Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Percayakah Anda pelaksanaan ujian calon pegawai negeri sipil berjalan jujur dan adil? (26 November-3 Desember 2004) | ||
Setuju | ||
56,76% | 126 | |
Tidak | ||
6,94% | 82 | |
Tidak tahu | ||
6,31% | 14 | |
Total | 100% | 222 |
Ujian seleksi pegawai negeri sipil yang berlangsung dua pekan silam berlangsung kisruh. Penyebabnya bermacam-macam, dari materi ujian yang belum selesai dicetak, soal ujian yang bocor terlebih dulu, sampai tertangkapnya sejumlah joki ujian. Kekisruhan yang paling parah terjadi di Jawa Timur dan Jambi karena soal terlambat dicetak.
Yang menyedihkan, praktek percaloan ternyata masih saja terjadi. Tak sedikit ditemukan para calo yang bergentayangan memangsa para peserta ujian. Mereka diiming-imingi bisa lolos seleksi dengan membayar sejumlah uang yang tidak kecil, sampai puluhan juta rupiah. Padahal, sebelumnya pemerintah sudah mengancam akan memberikan sanksi keras kepada pegawai negeri sipil yang terlibat percaloan.
Kekisruhan ini juga disebabkan oleh membludaknya peminat. Dengan jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 350 ribu posisi, peminatnya mencapai 4,5 juta atau hampir 13 kalinya. Dan tampaknya panitia seleksi tak siap dengan besarnya jumlah peserta tes yang ingin menjadi ambtenaar (pegawai pamong praja zaman Belanda) ini. Padahal, pada masa-masa sebelumnya, ujian seleksi berlangsung lancar ketika tes diselenggarakan oleh departemen masing-masing atau pemerintah daerah.
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufiq Effendi, memang sudah meminta maaf atas kekisruhan tersebut. Tapi ujian itu tetap menyisakan pertanyaan, apakah pelaksanaannya berlangsung jujur dan adil. Mayoritas responden jajak pendapat ini yakin bahwa pelaksanaan seleksi tersebut tidak jujur dan adil. ”Buktinya, masih banyak calo dan katebelece seperti dikatakan sendiri oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab,” kata Umar, responden asal Jakarta.
Indikator Pekan Ini: Kematian Munir di dalam pesawat Garuda Indonesia penerbangan Jakarta-Amsterdam, Belanda, 6 September silam ternyata berbuntut panjang. Dari otopsi yang dilakukan Netherlands Forensic Institute (NFI) di Amsterdam, ditemukan timbunan racun arsenik di tubuh aktivis hak asasi manusia itu. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, tiga kali lipat dari batas kemampuan tubuh manusia untuk bisa bertahan hidup. Kasus yang sempat mereda ini kembali mencuat setelah hasil otopsi tersebut terungkap. Sejumlah aktivis hak asasi kemudian bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR. Mereka menuntut kasus ini diusut sampai tuntas. Polisi pun kemudian menangani kasus kematian bekas Ketua Kontras ini. Sampai Jumat pekan lalu, kepolisian telah memeriksa 48 saksi, termasuk Suciwati, istri Munir. Sejauh ini, kepolisian belum menetapkan tersangka. Percayakah Anda kepolisian akan mampu mengungkap kasus kematian Munir? Kami tunggu tanggapan Anda di www.tempointeraktif.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo