Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Malu sebagai orang minang

Kebiasaan uang hilang dalam adat perkawinan minang kabau hanya terjadi di padang pariaman dan pesisir selatan. warga yang bukan dari daerah itu sering disamaratakan. di sum-bar memakai sistem matrilineal.

21 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALUT buat TEMPO yang telah memuat masalah uang hilang (uang jemputan) yang ada di Pariaman Sumatera Barat (TEMPO, Perilaku, 17 Maret 199O). Selama ini di perantauan, setidak-tidaknya di tempat saya kuliah, ada citra seolah-olah kebiasaan uang hilang yang mungkin satu-satunya di Indonesia adalah kebiasaan/adat orang Minangkabau secara keseluruhan. Padahal, itu hanya terjadi di Kabupaten Padang Pariaman (salah satu dari 14 daerah tingkat II di Sumatera Barat). Citra tadi mungkin timbul karena di Sumatera Barat berlaku sistem matrilineal yang berbeda dengan daerah-daerah lain yang umumnya patrilineal. Justru dengan sistem itu mestinya kedudukan wanita lebih tinggi karena nantinya alur keturunan berdasarkan suku ibu, bukan bapak. Memang, tampaknya di Kabupaten Padang Pariaman, dan beberapa daerah di Pesisir Selatan dalam hal meminang, pihak wanitalah yang lebih dahulu datang ke keluarga lelaki. Baru setelah itu, keluarga lelaki ke rumah keluarga perempuan. Tetapi, bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau lainnya, termasuk di Luhak nan Tigo (Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Tanah Datar) yang merupakan cikal-bakal Minangkabau tidak demikian, pihak lelakilah yang datang pertama kali ke pihak wanita, baru sebaliknya. Tapi sayangnya kebiasaan yang terjadi di Pariaman inilah yang ngetop ke luar (lelaki dipinang duluan, lantas harus di-"beli"). Sebagai orang Minang, yang bukan Pariaman, saya sering jadi risi bila bergaul d kampus, terutama dengan cewek-ceweknya. Sebab bila mendekati seorang gadis dari daerah lain, lantas sering diledek teman-teman "Kalau mau sama Bujang, kita harus membelinya dulu" atau "Percuma pacaran sama Bujang toh nanti dia sudah dibeli d kampungnya" bahkan "Apa keluargamu mau ngelamar Bujang duluan". Pokoknya, pasaran saya jadi sepi, deh. Semoga dengan adanya artikel mengenai uang hilang di Pariaman tersebut, kita jadi tahu bahwa kebiasaan tersebut hanya ada di Padang Pariaman. Sehingga saya, dan para perantau lain yang bukan dari Pariaman, tidak diledek. "Bagi Bujang unsur cinta kurang diperhitungkan, tapi yang lebih diperhitungkan adalah uang hilang." BUJANG Malang, Jawa Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus