Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wartawan senior Rosihan An-war Gelar Sutan Malin-tang- mendapat kado ulang ta-hun ke-84 yang istimewa. Pria kelahiran Solok, Suma-te-ra Barat, pada 10 Mei itu mem-peroleh gelar doktor ke-hor-matan (Honoris Causa) di bi-dang jurnalistik dan komu-ni-kasi dari Universitas Islam Ne-geri Syarif Hidayatullah, Ja-karta. Upacara penganu-gerahan dilakukan di audi-to-rium kampus tersebut, Sab-tu pekan lalu. Rosihan me-nyampaikan pidato berju-dul ”Wartawan, Engkau Pahlawan dalam Hatiku”.
Mengawali kariernya di bi-dang jurnalistik sebagai re-porter Asia Raya pada 1943–1945. Setelah itu, Rosihan- meng-geluti dunia kewar-ta-wa-nan di beberapa media, seper-ti- harian Merdeka, majalah Si-asat, dan harian Pedoman. Se-lain aktif di dapur redaksi, ayah tiga anak dari perka-win-an-nya dengan Siti Zuraida i-tu juga aktif menulis kolom di berbagai media hingga se-ka-rang.
Sejumlah buku lahir dari alum-nus School of Journa-lism-, Columbia University, New York, ini, antara lain Is-lam dan Anda, Raja Kecil- (no-vel), Ihwal Jurnalistik, Ki-sah-kisah Zaman Revolusi, Me-nulis dalam Air (otobiogra-fi)-, dan Profil Wartawan Indo-ne-sia.
Penganugerahan: Baby Jim Aditya, 44 Tahun
Aktivis sosi-al- Baby Jim Adi-tya, 44 tahun-, men-da-pat a-nugerah Jasa Bak-ti Nugraha Pemasyarakatan da-ri Men-te-ri Hukum- dan Hak Asa-si Manusia Hamid- A-waludin-. A-nu-gerah diberikan pa-da- peringatan Hari Bhakti Pe-masyarakatan ke-42, di Ja-karta, Kamis dua pekan la-lu. Penghargaan juga dida-pat- oleh sejumlah instansi pe-me-rintah yang dinilai berhasil- mem-bantu pelaksanaan sis-tem pemasyarakatan di Indo-ne-sia.
Secara khusus, Baby dinila-i ber-hasil dalam menanggula-ngi- HIV/AIDS dan penya-lah-gunaan narkotik dan zat a-diktif lain di rumah taha-nan- dan lembaga pemasyara-ka-tan. Selama lebih dari 10 ta-hun, ibu dua anak dari per-ni-kahannya dengan Jim Bary A-ditya ini rajin keluar-masuk- pen-jara untuk melakukan kam-panye penyadaran akan ba-haya narkotik dan HIV/AIDS.
Kampanye serupa juga di-sam-paikan pemilik nama a-sli Baby Siti Salamah itu ke-pada segmen masyarakat la-in, termasuk di lingkungan kam-pus dan kampung-kampung. Kini, aktivis yang juga meng-geluti dunia rancang bu-sa-na dan teater itu mengelola lem-baga partisipasi kemanusia-an- Partisan.
”Kalau tidak ada musyawarah, saya akan mengundurkan diri.” —Anggota majelis hakim Ahmad Linoh mengucapkan kalimat itu sambil meninggalkan ruang (walkout) dalam persidangan Harini Wijoso. Ahmad Linoh dan dua hakim lain menginginkan Ketua MA Bagir Manan hadir memberi kesaksian dalam persidangan kasus korupsi di MA itu. Sedangkan ketua majelis hakim Krisna Menon dan seorang hakim lain menolak keinginan itu.
”Per orang dihitung Rp 1 miliar untuk biaya di penyidikan saja.” —Adrian Waworuntu, terpidana kasus pembobolan BNI Cabang Kebayoran Baru, di PN Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu. Ia menjadi saksi terdakwa Komisaris Besar Polisi Irman Santosa, bekas Ketua Unit II Ekonomi Khusus Markas Besar Kepolisian RI, yang didakwa menerima uang suap dari para tersangka kasus BNI.
TEMPO DOELOE
8 Mei 1902 Mont Pelle di Prancis me-letus, menghancurkan- Ko-ta St. Pierre dan mene-was-kan 30 ribu orang. Ter-catat sebagai salah sa-tu letusan gunung ter-be-sar yang paling banyak- menelan korban.
9 Mei 1992 Tentara Armenia untuk per-tama kali melakukan se-rangan ke Azerbaijan. Per-tempuran terjadi ka-rena desakan etnis Ar-me-nia di kawasan Nagor-noKarabakh, Azerbai-jan, un-tuk merdeka.
10 Mei 1871 Prancis menandata-nga-ni perjanjian damai- dengan Jerman di Frankfurt- setelah kalah pe-rang-.- Sebagai tanda per-da-maian, Prancis di-wa-jib-kan membayar ganti- rugi satu juta frank.
11 Mei 1939 Jerman mengoperasi-kan- pemancar televisi per-tama di Berlin. Stasi-un televisi itu diberi na-ma- Nipko, sebagai penghar-gaan pada Po-wel- Nip-ko, ilmuwan Jer-man dan se-o-rang- penemu televisi.
12 Mei 1845 Seniman Gabriel Faure lahir di Prancis. Sejak usia belasan tahun ia menggeluti dunia kompo-sisi musik. Karyanya yang terkenal antara lain After a Dream, The Roses of Isfahan, dan Moon-light.
13 Mei 1830 Ekuador resmi menja-di negara merdeka. Sebe-lum-nya Ekuador menjadi ba-gian dari Federasi Gran- Kolombia, setelah ber-hasil melepaskan diri da-ri pemerintahan kolonial Spanyol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo