PADA mulanya adalah seorang ayah dari enam orang anak yang
bernama Harjo Suwito. Bekerja sebagai sopir pabrik gula
Pesantren di Desa Jengkol, kehidupan keluarganya amat prihatin,
walaupun istrinya, Waryanti, membantu dengan membuka warung nasi
kecil-kecilan.
Agar anak-anak mereka bisa melanjutkan sekolah, Harjo dan
istri kemudian memutuskan untuk hidup berpisah dulu. Artinya
Harjo tetap di Jengkol dan Waryanti bersama anak-anaknya mencoba
peruntungan di Kediri. Di tempat baru ini istri Harjo kembali
membuka warung nasi.
Hal itu terjadi sekitar 1976. Sebuah warung yang menempel di
samping gudang pabrik rokok Gudang Garam pun,tidak segera
dikenal orang. Bahkan orang segan datang ke situ, karena pemilik
warung, Waryanti, berpenyakit batuk.
Jika menjenguk istri dan anak-anaknya, secara iseng sesekali
Harjo membawa bekicot. Dia menganjurkan agar oleh-oleh bekicot
itu dibuat sate.
Waryanti menurut. Karena ia juga ingat di zaman Jepang,
tentara-tentara Dainipon itu amat rakus melahap bekicot. Dan
konon, tentara Jepang itulah yang pertama kali membawa binatang
melata itu ke Indonesia.
Eksim & Jerawat
Mula-mula Waryanti hanya membuat 10 tusuk sate. Lauk baru
ini dijajarkan bersama tahu, tempe di warungnya. Sesekali ada
pembeli yang mencobanya. Sisanya dimakan Waryanti. Anak-anaknya
sendiri rupanya masih enggan mencobanya. Tetapi sesuatu yang
aneh telah terjadi pada Waryanti. Batuknya hilang sama sekali
setelah beberapa kali makan sate bekicot.
Waryanti kemudian mendapat semacam "petunjuk", bahwa
binatang yang bernama bekicot ini akan membawa rezeki baginya.
Harjo Suwito juga setuju kalau pencarian bekicot tetap
diteruskan. Dia kemudian memasang spanduk di depan warungnya
yang reyot dengan nama warung "Lumayan".
Kemudian datang beberapa orang yang sengaja mencari daging
bekicot. Ratmi, ibu dari beberapa anak. Salah seorang putranya
yang berusia 4 tahun, menderita gatal-gatal di kaki. Berbagai
obat dan Puskesmas telah dilewatinya. Tapi setelah 10 hari
berturut-turut Ratmi menyuguhkan sate bekicot kepada anaknya
itu, penyakit tadi pun hilang.
Katam, 28 tahun, bekerja di pabrik rokok sebagai tukang
bongkar tembakau. Pegel linunya hilang, setelah secara
teratur melahap tiga piring sate bekicot setiap minggu. Begitu
pula Sumiati, pusing kepala dan gatal-gatal pada tubuhnya
lenyap, setelah empat bulan berkenalan dengan bekicot. "Mulanya
saya jijik memakannya," ujarnya.
Rupanya sakit kepala, eksim, bahkan sampai jerawat, bisa
hilang karena memakan sate bekicot. Seberapa jauhkah kemujaraban
bekicot? "Kami belum mengadakan penelitian tentang hal itu,"
kata dr. Asmuni Rachmat MPH, Kepala Bagian Gizi Fakultas
Kedokteran UI (lihat box).
Yang pasti, dagangan Waryanti semakin latis. Anak-anaknya bisa
lestari bersekolah berkat bekicot ini. "Kini paling tidak sehari
habis 2.000 tusuk," kata Waryanti tentang sate bekicot
dagangannya. Para pengunjung warung Lumayan mengakui, sate
bekicot lebih gurih dibanding sate kerang yang sudah banyak
dijual orang.
Krupuk Paru-Paru
Kini Harjo tidah lagi langsung mencari bekicot. Karena dia
telah mempunyai sekitar delapan orang yang siap melanglang desa
mencari binatang itu. Satu kuintal bekicot dapat dilego ke
warung. Lumayan dengan harga 4 - 5000 rupiah. Kalau musim
kemarau, agak sulit mencari binatang itu, karena itu harus
didatangkan dari daerah yang lebih dingin dan lembab, seperti
Malang. Dan di musim kemarau harganya juga lebih tinggi.
Mengolah bekicot menjadi makanan, mula-mula direbus dengan
digarami. Setelah masak, dagingnya kemudian dipisahkan dari
rumahnya Seekor bekicot kemudian diirisnya menjadi lima, cukup
untuk satu tusuk sate. Sebelum ditusuk, bekicot itu digoreng
dulu dengan diberi berbagai bumbu. Bila sudah dipesan pembeli
barulah dibakar lagi disertai bumbu kecap atau kacang, seperti
sate kambing atau ayam. Harga setiap tusuk Rp 15 kalau musim
hujan, dan menjadi Rp 25 pada musim kemarau.
Waryanti juga kemudian membuat krupuk bekicot. Bekicot yang telah
direbus, diiris tipis-tipis melebar. Kemudian dijemur. Setelah
kering betul, dimasukkan ke dalam bungkusan plastik. "Krupuk ini
atas saran seorang langganan yang tetap tidak bisa menelan sate
bekicot, " kata Waryanti.
Kalau sudah jadi krupuk, bayangan bekicot memang hilang,
karena rupanya mirip krupuk paru-paru yang banyak dijual di Jawa
Tengah atau Jawa Timur. Setiap hari, tidak kurang dari 1000-2000
bungkus habis terjual dengan harga Rp 40 sebungkus. "Saya dengar
krupuk saya sudah sampai di Jakarta bahkan sampai ke
Kalimantan," kata Waryanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini