Doktor Sanento Yuliman telah pergi meninggalkan dunia seni rupa selamalamanya, 14 Mei silam. Kita semua berduka, termasuk Saudara Jim Supangkat, yang kemudian menuliskan rasa kehilangannya dalam tulisan "Duka untuk Seni Rupa" (TEMPO, 23 Mei 1992, Obituari). Barangkali tulisan Jim Supangkat itu bisa menarik dan menggetarkan perasaan pembaca bila tidak dibumbui opininya yang terlampau berlebihan dan mengadaada. Dalam tulisan itu, Jim menulis tentang Sanento, "Kehilangan terbesar adalah kemungkinan penyusunan sejarah seni rupa modern Indonesia. Keahliannya dalam hal ini nyaris tidak tergantikan . . .." Lalu pada barisbaris lain Jim Supangkat juga menekankan bahwa dengan perginya Sanento, seni rupa modern Indonesia kehilangan "patokan kebenaran". Karena, "Pada masa ini percaturan pendapat seni rupa modern Indonesia nyaris tak punya dasar. Tidak ada basis estetika, belum ada versi sejarah yang diakui, dan tak pernah terdengar teori yang berpengaruh. Dalam keadaan semacam ini, terbuka peluang besar menjual berbagai kebohongan". Betulkah apa yang dikatakan Jim Supangkat itu? Bagi saya, kalimatkalimat itu ngawur, emosional, dan tak masuk akal. Sebab, kita tahu, sebelum Sanento hadir sebagai penulis, Kusnadi dan Sudarmaji sudah menulis sejarah seni rupa modern kita dengan tata historis yang betul. Juga Soedarpo Sp., yang kitabkitabnya bukannya jauh dari kebenaran. Jadi, sesungguhnya Sanento hanyalah sepenggalan belaka dari seluruh kegiatan penulisan sejarah seni rupa. Dengan begitu, kesimpulan Jim, bahwa kepiawaian Sanento "nyaris tidak tergantikan", sama sekali tak betul adanya. Di sisi lain, lebih 50 tahun lalu, S. Sudjojono lewat esei dan kritikkritiknya sudah meletakan dasardasar pikiran tentang estetika dan sekalian aspirasi sesungguhnya seni rupa Indonesia. Ini masih diimbuhi oleh Trisno Sumardjo dan lainlain. Di luar itu, mungkin Jim Supangkat tak tahu bahwa kini sudah terbit buku besar seni rupa: iPerjalanan Seni Rupa Indonesia.r Buku setebal 225 halaman ini mengupas sejarah seni rupa kita dari zaman prasejarah sampai tahun 1990. Dari seni lukis, patung, keramik, grafik, sampai seni serat. Para penulisnya adalah Soedarso Sp., Kusnadi, Wiyoso Yudoseputro, Sudarmaji, Agus Dermawan T., Yusuf Affendi, Kaboel Suadi, Hildawati Siddharta. Di sini tampak bawha ketika almarhum Sanento masih sibuk menyiapkan penulisan sejarah, pihak lain sudah bekerja dan menerbitkan. Dan ketika Jim Supangkat masih sibuk bicara soal "patokan kebenaran", pihak lain telah bekerja dan konkret menawarkan "sang kebenaran". Namun, kacaunya Jim sama sekali tak mengurangi hormat saya kepada mendiang Sanento Yuliman. Semoga almarhum tenteram di sisi Tuhan. AGUS DERMAWAN T. Jalan Kelapa Lilin I/NG Kelapa Gading Permai Jakarta 14250
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini