Siap Menang, (Tak) Siap Kalah

Sejak jauh hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mewanti-wanti kedua calon presiden, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, untuk siap menang dan siap kalah. Pesan yang pernah disampaikan pada Mei lalu itu diulang empat hari sebelum pemilihan presiden berlangsung pada 9 Juli 2014.

"Yang menang tidak perlu arogan, yang kalah tidak perlu ngamuk," kata Yudhoyono dalam video berjudul "Pesan Presiden SBY kepada Jokowi dan Prabowo" yang diunggah ke YouTube pada 5 Juli 2014. Pesan video berdurasi 14 menit itu bukan tanpa dasar. Yudhoyono khawatir ada kericuhan karena kedua pasangan capres memiliki elektabilitas yang sama kuat.

Benar saja, dalam versi hitung cepat dan hitung manual, selisih suara antara Jokowi dan Prabowo bisa dibilang hanya "seujung kuku". Mengutip hasil real count dari situs www.kawalpemilu.org/KPU hingga Rabu pekan lalu, Jokowi memperoleh 52,8 persen suara, sementara Prabowo 47,2 persen.

Dengan selisih suara 5,6 persen, sebanyak 2.217 dari 2.854 responden (77,7 persen) yang mengikuti jajak pendapat di Tempo.co tak percaya capres yang kalah akan legawa menerima hasil penghitungan suara KPU. Sedangkan 524 orang (18,3 persen) meyakini salah satu capres akan menerima kekalahannya. Sisanya, 113 responden (4 persen), menyatakan tak tahu.

Prabowo menyatakan menghormati keputusan rakyat, apakah menang atau kalah. "Tapi saya belum pernah dengar dari pihak sana yang mengatakan demikian," ujarnya. Sedangkan, bagi Jokowi, fokus saat ini adalah mengawal proses penghitungan suara. "Satu suara saja hilang akan kami urus," katanya. Lagi pula, menurut Jokowi, kondisi masyarakat sudah "adem". Buktinya, tidak ada gejolak. Aktivitas seperti pelayanan pemerintah, sekolah, ke sawah, dan melaut berjalan seperti biasa.

Indikator Pekan Ini

Apakah Anda percaya RRI netral dalam melaksanakan hitung cepat pemilu presiden? www.tempo.co.