Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Sebuah kapal dari bahan-bahan bekas

Kapal eye of the wind, yang menunjang operation drake pernah terbakar. tubuhnya terbuat dari pelat baja, tetapi bberapa bagian berasal dari bahan bekas.

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERAHU karet bermotor tempel pelan mendekati tangga tali di lambung Kapal Eye of the Wind. Kapal layar megah yang menunjang Operation Drake itu, berlabuh di Pelabuhan Kendari, 500 m dari dermaga. Menyaksikan kapal ini memang tidak sulit membayangkan suasana di abad lampau pada saat kapal-kapal layar dari negeri seberang hendak membeli rempah, perak dan sutera. Kapal Eye of the Wind memang mendukung kesan seperti itu. Lebih-lebih bila menyaksikan kedua tiangnya yang menjulang sampai 27 m. Tiang itu seakan dengan ponggah menantang keberanian calon pemanjat tangga tali yang terentang antara pucuk tiang dan lambung kapal. Badan Eye of the Wind seluruhnya terbuat dari plat baja. Panjang badan dari pucuk kayu perentang layar jib sampai buritan 40 m dengan bagian terlebar (di geladak) 7 m. Kedalamannya dari permukaan air sekitar 2 m di depan dan 2,5 m di belakang. Ia dilengkapi dengan sebuah mesin 8 silinder merk Gardiner, berkekuatan 200 PK yang menggerakkan sebuah baling-baling. Kapal layar berbobot mati 150 ton ini buatan tahun 1911 dari galangan kapal di Braca, sebuah kota kecil di Sungi Weser dekat Bremen, Jerman. Ia dipesan oleh sebuah kongsi dagang Jerman untuk mengangkut garam dari negeri itu ke Argentina. Kembalinya membawa kulit sapi, singgah di Cornwall, Inggris, mengangkut tanah liat untuk industri keramik. Kapal Eye of the Wind adalah jenis brigantine, jenis kapal dengan laberang yang biasa dipakai para perompak laut zaman dulu. Laberang kapal jenis ini terdiri dari dua tiang. Tiang depan mendukung laberang layar batang, mirip layar kapal latih "Dewa Ruci" milik TNI-AL, sedang tiang belakang mendukung laberang seperti pada kapal pinisi pelaut Bugis. Dilengkapi pula dengan sejumlah layar jib di haluan dan sebuah layar pengapuh di atas layar agung. Setelah bertahun-tahun mengarungi Samudra Atlantik antara Benua Amerika dan Eropa, perang dunia ke-I pecah dan sejak itu tidak jelas nasib kapal ini. Baru diketahui lagi ketika pada 1923 ia muncul di Swedia sebagai milik satu keluarga kaya. Dari tangan keluarga tadi pada 1958 kapal layar ini dibeli oleh sebuah kongsi dag:ng Swedia. Kongsi ini menggunakannya untuk mengangkut barang di sekitar Laut Utara dan Laut Baltik. Akhir tahun 60-an, ketika sedang terkepung es di Laut Baltik ia sempat terbakar, hingga harus ditarik kembali ke Gothenberg, Swedia. Di sana bertahun-tahun tidak terurus sampai pada 1973 sejumlah penggemar kapal layar mendengar nasibnya. Mereka terdiri dari 6 orang -- di antaranya Leslie Reiter dan Tiger Timbs yang kini turut dalam pelayaran keliling dunia itu Mereka mendirikan suatu sindikat dengan nama The Adventure Und er Sail Syndicate, yang kemudian membeli bangkai kapal di Gothenberg itu. Bangku Gereja Anggota sindikat itu memang bukan tergolong orang kaya, tapi mereka terdorong oleh rasa cinta pada laut dan kapal layar. Dengan segala akal kapal Eye of tbe Wind, begitu mereka kemudian menamakannya, dibangun kembali. Sebagian besar kayu yang kini membentuk interior kapal ini berasal dari berbagai bongkaran. Lantai ruang pertemuan dan sekaligus ruang makan di bawah geladak terbuat dari kayu oak yang mewah berasal dari lantai sebuah tempat dansa di London ketika diubah menjadi tempat judi. Beberapa bangku dalam ruangan ini diambil dari sebuah gereja tua, terbuat dari kayu oregon. Dan dindingnya yang mewah berlapis panel kayu berasal dari gedung Barcley Bank yang dibongkar di London. Kayu jati yang terdapat pada rumah geladak berasal dari sebuah kapal penyapu ranjau Australia. Jalur tempat pasak penahan tali terbuat dari bantalan kereta api di Tenterden, Kent. Sedang kompasnya diambil dari sebuah kapal penangkap ikan tua. Sebagian tiang laberang yang terbuat dari kayu dibikin sendiri secara tradisional dengan rimbas dan pahat oleh para pemilik itu. Juga kaitan logam pengikat tali temali dan tali laberang mereka tempa sendiri. Selama lebih 2 tahun keenam pemilik itu bekerja keras siang malam membentuk kapal ini -- terkadang dibantu beberapa sahabat dan penggemar secara sukarela. Usaha keras ini berhasil hingga pada 1976 Kapal Eye of the Wind yang baru dan megah berlayar kembali. Mula-mula sindikat itu mengoperasikan Eye of the Wind sebagai kapal sewaan bagi mereka yang ingin menjelajah lautan dengan kapal layar ke berbagai tempat eksotis di dunia. Akhirnya operation drake menyewa kapal ini pada 1978, menunjang penelitian ilmiah keliling dunia (TEMPO 22 Maret). Di geladak belakang kapal ini terdapat ruang radio dan sebuah laboratorium kecil. Di bawah ruang ini adalah ruang tidur Nakoda Kichenside dengan anak daranya berumur 13 tahun. Juga kamar Derek Jackson dan kedua pemilik terdapat di situ. Di bawah ruangan ini lagi terdapat kamar mesin. Atap ruang belakang mendukung dua buah kompas, menghadap roda kemudi. Di buritan sebuah kapal penolong terikat melintang. Di bawah geladak buritan ada ruang gudang yang selama di pelabuhan disegel karena berisi rokok dan minuman keras. Dalam perjalanan barulah gudang ini boleh dlbuka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus