muslim di Kota New York.

22 Februari 1950
Walt Disney meluncurkan film kartun Cinderella untuk mengulang sukses film Mickey Mouse yang diputar pada 1928.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus