SRIHADI, yang sekarang berusia 6 tahun, diam-diam memamerkan
cat airnya di Erasmus Huis -- 17 s/d 29 April lalu. Sekitar 38
lukisan berjajar dengan mengambil obyek Eropa -- khususnya
Negeri Belanda. Ada Amsterdam, Schippol, Arnhem, Rotterdam dan
sebagainya. Semacam catatan perjalanan, sebuah rekaman yang
dikerjakan dengan ahli dan perasaan haru.
Hati seseorang, dalam perjalanan, sama kayanya dengan hati
seorang yang sedang bercinta. Penuh perhatian pada hal-hal yang
kecil, sederhana, asing, juga gampang terharu. Tapi Srihadi
rupanya tidak hanya berusaha memotret keharuan. Ia memilih
beberapa sudut yang kena di hatinya, lalu menggumam. Catatannya
kemudian tidak hanya merupakan pelampiasan kemahiran teknis dan
haru, tapi juga pengendapan.
Sama dengan catatan pastel dan cat air Almarhum Zaini, Srihadi
menangkap puisi perjalanan. Berbeda dengan lukisan cat minyaknya
yang ditandai tarikan garis spontan dan kuat, cat air Srihadi
merupakan sapuan kwas dan garis-garis gagap yang memberi
aksentuasi dengan halus. Srihadi berusaha menangkap suasana.
Kadang menghindari bentuk dengan pengaburan, tetapi tidak
sekabur Zaini. Ia tetap bermula dari bentuk, tetapi sama sekali
tidak formil. Kemahirannya dalam warna dan komposisi tidak hanya
pameran keahlian, tapi juga ekspresi.
Di samping harmolli yang muncul, terasa cat airnya seperti
semacam pelepasan. Srihadi sedang mengalami masa transisi. Ia
berusaha keluar dari kemapanannya sendiri, setelah berhasil
dengan "dunia pantai dan horison". Dalam cat minyak, ia sudah
mencoba memecahkan dirinya dengan mengambil manusia sebagai
obyeknya yang baru. Ia juga sedang membuat percobaan dengan
warna. Ini pun terlihat dalam beberapa lukisan cat minyak di
pameran ini. Misalnya Wayang Golek. Tetapi percobaan figur
manusia itu belum menemukan kematangannya.
Cat air rupanya telah muncul sebagai jembatan pemecahan. Dalam
pameran ini terlihat beberapa buah lukisan cat minyak dengan
warna-warna ringan dan transparan. Hijau muda, coklat
kekuning-kuningan, sesuatu yang lebih mirip kepucatan. Hal yang
berbeda dengan banyak lukisan cat minyaknya yang lama yang
berwarna berat. Kalau perjalanannya yang baru ini sampai pada
tahap mantap, kita boleh mengatakan Srihadi terus hidup dengan
memecahkan kiise pada dirinya sendiri -- satu hal yang mdsih
jarang dilakukan pelukis pribumi.
Di samping kita merasakan keindahan dan kesederhanaan, cat air
Srihadi semacam persiapan konsep dan latihan. Dalam pameran juga
ada screenprint, yang menunjukkan usahanya untuk terus mencari
merupakan usaha yang ia sadari benar.
Putu Wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini