Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Pemain catur remaja bernama maya

Maya chiburdabudze, ratu catur rusia yang meraih master internasional pada umur 13 thn, juara nasional uni soviet & grandmaster internasional pada umur 16 & penantang mahkota dunia pada umur 17. (ils)

26 Agustus 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARPOV dan Korchnoi bertanding di Baguio City, Pilipina -- jauh dari negeri tempat mereka berdua lahir dan dibesarkan. Seandainya Korchnoi tidak melarikan diri dari tanahairnya dua tahun yang lalu, perebutan juara catur itu mungkin akan berlangsung di Uni Soviet. Negeri ini adalah negeri tempat catur dianggap sebagai olahraga utama, bahkan seperti dikatakan oleh Niklai Bokov, seorang penulis pelarian Rusia, di sana catur punya hubungan langsung dengan politik. 'Kan menurut dongeng di Uni Soviet, Lenin bermain catur? Tak mengherankan bila kompetisi buat gelar juara catur nasional Uni Soviet kabarnya lebih berat ketimbang umumnya pertandingan-pertandingan internasional. Di dalam proses ini tak jarang seorang juara sejak masa bocah sudah harus menyiapkan diri. Yang menarik ialah bahwa proses itu kini menjalar ke kalangan gadis-gadis -- dan bukan mustahil Uni Soviet sebentar lagi bisa memunculkan juara catur wanita untuk menghadapi, misalnya, Fischer. Pemain catur wanita memang jarang terdengar. Tapi khususnya di Georgia, salah satu negara bagian Uni Soviet, kenyataan nampaknya berbicara lain. Di sini terdapat apa yang pernah disebut sebagai "fenomena Georgia" semangat yang tinggi dari para wanitanya dalam mengikuti dunia catur. Dan juara wanita, "sang Ratu" catur yang kini di singgasana, memang berasal dari sini: Nona Gaprindashvili. Di samping itu, yang kini jadi pembicaraan orang adalah seorang gadis remaja, berumur 17 tahun. Namanya Maya. Lengkapnya Maya Chiburdanidze. Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam Novostic Press dituliskan, betapa dalam sejarah catur "belum pernah ada contoh seorang gadis dapat jadi master internasional pada umur 13 tahun, juara nasional Uni Soviet dan grandmaster internasionaI pada umur 16 dan penantang mahkota dunia pada umur 17". Betah Tiga Jam Seorang pelatih yang berpengalaman selama 40 tahun, Mikhail Shishov tak berhenti memuji Maya. "Maya memiliki tinjauan catur yang cemerlang dan memperlihatkan konsentrasi mutlak dalam pertandingan. Ia dengan cepat dapat menemukan pemecahan terhadap kombinasi-kombinasi yang paling rumit sekalipun. Gadis ini memang gila catur dan dengan gampang dapat betah duduk selama tiga jam latihan, seraya tetap gembira dan meriah sebagaimana yang jadi wataknya." Ia kini belajar bahasa Georgia kuno dan bermaksud masuk Departemen Filologi di Universitas Tbilisi. Waktu kecil ia mempelajari puisi Georgia lama berkat pengaruh ibunya, seorang guru kesusasteraan Georgia. Di samping itu, catur tak lagi cuma jadi selingan penghibur. "Catur bukan lagi permainan bagi saya," kata Maya, "Catur sudah jadi hidup saya dan membawa seluruh diri saya." Namanya jadi mashur ketika dalam umur 15 ia ikut dalam pertandingan nasional untuk pria. Maya berhasil memperoleh posisi nomor 6. Di Georgia sendiri kesempatan memang cukup. Di ibukotanya, Tbilisi, ada Istana Catur. Juga sekolah-sekolah catur banyak terdapat. Lebih khas lagi, dalam tradisi daerah ini semacam "matriarkhi" catur -- di mana para wanita pegang peran penting -- konon memang punya akar. Catur selamanya populer sejak zaman dulu, dan papan catur selalu termasuk dalam maskawin -- melambangkan bahwa si pengantin wanita punya kemampuan memberikan keputusan yang baik. Tinggal "zaman baru" saja yang kemudian mengadakan emansipasi di dunia catur, hingga wanita bisa ikut bertanding. Tak jauh dari tradisi ini, Maya belajar main catur dari kakaknya, Revaz. Delapan tahun sejak itu, bintangnya dengan cepat bersinar. Visi taktisnya sangat menonjol. Unsur permainannya yang utama adalah menyerang. Taktikus Yang Jelek Dan ini nampak ketika ia berumur 12 tahun. Maya tampil dalam tim junior pada pertandingan Uni Soviet-Yugoslagia. Ia menghadapi Vlasta Kalchbrenner, juara wanita catur dari negeri tetangga itu. Orang-orang Yugo menyesal mula-mula, karena meletakkan seorang pemain senior buat menghadapi seorang junior. Mereka menganggap enteng anak kecil berambut hitam lebat dengan pipi merah merona yang suka main boneka itu. Grandmaster Yugoslavia, Milan Matulovic, memperhatikan si anak kecil itu dan meramalkan: Maya tak akan melihat langkah kemenangan dengan mengorbankan Gajah-nya. "Wanita adalah taktikus yang jelek," katanya kepada Mark Taimanov, grandmaster Uni Soviet yang ikut bertanding dalam turnamen itu, sementara mereka mengamati permainan Maya vs. Vlasta. Ternyata dugaan salah: bukan saja Maya melihat langkah kemenangan, tapi bahkan cara ia melanjutkan langkah itu mencengangkan banyak orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus