Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 30 November 2002, saya bersama teman menginap di Novotel Solo, di kamar 202, untuk mengikuti acara pameran instrumen musik. Berhubung saya harus mengunjungi banyak tempat, saya dipinjami motor oleh teman yang tinggal di Solo untuk berkeliling.
Saat saya akan mengembalikan motor pada 30 November sekitar pukul 22.00, saya sangat terkejut karena helm hilang. Ketika saya tanyakan ke satpam hotel, saya mendapat jawaban yang kurang simpatik.
Salah seorang di antaranya menyalahkan saya karena tidak parkir di basement. Ketika saya tanya kenapa tidak ada tiket parkir, salah seorang satpam mengatakan ”sudah habis”.
Mereka tidak memberikan solusi dan seakan mau melepas tanggung jawab. Satpam tersebut menyarankan untuk bertemu pimpinan mereka. Keesokan harinya saya bertemu kepala satpam yang bernama Soekarno (saya lihat nama di seragamnya). Ternyata pertemuan tersebut juga tidak memberikan solusi. Mereka kemudian berjanji akan menelepon sebelum pukul 16.00, karena pada jam tersebut saya harus kembali ke Jakarta. Saya meninggalkan kartu nama.
Tapi, sampai surat ini ditulis, tidak ada yang menghubungi saya. Saya menyesalkan kenapa Novotel yang berkelas internasional tidak profesional, seakan lepas tangan dengan kejadian yang terjadi di wilayahnya. Kenapa Novotel Solo tidak menyediakan kartu parkir untuk tamu dan pengunjung? Bukankah sebagai tamu kita butuh kenyamanan dan keamanan?
ANDRIYANTO
Jakarta Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo