Gempa Bumi Di Sulawesi Utara

UNTUK mempelajari lebih mendalam mekanisme gempa bumi Sulawesi Utara, ada baiknya kita memperhatikan posisi tektonik daerah ini ialah struktur serta sifat gerakangerakan kerak buminya. Penelitian-penelitian terakhir yang dilakukan oleh kapal-kapal riset oceanografi modern, maupun analisa citra satelit, radar serta penyelidikan di lapangan, menunjukkan beberapa gejala yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Daerah Sulawesi Utara merupakan daerah gunung api yang dapat diikuti ke utara sampai Filipina melalui Kepulauan Sangihe. Gunung api aktif ini tidak terdapat di daerah sebelah barat Minahasa. 2. Di sebelah timur semenanjung Minahasa terdapat suatu zone subduksi tempat penukikan lempeng laut Maluku di bawah busur Kepulauan Sulawesi Utara. 3. Di sebelah utara Minahasa terdapat pula palung laut dalam yang disehut palung Minahasa yang juga merupakan suatu zone subduksi tempat penukikan lempeng laut Sulawesi ke bawah busur Kepulauan Sulawesi Utara. 4. Patahan-patahan besar dan kecil memotong Kota Manado dan Gorontalo, dan di daerah terakhir merupakan patahan sesar mendatar (trancurrent fault). (Lihat peta). Struktur geologi Sulawesi Utara sangat kompleks, karena daerah ini diapit oleh dua zone penukikan atau zone Benioff yang berhadapan serta ditandai oleh patahan-patahan yang hampir secara tegak lurus memotong busur kepulauan ini. Struktur yang kompleks ini menyebabkan sulitnya mengadakan analisa tentang mekanisme gempa bumi. Tsunami Dengan mempelajari catatan seismograf serta melihat posisi tektonik Sulawesi Utara maka beberapa hal dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut:  Gempa bumi Manado yang terjadi pada tanggal 22 Februari 1980 tidak ada hubungan dengan aktivitas gunung api tetapi merupakan gempa tektonik yang pusatnya terdapat di Laut Sulawesi.  Melihat letak serta dalamnya pusat gempa bumi maka besar kemungkinan ia terletak pada palung laut dalam Minahasa tempat mulai menukiknya lempeng oceanis Laut Sulawesi ke bawah busur Kepulauan Sulawesi Utara.  Pada saat ini belum dapat ditetapkan dengan pasti apakah getaran pada 22 Februari yang lalu merupakan getaran pendahuluan (fore-schock) atau getaran utama (main schock). Kalau ia merupakan getaran pendahuluan maka ia akan disusul oleh suatu getaran utama yang lebih kuat. Jangka waktu antara fore schock dan main schock biasanya tidak lama. Kalau ini sampai terjadi maka bahaya yang bisa ditimbulkan adalah tsunami (gelombang pasang).  Berdasarkan grafik frekuensi getaran maka dapat pula dikemukakan pendapat bahwa getaran 21 Februari 1980 adalah getaran pendahuluan, sedangkan getaran kuat pada tanggal 22 Februari 1980 adalah getaran utama. Getaran-getaran yang sekarang masih berjalan dapat dianggap sebagai getaran susulan (after schocks) dengan variasi peningkatan frekuensi yang biasanya tidak lebih kuat dari etaran utama. Getaran-getaran susulan ini lambat laun akan berkurang dan akan padam sesudah tiga atau enam bulan, serta tidak akan menimbulkan bahaya atau kerusakan-kerusakan berat. Yang perlu dicatat ialah frekuensi yang menonjol yang terjadi pada 27 - 28 Februari yang lalu.  Di daerah rawan gempa bumi seperti Sulawesi Utara maka perhatian utama perlu ditujukan pada konstruksi bangunan. Gedung-gedung bertingkat tinggi tidak dianjurkan, terlebih-lebih di kota seperti Gorontalo yang nyata-nyata dipotong oleh suatu sesar mendatar sepanjang kira-kira 60 km.