Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bahasa indonesia, 2128

Bahasa indonesia telah berkembang pesat. termasuk mengenai pergeseran arti kata dan singkatan. misalnya "kebijaksanaan" telah berubah menjadi "penyimpangan". juga munculnya di forum pbb.

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENDI Kias memutar moviola dengan tekun. Dari tiga jam wawancara yang dibuatnya selama dua minggu, dia harus menyunting sepadat 30 menit. Kerja ini meletihkan badan. Tapi dia senang karena acara TV Ufuk Budaya saluran 12 asuhannya itu sudah dua tahun menempati tingkat tigabesar di antara 180 stasiun TV langganan Palapa. Kekuatannya yang utama adalah pada ide acara, penguasaan bahan dan suntingan atau editingnya yang dinamik. Beberapa bagian dari Ufuk Budaya Oktober, seperti berikut ini. (I) (Dr. Imran Salmm, Direktur Pusat Bahasa, mencebur ke danau dengan perlengkapan selamnya. Sendi Kias ikut menyelam pula. Kamera TV menembak wawancara itu). SK: Penonton Ufuk Budaya yang budiman. (Gluk gluk). Saya mengajak anda, sehubungan dengan Tahun Bahasa ini, berbincang dengan Dr. Imran Salim. (Gluk). Selamat menyelam, bung. IS: Selamat menyelam juga, bung Kias. (Gluk). SK: Saya tahu bahwa anda senang sekali olahraga menyelam (Gluk), tapi mengapa justru anda memilil3 dasar Danau Maninjau ini sebagai tempat wawancara kita? (Gluk). IS: Dalam memperingati 200 tahun Sumpah Pemuda ini tak ada salahnya kita mengingat pula (gluk) bahwa lebih dari 200 tahun yang lalu, pengajaran tata bahasa Indonesia modern untuk pertama kali diajarkan (gluk) di sebuah sekolah di Bukittinggi, yang tidak jauh dari danau ini. Kira-kira 60 belokan jalan dari dasar danau ini. SK: Apa nama sekolah itu? IS: Sekolah Raja. SK: Raja mana saja (gluk) yang tamat dari sana? (II) (Dipotong di sini. Kemudian wawancara di kebun wortel. Prof. Andi Hamid Nasution mencabut wortel dua umbi, mencucinya, dam mengulurkan sebuah untuk Sendi Kias. Mereka makan wortel dengan nikmat. Kamera TV menembak poster di dinding, berbunyi Makan Wortel dan Sehat). SK: Prof. Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia di bidang (mengunyah-ngunyah wortel) ilmu pengetahuan kini, menurut anda? AHN: Pesat. Tapi dulu, sekitar 100 tahun lamanya bahasa kita mengalami cobaan berat. Slogan terlalu banyak dari zaman ke zaman. Kata-kata aus. Banyak pemakai bahasa tak dapat memaparkan pikiran secara logis, tak dapat menganalisa dan mengambil kesimpulan dengan bahasa sebagai alat. Sedihnya orang terpelajar pun, mahasiswa, guru-guru mereka banyak pula begitu. Termasuk wartawan. SK: Wah? Begitu benarkah kemelutnya dulu? AHN: Seratus tahun diperlukan untuk membenahi kebalauan bahasa lisan dan bahasa tulisan kita. Dan yang lebih asasi, meluruskan jalan logika. Karena baik dan benar, bukan semata-mata soal tata-bahasa. (III) (Waliullah Durahim Wahid, kiai cendekia itu sedang menabur pil-pil protein untuk ikan-ikan emas di kolam pesantrennya di kaki perbukitan. Medium shot). DW: Tepat sekali. Baik dan benar bukan semata-mata urusan tata-bahasa. Soalnya lebih dalam lagi. SK: Maksud kiai? DW: Kekeliruan kita dari dulu ialah tidak sungguh-sungguh membenahi yang di dalam lebih dahulu. (Menunjuk ke dada). Yang diisi cuma kepala dengan ilmu, rumah dengan barang. Kitab Suci dinyanyikan merdu-merdu, tapi tidak dibaca. SK: Hubungannya dengan berbahasa baik dan benar? DW: Bahasa itu pancaran dari apa yang ada di dalam. Yang di dalam ini yang harus gemerlapan. Sifat munafik yang tumbuh pesat di negeri kita sebelum datang kutuk Gempa P,umi Besar di akhir abad yang lalu, jangan diberi kesempatan berkembang lagi. (IV) (Kamera menembak kamar kerja penyusun kamus. Nampak rak buku yang padat, setinggi langit-langit kamar. Di meja berserakan kartu penuh lubang). SK: Mas Hari Cuti, dapatkah anda menjelaskan secara ringkas perkembangan kosakata bahasa kita, selama setengah abad terakhir ini? HC: Perkembangan 50 tahun belakangan ini sebenarnya tidak begitu menarik. SK: Karena? HC: Karena normal. Perkembangannya amat normal. yang menarik ialah perkembangan dari keadaan parah menjadi pulih, kemudian bertumbuh. Juga tentang perkembangan singkatan. Ha, itu yang menarik. SK: Misalnya? HC: Misalnya mengenai pergeseran arti dari kata. Atau serangkaian kata. Kata revolusi, umpamanya. Beberapa abad yang lalu, kata itu bermakna perubahan besar, cepat dan berani. Sekarang? Coba tanya anak muda, dia akan balik bertanya pada anda, "Oh itu oom, yang saban menitnya 33 1/3 putaran itu? RPM?" Nah. SK: Ilustrasi lain? HC: Banyak. SK: Maaf mas Hari. Waktu kita terbatas. HC: Misalnya lagi, kata kebijaksanaan, yang berasal dari bijak, atau bijaksana. Pada kuartal ketiga abad yang lalu, banyak orang bilang begini. "Menurut peraturan, ini memang agak sulit. Tapi tergantung kebijaksanaan bapaklah." Nah. Arti kebijaksanaan bergeser menjadi penyimpangan, atau bahkan dalam praktek pelanggaran. Sehingga arti kalimat itu menjadi "Pak, tolongiah bapak menyeleweng, tidak apa, kan bapak berkuasa." SK: Wah menarik ini. Saya baru tahu ini. Bagaimana nasib kata-kata itu? HC: Sesudah peristiwa Gempa Bumi Besar itu, yang ditafsirkan sebagai kutukan Tuhan, kata-kata itu serta-merta tidak dipakai lagi. Termasuk juga kata ganyang, berkenan, dan 43 kata lainnya. Mengenai singkatan . . . SK: Maaf mas Hari. Waktu sudah habis. (V) (Adegan terjun payung bersama Kresno Yuwono, penulis novel terkenal. Kresno santai berbuai di ujung parasutnya. KiasJuga begitu). SK: Kres, Kres, bagaimana sastra Indonesia sekarang? KY: Sehat-sehat saja. SK: Maksud kau? KY: Penulisan subur. Pembaca beli buku. Kritikus mengeritik. (Percakapan terhenti sebentar karena mereka menembus awan). SK: Wah. Kalian sastrawan sudah mapan kalau begitu. KY: Memang agak mapan. Jadi sebaiknya ditindas sedikit. SK: Supaya? KY: Supaya keluar karya yang hebat. SK: Kres. Saya dengar ada krisis dalam puisi mutakhir Indonesia. KY: Taik kucing itu. SK: Puisi kucing apa? Kurang jelas suara kau. KY: Itu pendapat spesialis krisis. Tidak pernah dalam sastra Indonesia selama dua abad ini, yang tiga tahun berturutturut tidak krisis. SK: Jadi krisis terus? KY: Krisis melulu. Tetap gawat. Selalu krisis tersedia untuk dipakai. Krisis puisi. Krisis kreativitas. Krisis novel. Krisis kepercayaan. Krisis kritik. Yang paling akhir sebenarnya krisis tidak adanya krisis. (VI) (Kamera ke sisi wajah Dr. Yuyun Sammi, ahli filsafat itu). SK: Bung Yuyun. Sastrawan bicara tentang krisis. Bagaimana tentang pemikiran? Tentang kedudukan bahasa Indonesia dalam pemikiran? Dalam filsafat? YS: Apa pernah orang Indonesia berpikir? Dan berfilsafat? Saya rasa orang Indonesia dari dulu cuma mengucapkan kata-kata mutiara. (VII) (Adegan pusat belanja Houston, Texas. Seorang bocah menjajakan koran sore Houston Evening Post. Kamera memperbesar halarnan 98, ruang iklan). SK: Demikianlah para penonton TV, besarnya pengaruh bahasa kita ke seluruh dunia pada hari Sumpah Pemuda ke 200 ini. Bukan nasi goreng, batik dan wayang kulit saja menyerbu mancanegara, juga bahasa kita. Bahasa kita dipakai di seminar internasional, jadi medium resmi kesembilan di PBB. Nah. Di kota minyak Houston ini, ada perusahaan pengeboran yang pasang iklan dalam bahasa Indonesia. Anda sudah baca sendiri tadi. Iklan mencari tenaga sopir truk tangki bensin. Di Amerika. Dalam bahasa Indonesia. Apakah kita tidak terharu? ** Sendi Kias, untuk acara Ufuk Budaya ini, mendapat hadiah tertinggi TVRI, tahun 2128. Kata dewan juri dia "penuh angan-angan, kreatif, idenya majemuk" dan lima kata sifat lagi yang begitu-begitu itulah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus