Kolektivitas & topeng wanita

JULIE Taymor bilang ia menyadari benar intensitas yang tercapai pada adegan awal. Sebelum para pemain membuka topeng. Dalam pengamatannya, katanya kepada TEMPO, ia melihat bagaimana masyarakat Bali yang terdiri dari berbagai pribadi dan lingkungan hidup, bersatu dalam satu keutuhan yang tuntas dan fantastis -- dalam kegiatan upacara. Padahal manakala didekati satu per satu, segalanya jauh berbeda. Dalam pertunjukan itu, adegan putih-putih menunjukkan betapa jurang tiba-tiba terbentang lebar tatkala semua pemain membuka topeng dan memunculkan pribadi sendiri. Suasana yang tadinya begitu rituil, luruh, tiba-tiba membuyar, lalu muncul pribadi dengan bermacam corak. Sementara itu Pak Tempo berusaha menunjukkan bahwa pengalamannya dengan Julie memberinya kegairahan bekerja. Paling tidak latihan-Iatihan dan bertemu dengan pribadi-pribadi lain, mendorong ia untuk melanjutkan gagasan yang pernah dilahirkannya, tetapi macet karena biaya. Yaitu untuk membuka kemungkinan kepada wanita untuk menari topeng Bali. "Dahulu banyak peran wanita dimainkan lelaki. Sekarang dalam arja Bali, ada peran laki yang selalu dimainkan wanita. Jadi kenapa peranan panakawan/patih dengan topengnya tidak dicoba dilakukan wanita?" kata Tempo kepada, yah, TEMPO.