Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Penghargaan Jurnalistik Kate Webb

9 Juni 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembaca, di tengah-tengah rapat rutin redaksi pada Rabu pekan lalu, kejutan yang menggembirakan itu datang: wartawan majalah ini, Stefanus Teguh Edi Pramono, memenangi Kate Webb Prize 2013 dari Agence France-Presse (AFP) Foundation.

Penghargaan itu diberikan untuk karya jurnalistik wartawan Asia yang meliput peristiwa-peristiwa berbahaya dengan hasil luar biasa. Dalam pernyataan pers yang menyertai pengumuman pemenangnya untuk tahun ini, Direktur AFP Asia-Pasifik Gilles Campion memuji Pram—panggilan akrab Pramono—sebagai jurnalis muda yang tak kenal putus asa menguak informasi-informasi penting. "Meski itu bisa membuat dia terluka atau terkena serangan," katanya.

Kate Webb adalah wartawan kelahiran Selandia Baru yang lama bekerja untuk kantor berita AFP. Dia dikenal berani kala meliput perang atau kejadian penting lain di Asia dan pernah bertugas di Vietnam, Kamboja, Indonesia, Thailand, Filipina, India, Korea Selatan, serta Timur Tengah. Kate Webb Prize dibagikan oleh AFP Foundation sejak 2008 untuk mengenang Webb, yang meninggal pada 2007 di usia 64 tahun.

Pram adalah wartawan Indonesia pertama yang mendapat penghargaan itu. Laporan dan foto-foto yang dia buat selama mereportase perang sipil berdarah di Suriah pada 2012 dan keterlibatannya dalam liputan berbahaya lain, termasuk ketika Tempo menginvestigasi perdagangan narkotik di Kampung Ambon, Tangerang, dinilai pantas mengantar dia menjadi pemenang.

Pembaca, komitmen menyajikan berita lengkap dan berimbang mendorong kami selalu berusaha mengirim wartawan meliput langsung berbagai peristiwa penting di dalam dan luar negeri. Kepergian Pram ke Suriah tahun lalu merupakan wujud komitmen itu. Sebelumnya, kami juga mengirim wartawan untuk meliput konflik di Libanon, Palestina, juga perang Irak pada 2003.

Suriah di masa perang bukan negeri yang mudah dimasuki wartawan. Itu sebabnya, kendati perang pecah sejak 2011, Pram baru bisa menjejaki negara tersebut tahun lalu. Kesulitan utama adalah mendapat visa. Semua jalan buntu. Akhirnya diputuskan Pram menerobos Suriah melalui perbatasan Turki. Dan dia berhasil. Masuk hingga Aleppo, kota terbesar kedua di sana, dia bertemu dengan kelompok pejuang sipil, tentara pembebasan Suriah. Di sana, Pram melihat langsung baku tembak, orang terbunuh, serta anak-anak kecil korban perang. "Saya sering berkeringat dingin, tapi itu tugas yang harus saya kerjakan," ujarnya.

Kate Webb Prize merupakan penghargaan internasional kedua yang diterima Tempo tahun ini. Pada Mei lalu, kami mendapat Gwangju Prize for Human Rights Special Award 2013. Gwangju merupakan kota di Korea Selatan yang penting dalam sejarah gerakan prodemokrasi negara itu. Majalah ini dipilih karena dianggap tak pernah ragu memberitakan ketidakadilan dan korupsi.

Kami gembira membagi berita baik ini. Penghargaan itu, dan dukungan Anda, meneguhkan kami untuk senantiasa menjadi suara bagi mereka yang memperjuangkan keadilan, hak asasi manusia, demokrasi, dan kebebasan berpendapat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus