Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA yang menarik di sayap kanan arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2005. Di ruang gerai kendaraan bermotor roda dua itu, ramai penonton berdesakan. Lebih dari sepuluh gerai rapi berbanjar, menawarkan pelbagai merek.
Mungkin juga kebetulan, di masa bensin main petak umpet, peluang pasar sepeda motor terbuka lebar. Menurut Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Motor Indonesia (AIMI), Bambang Asmarabudi, untuk 2005 AIMI menargetkan penjualan 5 juta unit. Artinya, 25 persen lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Pertumbuhan populasi sepeda motor memang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 1998, menurut data AIMI, populasinya 12,6 juta unit. Pada 2003, motor yang berseliweran di jalanan di Indonesia meningkat jadi 23,31 juta unit. Tahun berikutnya, populasi nasional mencapai 27,3 juta unit20 persen di antaranya di jalanan Jakarta.
Perebutan pasar memang didominasi oleh Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, antara lain. Ada Vespa juga, dan motor Cina. Tapi segera muncul Taurus, yang diklaim oleh produsennya, PT Semesta Citra Motorindo, sebagai motor nasional alias "monas". Perusahaan ini milik mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi, yang kini memegang lisensi Kanzen.
Desain Taurus, kata Ernas Ernawan, General Manager Sales Nasional Kanzen, sepenuhnya dibuat oleh putra Indonesia. Memang, muatannya masih 30 persen diimpor.
Diproduksi sejak 28 April 2005, penjualan perdananya di PRJ ternyata mencetak angka mengejutkan. Ditargetkan hanya 100 unit, terjual 152 unit. "Jadi, banyak yang terpaksa masuk daftar inden," kata Ernas.
Apa yang menarik pada Taurus? "Modelnya asyik," kata Edy Supoyo, pengunjung PRJ yang langsung membeli Taurus. "Gabungan antara bebek dan trail," ia menambahkan. Selain tergoda model tadi, Edy mengaku, "Ingin mencoba kualitas motor Indonesia."
Taurus dijual dengan fasilitas standar, tak jauh berbeda dengan motor lain, yakni dengan jaminan mesin tiga tahun. Ada kelebihan lain yang sebetulnya tidak terlalu penting: indikator ponsel di speedometer. Jika dalam keadaan jalan ada panggilan masuk ke ponsel, lampu indikator akan menyala. Harga "monas" 110 cc ini tak bisa dibilang murah: Rp 8,850 juta.
Menanggapi kehadiran Taurus, Bambang Asmarabudi mengatakan sebetulnya motor yang diproduksi di Indonesia sudah diakui kualitasnya di dunia. Karena itu, Indonesia juga sudah melakukan ekspor, misalnya ke Argentina, meski persentasenya masih rendah.
Semua merek motor, kata Bambang, kini punya peluang pasar yang baik, apalagi dengan kisruhnya pasokan BBM. Sarana transportasi umum yang belum memenuhi permintaan juga membuat banyak orang berpaling ke kendaraan bermotor roda dua. "Karena itu, target penjualan lima juta unit tahun ini optimistis bisa tercapai," kata Bambang.
Kanzen, yang punya delapan jenis produk, termasuk Taurus, tahun ini menargetkan penjualan 60 ribu unit, atau dua kali tahun 2004 yang 30 ribu unit. "Taurus sendiri akan diproduksi tiga ribu unit setiap bulan," kata Ernas Ernawan.
Angka itu memang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan produksi motor lainnya seperti Honda, Yamaha, Suzuki, atau Kawasaki. Tapi, bagi pendatang baru yang "monas" ini, penjualan di PRJ merupakan pertanda baik.
Rinny Srihartini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo