Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.co
Menurut Anda, apakah pemerintah bisa mengatasi perekrutan milisi ISIS di Indonesia?
|
||
Ya | ||
42,8% | 615 | |
Tidak | ||
52,1% | 748 | |
Tidak Tahu | ||
5,1% | 74 | |
Total | (100%) | 1.437 |
GERAKAN Islam garis keras menemukan bentuk baru. Dalam tiga tahun terakhir, dunia dikejutkan oleh kekejian yang dipamerkan gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kekejian dan sepak terjang ISIS membuat banyak negara harus mewaspadai gerakan ini, tak terkecuali Indonesia. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan ISIS merupakan ideologi yang menginginkan kembali ke masa kekhalifahan. ISIS, Kalla melanjutkan, muncul lima tahun lalu saat terjadi gerakan Arab Spring akibat jatuhnya ekonomi dan timbulnya pelanggaran hak asasi manusia. "Terjadi revolusi di Suriah, kemudian negara Suriah pecah dan ideologi ISIS masuk," ucapnya. Kalla menilai kelompok pendukung ISIS mengincar negara-negara lemah, baik secara ideologi, keamanan, politik, maupun ekonomi. "Apabila berbicara tentang ISIS, di pikiran masyarakat adalah Islam yang bertindak brutal," ujar Kalla. "Ini menakutkan." Ketakutan itu dapat dipahami lantaran Indonesia punya riwayat serangkaian teror yang muncul sejak 12 tahun lalu, atau tepatnya saat terjadi bom Bali I. Pengamat terorisme dari International Crisis Group, Sidney Jones, mendeteksi sel-sel ISIS di Nusantara. Jones mengatakan kabar mengenai empat alumnus pesantren Ngruki, Solo, yang bergabung dengan ISIS merupakan informasi penting. Menurut dia, jumlah relawan asal Indonesia yang bergabung dengan ISIS memang belum signifikan. Tapi Jones mengingatkan ancaman ketika relawan itu kembali ke Tanah Air. "Mereka akan membawa banyak pengalaman perang dan memiliki ideologi lebih mendalam," ucapnya. Belum juga jelas apakah ada jebolan ISIS asal Indonesia yang sudah kembali, pekan lalu publik dikejutkan oleh beredarnya pesan pendek berisi ancaman yang mengaku dari ISIS Indonesia. Sehari setelah pesan itu tersiar, polisi menggerebek empat lokasi di Jakarta dan sekitarnya serta menangkap sejumlah orang yang diduga berkaitan dengan ISIS. Baru-baru ini polisi juga menangkap dua lelaki yang disinyalir menjadi pengikut ISIS di Malang, Jawa Timur. Tak cuma menangkap mereka yang diduga terkait dengan ISIS, pemerintah juga telah menutup puluhan situs yang dianggap memuat ajaran kekerasan berdasarkan ideologi sesat dan memantau pergerakan tenaga kerja Indonesia di Turki-negara yang berbatasan dengan Suriah. Namun publik menganggap upaya itu belum cukup untuk memutus "magnet" ISIS di Indonesia. Dalam jajak pendapat di Tempo.co, 748 atau 52,1 persen dari 1.437 responden menilai pemerintah belum bisa mengatasi perekrutan milisi ISIS di Tanah Air. Adapun 615 orang (42,8 persen) menyatakan pemerintah mampu menumpas sel-sel ISIS di Indonesia dan sisanya, 74 responden (5,1 persen), memilih tidak tahu. ?
Indikator Pekan Ini Apakah Anda percaya kisruh di internal Partai Golkar bakal tuntas?www.tempo.co. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo