Disadari atau tidak, PDI Perjuangan tampaknya sedang mengalami proses pembusukan dari dalam. Ironisnya, pembusukan itu dilakukan oleh tokoh-tokoh utama PDI Perjuangan itu sendiri.
Kasus Mbak Mega yang sedang serius bersembahyang di pura dan kemudian mendapat respons dari A.M. Saefuddin merupakan salah satu contoh. Contoh lainnya adalah wawancara Alex Asmasoebrata dengan tabloid Tokoh, yang terkesan sangat tidak hati-hati, bahkan cenderung memojokkan kalangan tertentu.
Dan contoh aktual lainnya adalah kasus Theo Syafei. Tampaknya kasus Theo Syafei jauh lebih berat dari kedua contoh kasus di atas. Pada kaset yang beredar secara gelap, Theo jelas-jelas mengimbau kepada jemaah gereja agar menyebarluaskan materi ceramahnya dalam rangka membentuk opini.
Opini yang dimaksud tentunya dalam rangka memojokkan kalangan tertentu. Sayangnya, rekaman ilegal ceramah Theo itu sampai juga ke tangan orang Islam, sehingga menghasilkan sejumlah tuntutan kepada Theo Syafei.
Mengapa kaset itu bisa sampai ke tangan kalangan Islam (pengurus Muhammadiyah Kupang) yang justru menjadi obyek pembicaraan Theo? Karena hubungan warga Kupang sudah demikian akrab (kekeluargaan) tanpa memandang perbedaan agama. Warga Kupang yang mayoritas beragama Kristen/Katolik justru banyak menempuh pendidikan di sekolah-sekolah milik Muhammadiyah. Dari sifat interaksi yang seperti inilah kaset itu sampai juga ke tangan kalangan Islam. Suatu hal yang tidak pernah disadari oleh Theo Syafei.
Berdasarkan ketiga contoh kasus itu, sebaiknya seluruh jajaran PDI Perjuangan lebih mawas diri, mulai dari pucuk pimpinan hingga ke level yang paling rendah. Sehingga kasus-kasus yang cenderung merugikan citra dan eksistensi PDI Perjuangan dapat dicegah sama sekali.
Dalam kasus Theo Syafei ini, pimpinan PDI Perjuangan seharusnya menunjukkan sikap tepat, jangan hanya menunggu, yang hanya akan memperburuk citra organisasi. Kalau memang diperlukan sebuah keputusan dan sikap yang tegas terhadap Theo Syafei, mengapa tidak? Sebab, kepentingan organisasi harus diutamakan.
Sudah saatnya PDI Perjuangan lebih mendewasakan dirinya, dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai kebangsaan dan demokrasi, sehingga masyarakat luas menilai bahwa PDI Perjuangan memang benar-benar memperjuangkan nilai-nilai itu, bukan hiasan di bibir semata.
Frankie Kasidi
Simprug BA-20 RT 003/007
Jakarta Selatan 12220
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini