Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tanah kusir, tempat proklamator itu

Jakarta selatan ada tpup-taman makam umum pusat tempat bung hatta dimakamkan. makamnya menempati bekas areal parkir. dari rencana 67 ha luas tpup, baru 42 ha yang dibebaskan.

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK Bung Hatta dikebumikan di Tanah Kusir, pemakaman umum itu menjadi perhatian orang. Sampai Jumat sore pekan lalu penziarah hampir tak pernah putus. Mereka tafakur, berdoa dan sesekali memotret berombongan atau sendiri-sendiri. Sore Jumat itu dua putri Bung Hatta, Meutia dan Gemala, juga tampak di antara penziarah. Setelah berdoa, keduanya berbicara agak lama dengan Safiri, salah seorang penjaga makam. Kepada laki-laki itu mereka mengatakan hari itu ibu mereka, Nyonya Rahmi Hatta, akan menabur bibit rumput di sekitar makam. Taman Pemakaman Umum Pusat (TPUP) Tanah Kusir terletak di RW 015 Kelurahan dan Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dibuka pada 1965, mula-mula luasnya hanya 2,5 ha. Tapi menurut rencana akan diperluas menjadi 67 ha -- meliputi tanah di selatan makam yang kini masih dihuni penduduk. Jika sudah diperluas, TPUP ini dapat menampung 100.000 Iebih makam. Warga Jakarta, terutama Jakarta Selatan, tampaknya kini lebih suka memakamkan keluarganya di TPUP Tanah Kusir ini. Tanahnya sendiri sudah terbilang matang, artinya padat karena dibuldozer sebelum diresmikan sebagai tempat penguburan. Juga letaknya cukup tinggi sehingga tidak mengandung air. Dalam rencana Pemda DKI jalan menuju TPUP ini, Ciputat-Bintaro, akan diperlebar dari 7 meter menjadi 15 meter. Tanah Kusir sebelumnya adalah tempat perkebunan penduduk -- sebagian lagi tanah persawahan. Dari rencana perluasan menjadi 67 ha tadi, baru 42 ha yang dibebaskan. Sisanya masih tawar menawar ganti rugi dengan pemiliknya. RW (Rukun Warga 015, tempat pemakaman itu berada, berpenduduk hampir 1.000 jiwa. "Dulu sebagian besar penduduk di sini petani," ungkap Ketua RW 015, Mahali, "sekarang setelah banyak tanah menjadi tempat pemakaman, kebanyakan penduduk di sini menjadi buruh." Asal mula wilayah ini bernama Tanah Kusir ada 2 versi. Seorang nyonya, Laila, yang mengaku telah puluhan tahun tinggal di kawasan itu mengungkapkan, "karena dulu di sini banyak tinggal kusir." Tapi Mahali yang sudah 10 tahun lebih menjadi Ketua RW. 015 ini mengutip cerita orang-orang tua. Dulu, katanya, di daerah ini terkenal seorang tuan tanah keturunan Tionghoa. Suatu hari ia mengadakan pertemuan di rumahnya dengan mengundang banyak tamu, termasuk beberapa pembesar Belanda. Ketika pertemuan sedang berlangsung, si tuan tanah tiba-tiba kentut dengan keras. Hadirin kaget dan segera menutup hidung karena baunya bukan main. Khawatir kehilangan muka, si tuan tanah buru-buru menuduh kusirnya, yang duduk tak jauh darinya, sebagai sumber angin busuk itu. Si kusir, karena takut akan amarah tuannya, langsung mengaku bahwa ia yang telah telanjur melepas angin. Babah tuan tanah lega. Dan karena pengakuan tadi, ia kemudian menghadiahi kusirnya tadi tanah seluas areal yang sekarang bernama Tanah Kusir. "Baik juga hati Cina itu," kata Mahali dalam logat Betawi. Tabanas Rp 1,5 juta Seminggu setelah Bung Hatta dimakamkan, di TPUP itu tampil sebuah tim rohani sukarela dari Mampang (Jakarta Selatan), dipimpin Haji Asmuni, seorang pengusaha almunium. Ia membiayai hampir segala keperluan para penziarah yang datang untuk berdoa, mengaji dan bersembahyang. Menurut rencana tim Haji Asmuni akan terus berada di pemakaman sampai jenazah berusia 40 hari. Diterangi 3 buah lampu patromak jumlah penziarah yang datang untuk mengaji justru bertambah banyak pada malam hari. Pengajian berlangsung sampai subuh. Makam proklamator itu sendiri menempati bekas areal parkir di kanan pintu gerbang, sekitar 30 meter dari jalan kereta api Jakarta-Serpong. Luasnya 2.000 meter persegi. Tentang akan dibuatkan nisan seperti makam Bung Karno di Blitar atau tidak, "itu terserah pemerintah," kata Meutia Swasono, putri sulung almarhum. Tetapi, tambahnya, "saya ingin seperti yang di Arlington, hanya petak kecil tempat meletakkan bunga." Arlington adalah tempat bekas Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, dimakamkan. Menurut Mensesneg Sudharmono, sampai sekarang pemerintah belum ada rencana untuk memugar makam Bung Hatta "Masih akan dirundingkan dulu dengan keluarga Bung Hatta," kata Sudharmono pekan lalu. Namun menurut kalangan keluarga almarhum, makam Bung Hatta tidak perlu terlalu mewah. "Disesuaikan saja dengan kesederhanaan ayah," kata Gemala Chalil, putri kedua almarhum. Sebab, tambahnya, "percaya nggak, sampai saat meninggal, ayah hanya punya tabungan di tabanas sebanyak Rp 1,5 juta -- itu saja."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus