Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HILANGNYA hutan dan daerah peresapan telah mengakibatkan banjir dan tanah longsor di musim hujan. Janganlah ditunda-tunda pembangunan waduk-waduk penangkal banjir pada ketinggian tertentu di antara hulu dan hilir sungai. Bilamana pada ketinggian yang kurang-lebih sama itu kita gali terusan yang menghubungkan waduk-waduk tersebut satu sama lain, kita memiliki sebuah sistem pengairan terpadu, yang tidak hanya membebaskan kota dari banjir, tapi juga dapat mengairi sawah sepanjang tahun, bahkan memperluas daerah pengairan, sehingga akan dapat tercapai panen tiga kali setahun.
Terusan-terusan merupakan transportasi alternatif bebas polusi yang murah (mendayung) dan bersama dengan waduk dapat menjadi habitat ikan. Hutan pun dapat tumbuh kembali, lebih-lebih bila dibarengi dengan penjualan minyak tanah murah untuk memasak.
Sebagian air waduk dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik, sehingga secara merata kita memiliki sumber energi untuk industri rakyat. Produksi industri itu dapat diangkut lewat terusan. Dengan terdapatnya sumber energi dan transportasi secara tersebar, rakyat dapat berproduksi di tempat masing-masing, sehingga urbanisasi pun berkurang.
Proyek rangkaian waduk ini adalah proyek raksasa padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan dengan demikian mengurangi pengangguran. Pendanaan dapat dilakukan oleh para konglomerat penebus dosa. Terusan-terusan dapat menyandang nama mereka--oleh pencetus ide, yaitu Dr. W.J. Van Blommestein, diberi nama Djatiluhur Canal, Jawa Canal, Madura Canal, dan Seruya Canal.
Untuk pertama kali ide ini dicetuskan dalam sebuah kongres internasional para insinyur tentang "Pengembangan Negeri-Negeri di Seberang Laut" di Paris pada 1949. Dari ide itu, baru Jatiluhur yang diwujudkan. Pada 1979, ide tersebut dimuat dalam sebuah dokumen berjudul A Development Project for the Islands: Java and Madura dengan peta yang menunjukkan rangkaian waduk tersebut.
SUWONDO BISMO SUTEDJO
Jalan Daksinapati Timur I-12
Jakarta 13220
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo