Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Etalase

Peta Bumi 3D Google

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Google memperkuat barisan produk mesin pencari lokalnya dengan meluncurkan Google Earth, sebuah pemetaan lingkungan yang berbasis satelit. Produk terbaru itu mengkombinasikan bentuk-bentuk bangunan dan struktur permukaan secara tiga dimensi (3D), dengan kemampuan pemetaan dan mesin pencari Google yang sudah ada. Google Earth memungkinkan penggunanya menjelajah—secara virtual—hingga ke level jalan untuk menemukan informasi geografis ataupun lokasi yang diinginkan.

Fitur inti mencakup seluruh bangunan 3D di kota-kota besar di Amerika Serikat; struktur permukaan 3D seperti pegunungan, lembah, dan perbukitan di seluruh dunia; mesin pencari Google yang terintegrasi untuk menemukan informasi lokal semacam hotel, restoran, sekolah, taman, dan transportasi; video playback yang menunjukkan arah jalan menuju titik lokasi yang dicari; serta tampilan yang dapat disesuaikan sudut pandangnya. "Lebih seperti main sebuah videogame bagi penggunanya," kata John Hanke, Manajer Unit Keyhole, Google Inc.

Sejauh ini, aplikasi gratis Google Earth tersedia dalam versi beta untuk Windows. Jika Anda bersedia membayar US$ 20 per tahun, Google Earth Plus menawarkan kelebihan GPS (global positioning systems), impor data, dan anotasi. Dengan US$ 400 per tahun, Google Earth Pro menyediakan kualitas cetakan yang sempurna dan kemampuan impor data GIS (geographic information systems).

Sepatu Baru Oetzi

Sepatu kulit yang berisi jerami yang terikat oleh serat-serat kayu itu terkesan sangat besar, gatal, dan tidak nyaman. Tapi, jika sepatu itu cukup baik bagi Oetzi—manusia es yang pernah hidup 5.300 tahun silam—semestinya sepasang sepatu itu cukup baik pula buat kaki orang modern. Analisis sederhana seperti itulah yang mendasari perancang sepatu asal Chek, Petr Hlavacek, untuk menciptakan replikanya. Bahkan si perancang menyatakan sepatu model itu lebih baik dari sepatu masa kini.

Sepatu Oetzi itu, menurut Petr, mampu melindungi kaki pemakainya dari bentuk landasan yang terjal dan sangat nyaman. "Dalam sepatu Oetzi, Anda akan menemukan sesuatu seperti kebebasan, fleksibilitas," katanya. Terasa seperti nyeker. Secara ilmiah, Petr tidak lupa menginduksikan uji penyerapan tekanan, suhu, dan faktor lainnya.

Saat ini sudah ada tiga pasang sepatu seukuran kaki Oetzi (ukuran kaki bocah 12 tahun) dan beberapa pasang lainnya yang dipakai sendiri oleh para perancangnya. Mereka telah melakukan "uji terbang" sepatu-sepatu itu dalam dua hari pendakian ke Alpen. Anda tertarik bergaya ala Oetzi? Petr menyimpan di kantornya di Thomas Bata University.

Album Reggae Nelson

Willie Nelson, 72 tahun, ikon musik country Amerika, sepekan lalu menelurkan album baru. Diberi titel Countryman, album yang diproduksi di bawah industri rekaman Lost Highway Records itu berisi lagu-lagu terbarunya seperti Darkness on the Face of the Earth dan One in a Row versi reggae. Nelson juga menggubah dengan warna musik yang sama terhadap lagu The Harder They Come dan Sitting in Limbo milik Jimmy Cliff, serta I'm a Worried Man-nya Johnny dan June Carter Cas. Alhasil, terciptalah petikan gitar musik country bercita rasa reggae.

Nelson, artis penulis lagu yang juga aktor serta aktif menyelenggarakan beberapa konser amal, tertarik membuat album reggae sejak 1995 lalu. Dia mendengar dari teman-temannya sesama musisi asal Jamaika, jenis musik itu menurut dia berakar dari musik country. "Mereka mendengarkan musik country dari Amerika Serikat, lalu memberi ritmenya sendiri terhadap apa yang mereka dengar itu," kata dia.

Countryman dirilis dengan desain kulit wajah bergambar daun ganja yang dipadu warna dasar merah dan kuning. Dalam cover itu, Nelson—pernah mencetak album musik country terlaris sepanjang sejarah (Wanted: The Outlaws terjual lebih dari satu juta keping)—seperti memadukan ketergantungannya nyimeng dengan jiwa budaya Jamaika.


Jejak Maya

http://www.alislam.org/ Jemaah Ahmadiyah

Sabtu pekan lalu, sejumlah warga Parung, Bogor, Jawa Barat, melempari Jemaah Ahmadiyah di kampus Al-Mubarok, yang terletak di wilayah tersebut, dengan batu. Sekitar 400 warga yang datang dari Kecamatan Kemang dan Parung itu merasa terganggu oleh aktivitas jemaah yang ajarannya telah dinyatakan sesat oleh MUI sejak 1980 itu.

Penyerangan tersebut sangat disesalkan oleh Ustad Ali, salah satu staf pengajar kampus Al-Mubarok. Dia menolak aliran Ahmadiyah dinyatakan sesat, karena kelompoknya masih berpegang pada ajaran Nabi Muhammad SAW. "Kami menolak disebut aliran sesat. Sesama muslim seharusnya bersaudara," kata Ali.

Alamat situs resmi di atas memberi informasi lebih jauh perihal komunitas muslim yang terbentuk pertama kali pada 1889 di Punjab, India, itu. Misalnya, siapa dan bagaimana Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani (1835-1908): pendiri sekaligus mesias dan Imam Mahdi, penyebaran, serta informasi lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus