Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Selamat Datang, Jane Fonda

Film ini adalah sebuah panggung bagi Jane Fonda. Jennifer Lopez menjadi bayang-bayang tanpa arti.

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MONSTER IN LAW Sutradara: Robert Luketic Skenario: Anya Kochoff Pemain: Jennifer Lopez, Jane Fonda, Michael Vartan Produksi: Benderspink/Spring Creek Production

Jane Fonda is back. Yeah..., bukan lagi sebagai instruktur aerobik yang memberi perintah tegas untuk menumbuhkan otot di lengan perempuan. Juga bukan lagi sebagai seorang aktris watak yang menuntun penonton pada sebuah drama serius seperti yang dilakukannya pada tahun 1970-an. Kini dia sudah menanggalkan statusnya sebagai istri raja media Ted Turner dan memutuskan untuk kembali menggebrak layar putih dengan sebuah komedi.

Setelah 15 tahun menghilang dari panggung seni peran dan sibuk memerankan sebagai istri, Jane Fonda tak tanggung-tanggung memilih sebuah peran antagonistik: Viola Fields, calon mertua yang obsesif dan dominan yang baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai anchor terkemuka di sebuah stasiun televisi.

Sang calon menantu adalah Charlie Cantilini (Jennifer Lopez), seorang wanita cantik yang mencoba berbagai pekerjaan untuk "menghirup pengalaman": pengasuh anjing orang-orang kaya, pembantu katering meski sesungguhnya dia amat berbakat melukis dan membuat desain baju. Sang anak lelaki adalah Kevin Fields (Michael Vartan), seorang dokter yang tampan dan langsung saja terpikat oleh kesederhanaan Charlie.

Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana Viola, yang tak rela putranya menikah dengan "perempuan biasa" itu, bisa menggagalkan upaya pernikahan mereka?

Sutradara Robert Luketic sebelumnya pernah menghasilkan Legally Blonde, sebuah gambaran komikal tentang seorang gadis blonda yang selalu dianggap remeh oleh rekan-rekannya—karena dia berambut blonda—yang ternyata menggebuk box-office. Tetapi keberhasilan finansial (atau mutu) bukan hanya karena pengulangan sebuah tema atau karena pengulangan penggunaan seorang aktris jelita (entah kenapa, Jennifer Lopez menjadi seorang aktris yang sering dipakai dalam film-film komedi romantik seperti Maid in Manhattan atau The Wedding Planner), tetapi lagi-lagi karena keberhasilan momen demi momen yang dibangun oleh skenario.

Viola Fields adalah sebuah parodi terhadap tokoh seperti anchor nyata Barbara Walters, wartawan cantik penuh gelora yang pernah mewawancarai sebagian besar pemimpin dunia dan akan selalu merasa dirinya sebagai primadona yang merajai panggung. Karena itu, pemecatan dirinya saat dia mewawancarai seorang penyanyi (yang digambarkan persis seperti Britney Spears) adalah sebuah "pembunuhan" bagi dirinya. Kehidupan Viola hanya dua: karier dan putranya.

Setelah melalui periode biru, Viola kemudian memutuskan untuk "bangun" dan membangun babak demi babak untuk menggagalkan pernikahan putranya. Perseteruan antara calon mertua dan calon menantu itu berlangsung sebagai pertunjukan komedi yang komikal untuk penonton. Viola membubuhkan kacang ke dalam makanan—Charlie alergi terhadap kacang—hingga bibir Charlie membengkak; Charlie mengintai tingkah Viola; Viola mempermalukan Charlie pada pestanya yang penuh dengan tamu-tamu kehormatan kelas atas; Charlie mempermalukan Viola pada sebuah makan malam...., semua acara balas-membalas ini terus-menerus terjadi hingga akhirnya toh penonton akan tahu, Viola akan "meleleh" dan menyadari bahwa bagaimanapun ia harus membiarkan putranya bahagia dengan pilihannya.

Kembalinya Jane Fonda setelah 15 tahun menghilang adalah sebuah "pemberian" bagi Hollywood, meski ia mendapat lawan main yang tidak setara. Jane Fonda, seperti halnya sosok yang diperankannya, menguasai panggung, menguasai layar. Dia tampil apa adanya, sebagai wanita berusia 67 tahun yang bangga akan kerut wajahnya dan usia yang menggerogoti lengan dan egonya. Tetapi, dengan kejujuran tubuh yang dikejar usia, dia justru menjadi ratu film ini. Jennifer Lopez, lengkap dengan pinggang dan bokong yang selalu dibanggakannya, kemudian menjadi pecundang yang tolol. Sementara di dalam film sang calon menantu tampil sebagai "pemenang", di luar film sang calon mertua tampil sebagai bintang.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus