Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Penyuntingan Kolom

13 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOLOM saya yang terbit dalam TEMPO Edisi No. 31/XXXI/30 September-6 Oktober 2002, berjudul Buruh Migran: Memperalat Ide Serumpun, diubah sedemikian rupa hingga ide pokoknya hilang. Dalam tulisan asal, bukan ”rasialisme” yang saya tekankan. Soal itu sebetulnya saya ungkapkan seraya menggambarkan perkembangan yang jauh lebih menarik dan penting di Asia Tenggara bahwa regionalisasi secara nyata sudah terjadi melalui masyarakat lintas perbatasan yang terdiri dari buruh migran Indonesia. Penyunting memotong alinea kesimpulan saya dan lebih senang menitikberatkan kritik saya terhadap penggunaan retorika elite politik tentang ”rumpun Melayu”. Bahkan penyunting sengaja memberikan tekanan sendiri dengan menyatakan ”yang sangat terasa: ide serumpun itu diperalat untuk menegakkan rasialisme”. Kata-kata ”sangat terasa” tidak ada dalam tulisan asal saya. Salah interpretasi dalam penyuntingan muncul di banyak bagian, termasuk judul, yang jelas menyimpang dari maksud tulisan saya. Saya cenderung melihat masyarakat lintas perbatasan sebagai satu kerumpunan historis dan sosial (bukan etnis) yang sungguh menarik dan mendahului kebijakan dan pemikiran pemerintah Indonesia dan Malaysia. Penyuntingan kolom saya dilakukan secara ngawur. Selain salah interpretasi, teknik penyuntingan yang dilakukan juga tidak bertanggung jawab. Penyunting tidak merujuk dan melakukan konfirmasi dengan saya sebagai penulis, walaupun beberapa nomor telepon dan e-mail sudah saya berikan kepada TEMPO dan tulisan itu telah saya serahkan 13 hari sebelum dimuat di edisi tersebut. Melalui surat pembaca ini, saya ingin menyampaikan ide sederhana asal: bahwa kita harus memperhatikan masyarakat lintas perbatasan, yang muncul tanpa banyak diskusi dan tanpa dihargai pemerintah kedua negara. Di banyak instansi, hanya keburukan dan kelemahan buruh migran yang selalu ditonjolkan. Namun, sesungguhnya proses regionalisasi budaya, politik, dan ekonomi justru dipelopori kaum buruh migran. SUMIT MANDAL Cipinang Muara, Jakarta -- Kolom itu terlalu panjang, dengan dua angle yang menurut kami sama-sama penting, sehingga kami pendekkan. Terima kasih atas kritiknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus