HARI lahir Kartini, 21 April, setiap tahun masih tetap diperingati kaum ibu -- mulai dari tingkat RT sampai tingkat nasional. Ternyata, surat-surat Kartini tentang penderitaan kaum wanita satu abad lalu -- kemudian dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) -- masih tetap menarik untuk dikaji. Sekarang kaum wanita memang tak dipingit lagi seperti di masa Kartini masih hidup. Mereka sudah banyak yang bertitel sarjana, jadi pegawai, jadi anggota ABRI, jadi pengusaha bahkan jadi promotor tinju bayaran. Tetapi di sisi lain, terutama dalam hubungan dengan pria, kaum wanita masih tetap menghadapi banyak hambatan. Masih banyak kaum wanita tetap berada pada posisi yang tak beruntung -- tidak jarang mereka jadi obyek (mungkin ini agak ekstrem) pemuas kaum lelaki. Hanya sebagian kecil kaum wanita yang betul-betul mandiri dalam segala hal termasuk dalam perilaku seks. Mereka yang segelintir itu (apakah mereka wanita karier atau pengusaha sukses) yang penghasilannya sama dengan kaum pria (malah tidak jarang lebih tinggi) bahkan ingin pula sederajat dengan kaum lelaki: bebas memilih mitra seks -- bukan lagi sebaliknya. Tak heran, belakang ini banyak digunjingkan di mana-mana, perihal kaum Hawa yang bersedia menjadi wanita simpanan, dinikahi maupun tidak, pria bujangan atau mereka yang sudah beristri. Menyambut Hari Kartini 199O, TEMPO, yang tak kurang empat kali mengangkat masalah wanita sebagai Laporan Utama, pada terbitan minggu ini mencoba menyelami problem masyarakat tersebut lebih jauh. Untuk melengkapi Laporan Utama itu, kami menyebarkan poll terhadap sejumlah wanita di lima kota besar: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan. Responden dari sekitar 600 angket yang kami sebarkan itu (570 di antaranya diisi dan dikirimkan kembali) mulai dari ibu rumah tangga, wanita karier, wanita simpanan, sampai mereka yang mempraktekkan kebebasan seks. Ternyata, tak mudah menyiapkan Laporan Utama minggu ini. Tak semua sumber mau blak-blakan mengungkapkan identitas mereka -- kalau ada nama-nama yang sama dengan tokoh yang Anda kenal (terutama mengenai kasus wanita simpanan dan mereka yang mempraktekkan kebebasan seks), itu hanya sebuah kebetulan. Hasil pengumpulan bahan dari kelima kota besar tempat penyebaran angket dan wawancara dengan para ahli memakan waktu hampir tiga pekan. Untung, Laporan Utama nomor ini, yang disiapkan Penanggung Jawab Rubrik Perilaku Jim Supangkat, sudah lama kami rancang dalam rangka menghadapi libur Lebaran. Ada tiga nomor penerbitan -- mula terbitan yang Anda baca sekarang -- yang memang kami garap dengan khusus. Karena harus beredar lebih cepat, sehingga sudah sampai di tangan Anda, sebelum Anda mudik atau bepergian untuk memanfaatkan hari libur nanti. Jangan kaget kalau Anda dalam sepekan melihat ada dua edisi TEMPO dijajakan -- itu memang salah satu bentuk pelayanan kami untuk Anda menghadapi libur Lebaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini