Rancangan Undang-Undang Penyiaran

Kuis Siapa Berani di televisi Indosiar semakin menarik. Beberapa pesertanya berasal dari keluarga yang mewakili etnis dan daerah masing-masing. Mereka tampil dan bertanding dengan cara yang sangat segar. Hal yang tampaknya sederhana, tetapi menunjukkan tumbuh kembangnya keterlibatan masyarakat terhadap tugas menyempurnakan nation and character building, tanpa slogan dan campur tangan pemerintah. Lihat juga kelompok remaja Prambors, yang sepenuhnya dikelola anak muda, ngocol tanpa dibebani beban misi sebagai generasi penerus tetapi didengarkan dan mendengarkan pemirsanya. Persis bait lagu Silence is Golden Simon & Garfungkle, ”People hearing without listening, people talking without speaking.” Karena itu, saya terus terang tidak memiliki kata lain selain ”muak” dengan Rancangan Undang-Undang Penyiaran hasil karya DPR dan pemerintah, atau juga masa kabinet Orde Baru. Rancangan undang-undang itu jelas sekali dihasilkan oleh orang yang orientasi motivasinya kekuasaan, yang hanya mengenal dua kata kerja, ”memanipulasi” atau ”dimanipulasi”. Yang lebih menyebalkan, mereka mengatasnamakan rakyat sebagai pihak yang harus dilindungi. SARTONO MUKADIS Jakarta