Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setujukah Anda jika koruptor diperlakukan sama dengan teroris?
(18 Mei-25 Mei 2011) |
||
Ya | ||
91,41% | 575 | |
Tidak | ||
7,95% | 50 | |
Tidak Tahu | ||
0,64% | 4 | |
Total | 100% | 629 |
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar berencana memasukkan materi perlakuan terhadap korupsi, seperti halnya pelaku teror, ke Rancangan Revisi Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang sedang disusun. Hal ini dilakukan demi memberi efek jera bagi para koruptor.
”Itu malah bagus supaya efek jera semakin besar,” ujar Patrialis di Bali, Selasa dua pekan lalu.
Dalam Konferensi Pemberantasan Praktek Penyuapan Pejabat Asing dalam Transaksi Bisnis Internasional di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, itu muncul usul agar koruptor ditolak masuk ke negara lain, seperti halnya pelaku teror. Gayung bersambut. Patrialis mengatakan akan mengakomodasi ide itu dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
Gagasan ini menimbulkan pro dan kontra. Pengamat hukum internasional Hikmahanto Juwana menilai usul itu terlalu mengawang-awang. Menurut dia, yang harus diutamakan dalam proses pemberantasan korupsi adalah memperkuat aspek hukum, yang bisa dilakukan dengan menciptakan hakim yang berlaku adil dan tegas.
Hasil jajak pendapat Tempo Interaktif menunjukkan mayoritas responden setuju dengan pernyataan Patrialis. Hasil jajak pendapat Tempo Interaktif menunjukkan responden yang setuju koruptor diperlakukan seperti teroris, yakni 91,41 persen, lebih banyak daripada yang berpendapat sebaliknya, 7,95 persen. Adapun yang memilih tidak tahu sekitar 0,64 persen.
Indikator Pekan Ini Tim nasional PSSI U-23 bersama atlet SEA Games lainnya menjalani latihan pembangunan karakter di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, sejak 7 Mei lalu. Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program pembentukan karakter Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas untuk SEA Games 2011. Menurut komandan pelatihan Letnan Kolonel Infanteri Richard Tampubolon, latihan ala militer diperlukan guna membangun karakter atlet, mencakup wawasan kebangsaan dan disiplin. ”Supaya tidak cengeng, siap menghadapi kondisi terburuk.” Pelatih timnas PSSI U-23, Rahmad Darmawan, menganggap tidak ada yang salah dalam penerapan latihan militer tersebut. Bagi dia, itu bagian dari pendidikan bela negara. ”Saat bertanding kan seperti pertempuran,” katanya. Pemain timnas PSSI U-23, Kim Kurniawan, mengaku sempat kesulitan saat mengawali program latihan itu. Penyebabnya, antara lain, ia tak terbiasa bangun tidur di pagi buta dan langsung berlatih gaya disiplin militer. Tapi Kim kini sudah biasa jadi ”tentara”. Penyerang timnas PSSI U-23, Irfan Bachdim, sempat mengeluhkan hal yang sama. Bahkan pemain Persema Malang ini dikabarkan sempat emoh mengikuti latihan pada hari pertamanya bergabung. Menurut Anda, apakah pelatihan ala militer untuk tim nasional sepak bola akan meningkatkan prestasi? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo